7

301 45 16
                                    

Dia pangku tangan nya, kakinya terus bergerak di bawah meja memberi tanda kalau dia sedang tidak tenang. Di ruangan yang dingin suhu tubuh nya malah memanas, sudah 20 menit dia menunggu. Tenggorokannya terasa kering, dia harus menunggu berapa lama lagi, pikirnya.

Suara pintu yang terbuka, membuat nafasnya lega namun tegang, lega karna akhirnya yang ditunggu datang, dan tegang akan berita apa yang dibawa.

Dia sudah kepalang berharap, kalau sampai hasilnya tidak sesuai harapannya, mungkin dia akan merasa jatuh lagi.

"Mba Sana?"

"Iya Bu.. "

Seorang wanita yang kini berhadapan dengan Sana adalah HRD perusahaan, pertemuan keduanya ini Sana tetap merasa gugup, suara tegas dari wanita yang mungkin berumur 30 tahunan itu membuat Sana semakin segan untuk menatap matanya.

"Maaf ya nunggu lama, rapat nya diluar prediksi saya.."

Sana mengangguk dan tersenyum sebisanya "Tidak apa-apa Bu.. "

"Silahkan duduk Mba.."

Sana pun duduk, dia tegakan tubuhnya, dihadapannya HRD yang dia ketahui bernama Jianna itu membuka berkas, lembar demi lembar dibuka.

Sana sudah beberapa kali mendapat panggilan seperti ini, sebenarnya kepercayaan dirinya tidak terlalu yakin, karna dia terlalu sering gagal di tahap akhir, tapi sesi wawancara sebelumnya membuat dia seolah mendapat angin segar yang membuat dia yakin kalau dia akan diterima di perusahaan ini.

"Mba Sana ini fresh graduate ya?"

"Belum ada pengalaman kerja?"

"Iya Bu.. "

Detak jantungnya semakin tidak karuan, pertanyaan itu selalu membawa Sana pada kegagalan, dengan wajah khas Sumatera Utara ntah kenapa Sana merasa terintimidasi dengan semua ucapan dan tatapan Bu Jianna.

Sebenarnya Bu Jianna ini ramah, tapi gaya bicaranya belum bisa Sana terima, Sana belum terbiasa mendengar logatnya.

"Jadi gini Mba.. "

"Sebenarnya hasil tes sikotes Mba bagus maksud nya memenuhi kriteria lah, kemaren juga wawancara bagus-bagus aja menurut saya.."

"Tapi perusahaan ini belum pernah ambil fresh graduate.."

"Yaa-kasarnya emang ga percaya. "

Sana benar-benar tidak percaya akan pernyataan yang baru saja dia dengar, jika perusahaan memang tidak ingin menerima fresh graduate, harusnya pada kriteria tidak usah dicantumkan.

welcome fresh graduate

Rasanya Sana ingin mengumpat, dia hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam, mencari pekerjaan memang sesusah ini, tangannya sudah berkeringat, dia merasa suhu tubuhnya semakin memanas.

Mungkin hari ini dia akan telan pil pait lagi, kenyataan selalu tak seindah harapannya.

"Tapi Mba siang ini coba ketemu Pak Danu dulu aja ya, kemaren bilangnya bapak mau ketemu sama Mba dlu.. "

Walau bingung, Sana iyakan saja semua omongan dari Bu Jiana, mungkin memang prosedurnya seperti itu.

"Nanti ketrima atau engga nya, Pak Danu yang nentuin.." Lanjut Jiana.

Sana benar-benar hanya mengangguk dan berkata iya, dia sudah terlalu pusing untuk menerka ini dan itu.

"Kalau dari saya itu aja, silahkan Mba sekarang ketemu Pak Danu.."

WAIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang