19

302 47 45
                                    

Beberapa berkas sudah dia tanda tangani. Sekitar satu jam lagi dia juga akan rapat untuk membicarakan peluncuran produk baru. Perusahaannya sedang mengalami penurunan.

Banyak kompetitor yang menjual barang dengan khasiat yang sama namun dengan harga yang jauh lebih murah. Membuat produk-produk miliknya jatuh merosot.

Menjadi perusahaan yang berdiri dipasar kesehatan tidaklah mudah. Berbagai cara sudah dilakukan, dari menurunkan harga, mencari inovasi promosi, bahkan team marketingnya sudah turun mengetuk pintu dokter dari rumah sakit ke rumah sakit.

"Tzul.. "

Tzul yang tengah memandangi gedung-gedung tinggi diluar, berbalik arah mendapati Jianna yang masih ada ditengah pintu.

"Danu udah nunggu di ruangan. Meetingnya dimajuin.. "

"Biar ga terlalu sore katanya.." Kata Jianna lagi lalu pergi menutup pintu ruangan Tzul.

Setelah satu tahun memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan milik Ayahnya. Jianna banyak membantunya. Jianna sekarang menjadi asisten pribadinya.

Jika bukan karna Jianna. Tzul mungkin tidak akan pernah bergabung di perusahaan ini. Jianna rela melepas jabatan HRD dan menjadi asisten pribadi Tzul.

Jianna sendiri bukan orang lain untuk Tzul dan Danu. Jianna adalah sepupunya.

Jianna di Jakarta seorang diri. Karna kedua orang tuanya berada di Medan. Ibu dari Jianna adalah kaka dari Ayah Tzul.

Satu tahun sudah dia berusaha membangkitkan dirinya sendiri dan tak ingin mengingat hal yang membuatnya sakit.

Hubungan dengan keluarga nya berangsur membaik, dia juga sudah tinggal bersama dengan keluarga nya. Sesekali pergi kekosaan untuk bertemu Chakra.

Rambutnya kian gondrong, Ayahnya sudah berisik memintanya untuk memotong rambut. Tapi Tzul seperti tidak ada energi dia biarkan rambutnya panjang, kumis tipis juga menghiasi wajah nya.

"Kita perlu team marketing yang benar-benar kompeten.. " Terang Tzul panjang lebar. Sekarang Tzul menempati posisi Ayahnya sebagai presiden perusahaan. Sedangkan Danu tetap pada posisinya. Ayahnya sendiri sudah memutuskan untuk pensiun menyerahkan semua perusahaan nya pada Tzul dan Danu.

"Sebenernya kita bisa aja, ambil promosi dari influencer-influencer. Tapi ini kan produk obat. Ya—tetap ga gampang buat bikin masyarakat tertarik."

"Isi vitamin A sama B juga sama. Apa yang bisa kita bedain?"

Ketegangan terjadi di ruang meeting. Terutama team marketing. Semua tertunduk lesu, saat Tzul terus memojokan mereka seolah menyalahkan semua penurunan produk perusahaan pada team marketing.

"Gimana konsumen tertarik. Kalian liat kemasan collagen yang harganya mahal kalian bikin begini??" Kata Tzul menunjukan kemasan salah satu produknya. Kali ini sasarannya adalah team desainer kemasan.

"Tolong nanti ke ruangan saya. Jelasin kenapa packaging begini bisa lolos produksi.. "

Hampir dua jam Tzul menegangkan rahangnya. Rapat selesai ditutup dengan Danu yang meminta mereka supaya tetap tenang.

Walau sebenarnya Danu juga ikut pusing akan kerugian yang terjadi. Tapi dia tidak ingin anak buahnya jadi setres dan semakin membuat penurunan kinjera mereka.

Danu dan Tzul memang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda.

Selepas rapat yang menguras tenaga. Dia sandarkan tubuhnya di kursi kerjanya mengacak rambutnya sendiri.

WAIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang