8.DUA RANJANG:PRIA MANUSIAWI

506 43 2
                                    

Bab 8🥀
__________________

__________________________
.
.
.

"Kamu berantem lagi sama Reyhan?" Azura yang pada semula memakan dimsum buatan Asmiranda kini mendadak berhenti, ia memperhatikan sang Ibu lalu menggeleng pelan.

"Nggak Ma, cuma mampir ke sini aja"

"Azura kangen masakan Mama" Jawab Azura yang di tanggapi senyuman oleh Asmiranda, tapi ia juga khawatir tentang Azura, jelas sekali Azura tengah menyimpan beban berat, bahkan sebelumnya Azura tak pernah seperti ini meski ia di vonis mustahil memiliki keturunan.

Ada yang berbeda dengan putrinya.

"Azura Noora Amartha"

"Dulu Ayah mu yang kasih nama itu, " Asmiranda menghela napas panjang, ia menatap Azura yang masih mengunyah perlahan.

"Azura, terlepas jika hanya Mama yang merawat mu, Ayah mu juga menyayangi mu. "

"Azura, nggak seterusnya kamu bersama Mama" Azura benar-benar menghentikan makan nya, selera makan nya telah hilang karena pembicaraan satu-satunya orang yang mungkin akan terus bersama Azura.

"Mama cuma pesan satu, kamu harus mempertahankan ikatan pernikahan kamu. "

"Agar saat Mama pergi, Mama tahu ada orang yang jaga kamu. "

"Ma, jangan bicara tentang ini. " Azura menghela napas panjang dengan pembicaraan yang Asmiranda sampaikan.

"Mama sakit? Kalau begitu sekarang kita ke Dokter ya" Azura menatap Asmiranda khawatir, mereka hanya berdua, Azura tak akan mau jika satu-satunya orang di hidupnya harus pergi. Sekarang sudah jelas Azura hanya sendiri, ia tak memiliki harapan untuk apapun.

"Mama sehat Azura, Mama cuma memberi kamu gambaran tentang masa depan. " Azura menghela napas panjang, ia lalu memeluk sang Ibu.

Asmiranda dengan lembut mengusap punggung putri nya, andai Asmiranda tahu serapuh apa putri nya.

Azura meneteskan air mata dalam diam, ia ingin menangis keras dalam pelukan Ibu nya, sekaligus berteriak dalam tangisannya, mengadukan tentang Reyhan pada Ibu nya, tapi sekarang bukan saatnya. Azura tak sampai hati, apalagi Asmiranda menaruh kepercayaan pada Reyhan.

Begitupun Azura, tapi semuanya nampak tidak ada artinya.

Azura segera mengusap air mata nya, ia melepaskan pelukan pada sang Ibu saat pintu rumah di ketuk oleh orang yang ada di pikiran Azura.

"Biar Azura yang buka, Ma" Azura beranjak dari duduknya, ia melangkah dari ruang tengah menuju pintu, sementara orang di luar terus mengetuk pintu dengan lebih kencang.

__________________________

"Sayang" Reyhan langsung memeluk Azura saat baru saja Azura membuka pintu, pelukan yang erat tanpa balasan dari Azura.

"Kamu mau apa?" Reyhan melepaskan pelukannya, kekhawatiran nya mereda saat ia menemui Azura.

"Kamu di rumah Mama rupanya, kenapa pesan dan telepon ku kamu tolak?"

"Kayaknya nggak sepenting itu, Mas" Balas Azura.

"Lagian kamu pasti tahu, Toh, di rumah udah ada Kinan, masih kurang?" Ucap Azura dengan sarkas, ia melipat kedua tangannya ke depan dada sambil memperhatikan Reyhan yang nampak mengkhawatirkan nya.

Dua RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang