Kantor terasa sepi padahal belum jam pulang kantor, dengan segera dia membereskan barang-barang miliknya.
Saat kita akan meninggalkan suatu tempat semua terasa menyedihkan, bahkan dengan menatap barang-barang yang biasa dia pakai saja rasanya hatinya teriris sakit.
Demi orang tua, dia kubur semua mimpi yang sudah didepan mata. Dia harus merelakan masa muda nya untuk hal yang bahkan tidak dia kehendaki.
Menjadi seorang Ibu rumah tangga mengikuti kemana pun suami pergi mungkin akan terasa rela jika kita benar-benar saling mencintai.
Hal ini menjadi berat karna Sana harus terus mencoba membiasakan diri pada situasi yang sulit dia tolak.
"Sana.. "
Sana berbalik arah sambil membawa kardus berisikan barang-barangnya, tak dia sangka ada Danu di hadapan nya.
Ini memang bukan perasaannya saja ruangan tempatnya bekerja benar-benar sepi, dan sekarang hanya ada Danu dihadapannya. "Iya Pak.."
Danu melangkah lebih dekat pada Sana, Danu terlihat seperti kurang tidur, matanya sembab rambutnya tidak ditata rapih seperti biasanya.
"Kamu gamau cuti aja?"
"Cuti gimana Pak?"
Sana balik tatap mata direktur muda itu, Sana jelas bingung, status Sana saja masih masa orientasi bagaimana bisa Danu mengatakan hal demikian, sedangkan jatah cuti akan didapat karyawan setelah mereka berkerja selama satu tahun.
"Kamu ga perlu resign... " Ucap Danu tatapannya meneduhkan suasana. Sana bisa merasakan ketulusan hanya dengan menatap mata Danu.
"Kamu bisa ambil cuti, dan kalau kamu udah siap balik lagi kesini untuk kerja... " Danu melanjutkan ucapannya. Danu sudah tidak peduli jika Sana menganggapnya berlebihan. Hanya hal ini lah yang bisa dia lakukan untuk membuat Sana tetap dekat dengannya.
Danu sudah mengakui sejak pertemuan pertamanya dengan Sana. Hatinya tertarik untuk mengetahui Sana lebih dalam. Danu tidak tau alasan pasti kenapa Sana tiba-tiba memutuskan untuk keluar dari perusahaan yang dia pimpin padahal Sana baru bekerja beberpa bulan saja.
Danu sudah mencari tau kemungkinan paling buruk yang membuat Sana tidak nyaman. Bahkan Jianna pun Danu perintah kan mencari tau alasan pasti kenapa Sana keluar.
Baru satu minggu yang lalu Danu menerima surat resign Sana dari Jianna. Keluarnya Sana secara mendadak masih membuat Danu bingung. Bahkan Sana mau membayar denda yang perusahaan tetapkan karna resgin secara mendadak.
Danu menelan nafasnya sendiri menunggu jawaban apa yang akan Sana katakan.
Sana tersenyum "Terimakasih Pak.. " Kata Sana "Saya rasa saya ga pantes dapetin itu.. "
Sana merasa terhormat akan tawaran Danu yang dia anggap terlalu berlebihan, dia hanyalah pekerja yang baru saja bergabung di perusahaan milik nya, dia belum memberikan kontribusi apapun untuk perusahaan ini.
"Saya serius.. "
..
.
.Pak Dedy sang penjaga kosaan terlihat sedang membereskan kamar Sana
—langkahnya dipercepat untuk naik ke lantai kamarnya, dia merasa bingung tumben sekali Sana meminta Pak Dedy untuk membereskan kamarnya.
"Baru pulang Tzul.." Ditengah rasa bingungnya Pak Dedy menyapanya lebih dulu. Mata Tzul fokus menelisik masuk apakah Sana ada didalam.
"Kalau ada temen yang mau ngekos, ready ya Tzul.. "
"Satu kamar nih kosong.. "
Tzul semakin mengerut kan dahinya. "Maksudnya Pak?"
