Dibawah langit cerah Jakarta, dia terus berjalan dibawah gedung-gedung tinggi yang berjajar megah, Jakarta memang kota kaya pikirnya, dia pikir akan mudah saja menjalani hidup di kota besar, nyatanya sudah sebulan terakhir dia hanya lontang-lantung, seakan hidupnya tak memiliki arah.
Dia kibaskan amplop coklat yang terlihat lusuh, berharap bisa memberikannya angin segara dibawah panasnya matahari.
Suara kereta datang, nafasnya terdengar lega, karna kali ini dia tidak harus berdesakan, stasiun terlihat lenggang, mungkin karna bukan jam pulang kerja.
Dia sudah terbiasa akan Jakarta yang sibuk dan semrawut, dia mulai membiasakan diri. Lagi, nafasnya terdengar menghembus, kini tubuhnya sudah bersandar lelah, sudah dari pagi dia menelusuri berbagai perusahaan untuk mencari kerja. Tapi Tuhan belum memberikannya rejeki hari ini dan 30 hari sebelum nya.
Waktu berputar dari detik hinga jam, dia sampai ditempat tinggal yang sudah dia tempati sebulan terakhir, dia benar-benar lelah, sialnya dia masih harus menaiki tangga untuk menuju kamarnya.
Tak seperti biasanya, kosaan nya terdengar ramai, dia melihat sebentar, oh sepertinya ada penghuni baru pikirnya, terlihat dari banyaknya tumpukan kardus di lorong area kamarnya, tak sengaja dia malah seperti seorang penguntit, matanya beradu dengan seorang laki-laki yang dengan ramah tersenyum padanya, dia jadi sungkan kemudian tersenyum kaku karna tertangkap basah.
Dia masih bisa melihat laki-laki itu membuka mulutnya mungkin akan menyapa, tapi gerakan tangannya terlalu terburu-buru, dia malah masuk kedalam kamarnya.
Setelah sadar dia sudah berlaku tidak sopan, matanya membulat, dia benar-benar tidak sengaja, sudah kepalang malu kalau harus kembali membuka pintu, dia hanya bisa menggrutu dibalik pintu kamarnya.
"Ah Sana..."
"Kenapa kamu ga bisa jadi orang tenang sedikit sih.. "
"Gimana kalau mas nya jadi mikir aku sombong... "
*****
Hello fren..
Saya kembali.... Bawa sedikit cuplikan cerita satzu tentunya..
Coming soon~