Waktu sudah gelap, tapi dia masih bergelut akan kamarnya yang berantakan, kardus berserakan, barang-barang yang tidak tersusun rapih, nafasnya tersenggal, ntah sudah berapa kali dia naik-turun tangga.
Dia sebenarnya sudah memesan kamar bawah dari satu bulan yang lalu, tapi kamar bagian bawah tak kunjung kosong, karna dia sudah tidak tahan lagi berada di rumah, akhirnya terpaksa dia ambil kamar bagian atas.
Namanya Tzulfikar, wajahnya cukup lelah, rambut gondrong nya sudah dia potong tadi pagi, dia ingin suasana baru, tempat tinggal baru, rambut baru, dia berharap semua akan jadi lebih baik kedepannya.
Tzul asli orang Jakarta, dia memutuskan untuk ngekos hanya untuk menghindari tuntuan dari kedua orang tuanya agar cepat lulus. Sangat wajar jika orang tua nya terus menuntut hal itu, Tzul sudah mengambil cuti kuliah selama satu tahun, dia terus mengulur waktu untuk mengambil tugas akhirnya, karna tuntutan itu juga, akhirnya tahun ini dia bisa mengajukan skripsinya, walau masih stuck di Bab satu, tapi tidak apa-apa, setidaknya dia sudah mau berjuang.
Mungkin dengan ngekos juga dia bisa fokus untuk mengerjakan skripsinya, dia sangat optimis kalau tahun ini dia akan lulus dan mendapat gelar yang orang tuanya inginkan.
Setelah mengistirahatkan tubuhnya sebentar, dia mulai bergerak lagi, masih ada beberapa kardus dibawah yang harus dibawa keatas, dia pikir dia tak terlalu banyak membawa barang, tapi rasanya barang bawaanya tak kunjung selesai dia bawa keatas.
Kamar dilantai atas terdapat 4 kamar, berbeda dengan kamar dibawah yang jumlahnya jauh lebih banyak, tapi positifnya kamar bagian atas tidak terlalu bising, walau suara ribut dari kamar bagian bawah tetap terdengar, tapi itu tidak terlalu mengganggu untuk Tzul.
Tzul bisa saja mencari kosan yang lebih dekat jalan, tapi tempat ini lebih dekat dengan kampusnya, lewat jalan pintas yang mungkin jarang orang tau, nyatanya kosaan ini lebih dekat dengan kampus. Bukan hanya dia yang tinggal disini, ada adik tingkatnya juga yang tinggal di kosaan ini, dia juga mendapat info kosaan ini dari adik tingkatnya.
Ini adalah kardus terakhir yang dia bawa naik keatas, setelah kakinya sampai pada lantai atas, dia turunkan kardus itu, dia mengatur nafasnya, waktu semakin malam, dia sebisa mungkin tidak membuat gerak yang berisik, dia tidak mau menganggu penghuni kosaan lain.
"Berasa tua banget gue... "
"Angkat beginian aja, capek banget dah.. "
Setelah sampai dikamar, dia membiarkan tumpukan kardus itu berantakan, dia memutuskan untuk segera mandi dan beristirahat karna besok pagi dia harus kuliah dan bertemu dosen pembimbing, membereskan barangnya bisa nanti lagi pikirnya setelah kegiatan kuliahnya selesai, dia tidak ingin kalau besok dia harus telat bangun, dan membuat hubunganya dengan dosen pembimbing nya berantakan, mau sampai kapan dia harus kuliah, setelah teman seperjuangan nya mungkin sudah menjadi orang besar diluar sana.
..
.
.Suara tukang sayur beserta ibu-ibu yang ramai bergosip dari bawah membangunkannya, dia tersenyum dengan matanya yang masih mengerjap, suara seperti itu mungkin tidak akan dia dengar jika tidur di rumahnya.
Tidak sulit untuk dia beradaptasi dengan lingkungan nya, walau lahir dari keluarga menengah keatas, tapi Tzul tidak pernah gila akan kekayaan orang tua, dia hidup dan tumbuh menjadi pribadi yang sederhana. Gerakan nya semakin melambat tapi ketika dia sadar kalau jam sudah menunjukan pukul delapan pagi, matanya membulat, dia bergerak dengan cepat menuju kamar mandi.
Dengan waktu singkat Tzul sudah keluar dari kamar mandi, tidak bisa dibilang mandi, karna dia hanya mencuci muka dan gosok gigi saja, dia pakai celana panjang dan kemeja hitam polos, dia semprot parfum sebanyak mungkin, buru-buru keluar dari kamarnya.