Satu tahun yang lalu
—Dia buru-buru memberikan kabar pada kedua orang tuanya kalau Dedex sakit. Sana mendapat kabar kalau Dedex pingsan semalam.
Hari pernikahan mereka tinggal menghitung jam tapi keadaan seolah tak kondusif.
Tak memakan waktu lama Sana beserta kedua orang tuanya sudah sampai di Puskesmas yang tak jauh dari Desa mereka.
Dedex terbaring lemah pada kasur instalasi gawat darurat. Tangannya juga sudah terpasang selang infus.
Melihat kondisi Dedex yang lemah. Sana merasa bersalah. Dia ingat kembali pertengkaran mereka kemaren sore.
Kedua orang tuanya sedang berbincang dengan kedua orang tua Dedex diluar. Sana pandangi wajah Dedex. Selang beberapa menit ada seorang perawat datang. Memberi tau kalau Dedex harus rawat inap.
Dari hasil laboratorium perawat memberitahu kalau trombosit Dedex sangat rendah. Mendengar hal itu Sana ulurkan tangannya untuk menyentuh tubuh Dedex yang sangat panas.
Dedex terdiagnosa demam berdarah.
Akhir-akhir ini demam berdarah memang sedang marak di desanya. Satu minggu lalu tetangga nya juga ada yang terkena demam berdarah bahkan ada yang meninggal karna penyakit ini. Herannya pejabat setepat tidak sigap untuk memberi fogging pada desa yang sudah memakan banyak korban karna nyamuk aedes itu.
Sana keluar untuk memberikan kabar pada kedua orang tua Dedex. Dia berikan secarik kertas hasil laboratorium dan mengulang informasi apa yang perawat katakan.
Terlihat dari raut wajah kedua orang tua mereka menandakan rasa cemas.
Cemas akan anaknya yang sakit atau mungkin cemas karna kemungkinan pernikahan diundur.
Demam berdarah akan menjangkit penderitanya selama satu minggu bisa lebih jika kondisinya tidak baik. Dengan kondisi seperti ini Dedex benar-benar harus istirahat penuh.
Suara decitan roda yang tergesek dengan lantai Puskesmas mengiringi rasa khawatir yang Sana gaungkan dalam hatinya. Mau bagaimana pun Dedex orang yang baik. Dia merasa khawatir juga.
Sekarang Dedex sudah berada di ruangan rawat inap. Malam ini Sana memutuskan untuk tidur disini menemani kedua orang tua Dedex.
"Bu.. "
Suara Dedex membangunkan Sana yang mulai terpejam. Dia masih terduduk disamping ranjang Dedex sedangkan kedua orang tua Dedex tidur di sofa yang tersedia di ruangan rawat inap.
"Kamu butuh sesuatu?" Kata Sana.
Mata Dedex berkejap beberapa kali, dia tak menjawab pertanyaan Sana. Suaranya yang memanggil Ibu nya membuat Sana jadi berjalan untuk membangunkan Ibu Dedex.
Sekarang Sana memilih duduk memperhatikan Dedex yang sedang diberi minum oleh Ibunya.
Ini bukan hanya perasaanya tapi Dedex seperti mengabaikan nya. Mungkin Dedex masih mengingat kejadian sore itu. Sana tak akan menyalahkan kalau semisal Dedex jadi marah padanya.
Malam terasa panjang dengan tidur di lantai dingin Puskesmas yang beralaskan tikar. Sana mulai membuka mata saat ada perawat dan dokter masuk untuk memeriksa keadaan Dedex.
"Gimana keadaanya dok?"
"Trombosit nya masih rendah Bu..".
"Tapi ini hal biasa untuk orang yang sakit demam berdarah. Jadi gak usah khawatir.. " Kata Dokter menenangkan Ibu Dedex
Dokter itu berjalan memeriksa Dedex "Perutnya masih gaenak Mas?"
"Masih dok.. "
"Ini saya berikan obat demam sama obat mualnya juga ya.. "
