30. Haikal, Gapapa!

2.4K 256 36
                                    

-Happy reading Chagi 🐻-

Kenapa sih marah-marah? Aku up lagi kok, gak akan di gantung lagi.

"Hemofilia." Dokter Deka dengan berat hati mengatakan itu.

Hening, semua terasa tiba-tiba, ini kejutan sangat amat mengejutkan bagi mereka. Bahkan bunda sudah menangis di pelukan sang suami, Arka dan Alvero masih terdiam tergugu, dan Haikal hanya diam tersenyum tipis, dia tak paham.

Sudah di bilang, pelajaran saja dia banyak tak paham, apa lagi tentang hemo-hemo itu, makin tidak paham. Maka dari itu dirinya hanya memandang bunda yang menangis, dan kedua Abang nya yang terdiam.

"Buna kok nangis? Papa Deka nakalin bunda ya?" tanya anak itu matanya menatap tajam Deka.

Pertanyaan itu, pertanyaan polos yang membuat bunda semakin menangis. Anaknya tak paham, tapi dia yang mengalami, bagaimana dia harus menjelaskan nya.

"Papa Deka nakalin Buna?, Jangan dong, nanti Haikal aduin mama Ilen bial papa di suluh tidul di sofa," ucap anak itu.

Deka hanya tersenyum tipis. "Haikal anak kuat kan?, Haikal anak hebat, jangan pernah menyerah ya." tangannya mengelus surai madu milik Haikal.

Haikal mengangguk antusias. "Iya dong, Haikal kan Kelen dan kece, stlong, emangnya kenapa?" tanyanya bingung.

"Haikal ingatkan kemarin mimisan terus, dan Haikal juga bilang, kalau banyak lebam di tubuh Haikal yang kamu gak tau itu dari mana. Sering ngerasa badannya terasa nyeri dan lemes kalo bangun tidur," ucap Deka dan Haikal mengangguk saja.

Sedangkan orang tua dan abangnya hanya memandang dan mendengarkan saja. Mereka tak tau dan tak sanggup menjelaskan nya, biar Deka saja yang menjelaskan. Dokter muda itu sudah biasa bukan melakukan seperti itu.

"Kalau papa bilang Haikal sakit, Haikal percaya?" tanya Deka.

Haikal menggeleng, " Haikal udah gak sakit, kan kemalin udah di infus di lumah sakit, dan nginap bebelapa hali. Haikal juga gak mimisan lagi," kata Haikal.

"Dengar papa,ya." Anak laki-laki itu mengangguk dan mendengarkan Deka.

"Saat ini Haikal sakit, dan harus berobat"

"Sakit apa?" tanya Haikal penasaran.

"Jangan potong ucapan papa dan dengarkan. Haikal sakit, dan sakitnya parah. Haikal yang sering mimisan, badannya lebam, dan nyeri adalah gejala-gejala dari penyakit yang Haikal alami, namanya hemofilia. Hemofilia adalah kelainan yang terjadi pada sistem peredarah darah manusia. Penyakit hemofilia membuat darah dalam tubuh tidak dapat menggumpal atau membeku dengan baik, dan juga gejalanya adalah badan terasa nyeri dan beberapa anggota tubuh mengalami lebam dan membengkak. Ini adalah salah satu penyakit berbahaya, jika tidak segera di obati." Deka menjelaskan panjang lebar. (Ngarang dari Mbah Google)

"Bisa bikin mati?" pertanyaan polos itu keluar dari mulut Haikal.

Sontak mereka yang mendengar membeku, kenapa harus bertanya seperti itu.

"Ya, itu jika penyakit tak segera di obati. Tapi kalau Haikal mau berobat, pasti sembuh," ucap Deka.

"Sakit gak?, Kalo sakit, Haikal gak mau di obati, bialin aja kaya gini."

"Semua pengobatan pasti sakit. Kalau Haikal gak mau, berarti Haikal nakal, bikin ayah dan bunda sedih."

"Enggak, Haikal gak mau ayah Buna sedih," ucap anak itu murung.

"Maka dari itu Haikal harus mau di obatin, biar sembuh dan ayah bunda gak akan sedih."

Anak itu menatap ayah dan bundanya dengan mata berkaca-kaca, dia tak ingin berobat, itu pasti sakit. Tapi jika dia tak mau, nanti ayah dan bundanya yang sedih, dia tidak mau.

"Buna," gumamnya sambil merentangkan kedua tangannya.

Wanita cantik itu merengkuh tubuh kecil anaknya. Dia sama sakitnya, kenyataan yang dari saja dia dapat adalah hal paling menyakitkan baginya. Anak yang dia manja dan jaga selama ini harus menerima takdir yang menyakit kan.

"Anak Buna kuat, anak Buna hebat. Jangan nyerah, sayang, kalau Haikal nyerah buna akan sedih. Haikal jangan takut, ada Buna, ayah, Abang, dan ada yang lain juga. Kita pasti selalu ada sama Haikal, jadi Haikal harus semangat." Wanita itu memberi kata-kata penenang untuk anaknya.

"Haikal gak sedih kok, Haikal cuma kaget aja, Haikal gapapa kok, hehe." Anak itu terkekeh seolah mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

Lain dengan mereka yang mendengar kekehan anak itu. Mereka merasa sakit, tawa itu palsu. Mana ada orang yang baik-baik saja ketika mendapat kenyataan yang seperti itu.

"Kita lewatin sama-sama ya sayang, Buna akan selalu ada di samping, adek" kata bunda.

"Iya Buna, jangan sedih lagi dong. Haikal aja gak sedih, masa Buna sedih," ujar anak itu.

Alvero mendekat dan berjongkok di samping Haikal.

"Lo harus kuat, lo gak boleh nyerah, kita lewatin sama-sama, nanti kalo lo udah benar-benar sehat, gue bakal ajarin bawa motor gede punya gue. Kita bakal pergi kepuncak pake motor gede, gak pake mobil, biar lo gak mabuk perjalan," kata Alvero menggenggam kedua tangan adiknya.

"Benelan? Nanti Abang ajalin Haikal bawa motol gede?" tanya ana itu antusias. Alvero mengangguk yakin.

"Dan, nanti abang bakal ajak kamu buat nonton konser idol-idol yang kamu bilang dari Korea itu." Arka ikut mendekat.

Haikal mengangguk antusias, dia bahagia di tengah sakit yang dia alami. Keluarganya tak meninggalkan nya itu sudah cukup baginya, setidaknya ada mereka yang menjadi alasan nya untuk tetap hidup dan berjuang.

Anak itu memeluk erat kedua abangnya, dirinya tak berhenti tersenyum walau air matanya jatuh di pipinya. Bunda menghapus air mata di pipi putranya, dan ikut memeluk ketiga putranya, di ikuti Ayah juga memeluk mereka.

Deka yang melihat itu tersenyum haru, dia lega ketika Haikal tak patah semangat, dia lega ketika Haikal masih bisa tersenyum. Dia berjanji akan ikut berjuang untuk kesembuhan anak yang sudah dia anggap putranya sendiri. Haikal adalah salah satu alasan dia bisa tertawa ketika melihat tingkah anak itu.

Dia juga memikirkan bagaimana reaksi putranya ketika mengetahui hal ini. Pasti anak itu akan mengamuk dan meraung, sebab Haikal adalah sahabat yang sudah dia anggap adik sedari mereka masih kecil. Deka harap Jevano juga bisa menyemangati Haikal.

Haikal tersenyum, matanya terpejam di dekapan keluarganya. Dia berharap semoga Tuhan kasih dia umur panjang, dan semoga keluarganya tetap ada bersamanya ketika melewati banyak hal yang menyakit kan.

"Haikal belum mau mati ya, Tuhan. Haikal mau banggain ayah Buna dulu, Haikal mau kasih piala yang gede kaya punya Abang Velo. Haikal mau selalu sama kelualga Haikal." Batin anak itu berharap semoga Tuhan mengabulkan nya.

Udah kan? Kalo udah baca jangan lupa ketik tanda bintang.

Terimakasih udah baca ceritaku, terimakasih udah kasih semangat, kalian yang terbaik💗

Lopp sejagat raya, see you 🤍

HAIKAL [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang