6

309 54 16
                                    

Seperginya Tzul, Sana tutup kamarnya rapat-rapat, dia bersandar pada pintu kamar, pikirannya dengan otomatis memutar hal konyol yang baru saja dia lakukan. Bagaimana dia bisa seceroboh itu, dia sangat malu, apalagi jika harus mengingat senyum Tzul seperti sedang mengejeknya, dia meringis sendiri.

Tiba-tiba saja hujan turun, Suara rintiknya membangunkan Sana dari lumunan, dengan segera dia hampiri balkon kamar, mencoba menutup pintu, tapi tangan nya berhenti, saat matanya menangkap sosok Tzul.

Senyumnya buru-buru dia tarik saat Tzul mulai menyadari kehadirannya, Tzul yang melakukan aktifitas yang sama, tersenyum kearahnya.

Bukannya membalas senyuman itu dengan gerakan cepat Sana malah menutup pintu kamar, rasanya dia ingin kubur dirinya sendiri.

Malu..

Hanya itu yang Sana pikirkan, dia seperti tertangkap basah, dia tidak berharap kalau Tzul sadar akan kehadirannya.

Sedangkan Tzul dari balkon kamarnya sebisa mungkin meredam tawa, lucu sekali pikirnya, Sana ini seperti anak SMP yang sedang jatuh cinta saja.

"Jatuh cinta?"

Sadar akan pikirannya yang terlalu jauh Tzul jadi benar-benar tertawa, bukan menertawakan Sana, tapi dia tertawakan dirinya sendiri.

Rasanya sudah lama dia tidak merasakan perasaan itu, sudah hampir tiga tahun dia sendiri, menjalankan hari-hari kosong tanpa seorang perempuan.

Tapi itu bukan masalah besar untuk Tzul. Memiliki kekasih bukan lah prioritas nya, walau umurnya semakin tua, tapi dia bisa menikmati dengan caranya sendiri.

Tubuhnya terasa segar ditambah hujan diluar membuat udara seolah jadi bersih, angin membawa debu kotor Jakarta yang sudah menumpuk, dia raba kantong celananya. Dia bisa tersenyum hanya dengan melihat obat mata yang Sana berikan.

"Jangan-jangan yang jatuh cinta malah gue.. "

Lagi, Tzul tertawa mungkin disebelah, Sana juga bisa mendengarkan suara tawanya, Tzul tidak bisa menyimpulkan perasaanya secepat itu, tapi yang jelas dia merasakan senang dengan semua tingkah Sana. Wajah polos Sana juga membuat Sana terlihat lucu.

Cairan formalin seolah mengawaetkan hujan, hingga malam berganti pagi, suara gerimis masih terdengar ditelinga kedua insan yang berbeda kamar itu.

Sana terlebih dulu keluar dari kamar, selang beberapa menit Tzul juga keluar dari kamarnya, keduanya bertemu di dapur, seperti pada pagi sebelumnya, Tzul biarkan Sana memasak air terlebih dulu.

"Ngeteh Mba?.. "

Mati-matian Sana tidak membuka mulutnya untuk menyapa, Tzul yang berada dibelakangnya malah mengeluarkan suara. Ntah kenapa Sana masih merasa malu, malu untuk menatap Tzul.

"Iya Mas.. " Jawab Sana tanpa berbalik badan.

Tanpa Sana lihat pun dia tau, pasti sekarang Tzul sedang menganggukkan kepalanya. Air mendidih, aroma teh menghangatkan suasana yang semakin dingin.

"Mau bikin kopi?.. "

Tzul yang awalnya sedang fokus pada sosial medianya, jadi mengangkat kepalanya, oh rupa nya Sana sudah selesai membuat teh pikir Tzul.

"Iya nih.. " Kata Tzul mengangkat gelas yang sudah berisi satu sachet kopi.

Tangan Sana terulur di hadapan nya. "Apa?" Kata Tzul bingung.

Dengan ragu Sana mengambil gelas dari tangan Tzul "Airnya masih ada.."

Tzul belum mengatakan apa-apa, Sana sudah berbalik badan lagi, Tzul bisa lihat tangan Sana yang mengaduk kopinya, dia masih bingung, apa yang sebenarnya sedang terjadi.

WAIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang