17 "Ijinkan bunda ikut andil kali ini!"

42 8 0
                                    

.

.

.

.

Jeonghan berjalan dengan tergesa-gesa menuju markas nya, wajahnya terlihat sangat pucat, dengan mata sembab dan  kosong, dia bahkan tidak merasakan kakinya menapak, terasa ringan.

Berkali-kali dia tersungkur, beruntung Wonwoo bersama nya dan dengan sigap membantunya kembali berdiri, karena saat dia mendapat kabar dari Hoshi, dia sedang berada di kantor, sedangkan Seungcheol kembali ke kediaman Minseok untuk mengikuti acara pemakaman Hyejin, tunangan nya.

Kakinya semakin melemas begitu mereka memasuki ruangannya, isak tangis bunda Yoona meruntuhkan dunianya.

" Bunda tidak mau apa-apa..., bunda hanya ingin bersama anak-anak bunda..., bunda_ hanya ingin melihat kalian bahagia..., hiks! Ino...kembalikan Ino bunda Tae...kembalikan Ino bunda...!!"

Taehyung menahan air mata nya agar tidak turun, raungan bunda Yoona menyayat hatinya, sangat sakit. Dia hanya menunduk saat Bunda Yoona mengguncang-guncang lengan nya sambil bersimpuh di lantai.

Jantung nya semakin berdenyut saat bunda Yoona mengeluarkan ponselnya dengan tangan gemetar.

" I-ini..., telpon Ino pake Hp Bunda, Tae. Ino anak baik, hiks..., dia selalu mengangkat telpon dari bunda. Ayo telpon Ino sekarang Tae...telpon Ino...," Suara serak Bunda membuat pertahanan Taehyung runtuh, air mata yang ia tahan sejak tadi kini mengalir deras di pipinya.

"B-bunda!"

Bunda Yoona memalingkan wajah nya ke arah suara yang sangat ia kenal, ia pun bergegas menghampiri Jeonghan yang berdiri dengan bahu melorot, kalau saja Wonwoo tidak memeganginya mungkin sejak tadi dia sudah meluruh ke lantai.

" Han...?" Bisiknya lirih, kedua tangan nya menyentuh bahu putra sulung nya yang terlihat berantakan.

Jeonghan menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mata sayu sang Bunda yang meminta kepastian darinya, bahkan deraian air mata seolah di tumpahkan membasahi wajahnya.

" Maaf..., Bun...,"

Jeonghan tidak sanggup melanjutkan ucapan nya karena tersendat tangisannya. Perlahan tangan bunda jatuh terkulai, dan tubuh nya merosot ke bawah dengan tangisan yang kembali pecah.

" Ino..., hiks, Ino nya bunda..., sayang nya bunda....!!!"

Jeonghan memeluk tubuh sang bunda yang sedang menangis itu dengan erat, keduanya sama-sama menangis.

" Maafin Han, bunda..., Han gagal menjaga Ino" Bisiknya lirih di sela-sela isakan nya.

" Kak Ino masih hidup"

Tangis bunda Yoona semakin keras kala mendengar gumaman Haechan yang lemah.

Ya, sejak tadi, dia hanya menangis dalam diam di pelukan Jisung. Tenaganya sudah menghilang saat Jaemin datang dan memberi kabar tentang kakak tersayang nya itu.

Meskipun Minho suka menjahilinya, tapi dia sangat menyayangi Minho, karena bagaimana pun dia tahu, yang paling rapuh di antara mereka adalah Minho.

Dialah yang paling terpuruk dengan kematian ayah mereka. Kilat penuh dendam di matanya, seakan telah mengubah nya menjadi seorang iblis.

" Haechan benar...! Kak Ino masih hidup!!" Pekik Soobin tiba-tiba mengejutkan semua orang, ia mengotak-ngatik laptop nya sambil sesekali mengusap air matanya yang tadi ikut turun.

" Apa maksud mu?" Tanya Jisung.

" Kak Seokmin mengirim gue foto investigasinya di mansion Master C, Lihat..., semua korbannya para pengawal Master C, tidak ada jasad kak Ino" Jelas nya, ia memperlihatkan foto-foto yang dikirim Seokmin kepada Taehyung dan Wonwoo, saat kedua pria itu menghampiri nya.

Taehyung memicingkan matanya. "Itu artinya Minho__"

" Di culik" Potong Jeonghan, kali ini ada nada harapan terdengar di suaranya. Ia lalu memapah Yoona ke dekat Haechan dan memberikan nya kepada adik bungsunya.

Kini Yoona ada di pelukan Haechan. Jeonghan berlutut di depan Yoona, ia menggenggam tangan bundanya erat.

" Han janji akan membawa Ino kembali, bunda percaya kan sama Han?" Ucap nya sambil menatap bunda Yoona sendu.

" Tentu saja sayang, bunda percaya" Jawab Bunda Yoona.

" Haechi juga Bun, Haechi ikut kak Han nyari kak Ino. Sepi kalau nggak ada kak Ino" Sambung Haechan.

" Nggak, kamu di sini jaga bunda!" Larang Jeonghan dengan cepat, Haechan mengerucutkan bibirnya.

" Nggak mau kak, pokok nya Haechi mau nyari kak Ino juga. Lebih banyak orang yang terlibat, lebih cepat kak Ino ketemu, ya kan Bun?" Rengek Haechan.

" Ini bahaya Echi, kakak nggak mau kamu juga terluka"

" Bukan kah kita satu paket, kakak lupa peran ku di sini. Tanpa kak Ino kita seperti kursi yang patah satu kaki nya. Haechi mohon kak"

Jeonghan terlihat bingung, cukup satu adiknya yang tertangkap, dia tidak mau Haechan pun berada dalam bahaya.

" Haechi benar, kalian adalah satu paket..., pahlawan nya bunda. Jadi bunda ingin kalian sama-sama mencari Ino, dan bawa dia kepada Bunda. Bunda tidak sabar ingin memukul kepala anak nakal itu" Jawaban bunda membuat Jeonghan terkejut.

Jeonghan menatap bundanya tidak percaya, berbeda dengan Haechan, anak itu langsung berbinar senang, ia memeluk bundanya erat.

" Makasih bun, udah percaya sama Haechi juga. Haechi janji bakal bawa tuh emak kucing ke rumah, dia pikir kita ngga pusing apa ngurus anak-anaknya yang nakal itu" Gerutu Haechan, sambil manyun.

Bunda Yoona tersenyum sendu. " Tentu saja sayang, tapi____

___Ijinkan bunda ikut andil kali ini".

🍁🍁🍁

Seungcheol berdiri di dampingi oleh Jun, kala peti jenazah milik Hyejin mulai dikebumikan. Ia memasang wajah sedihnya. Sedangkan Park Yong Mi masih menangis di pelukan suaminya.

Acara pemakaman agak sedikit terlambat karena Yong mi kerap pingsan, hingga mereka menunggu nya benar-benar siap melepaskan putrinya.

Park Jiyoung pun masih berdiri kokoh di sana, bagaimana pun Hyejin adalah keponakan satu-satunya yang ia miliki, meski kerap membuat dia jengkel dengan sikap Hyejin yang manja dan arogan, tapi dia masih ada rasa sayang terhadapnya meski sedikit.

Dari jauh terlihat seorang pengawal mendekatinya dan berbisik kepadanya. Terlihat ketegangan di wajah Jiyoung meski cuma sebentar. Lalu ia beranjak dari sana di ikuti pengawal tadi. Dan hal itu tak luput dari mata elang nya Seungcheol. Ia melirik ke arah Jun, pria dingin itu mengangguk pelan, ia menekan sesuatu di jam tangan nya, gerakan nya sangat tipis hingga tidak ada yang menyadari tindakan nya itu.

Jiyoung berjalan tergesa-gesa menuju parkiran. Tangan nya tak berhenti mengepal. Ia berjalan menghampiri dua orang pria berpakaian serba hitam dan memakai masker, hingga menutupi wajah mereka.

" Dimana dia?" Tanya nya dengan nada berat.

" Di dalam tuan" Jawab salah satu dari mereka sambil menunduk.

" Maaf jika kami sedikit kasar padanya, karena dia melawan, tapi tuan tenang saja, dia hanya tidak sadarkan diri, mungkin sebentar lagi juga dia akan bangun" Timpal yang satunya lagi.

Jiyoung tidak menjawab, dia menatap mobil van hitam di samping nya, lalu membuka pintunya perlahan, di sana ia melihat sesosok penuh luka sedang terbaring tak sadarkan diri. Dan detik itu juga seringai jahat muncul di wajah tuanya.

Jiyoung menutup kembali pintu van itu, ia kembali berjalan ke arah anak buahnya dengan wajah datar. " Bawa dia ke markas, dan buat dia senyaman mungkin di sana" Titah nya.

" Baik tuan!!"

Lalu keduanya memasuki mobil itu dan melaju meninggalkan Jiyoung yang masih berdiri di tempatnya, dengan kedua tangan mengepal erat, terlihat rahang nya mengeras dengan tatapan penuh kebencian.

' Saatnya keluar dari persembunyian mu, Chameleon'

♤♡◇♧

TBC

DARKSIDE #jeongcheol ft banginho & markhyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang