Shimai - 48

5.3K 469 140
                                    

.
.
.
.
.





"kakak?"

Benar, yang Azizi lihat saat ini adalah Chika yang tengah berdiri sambil tersenyum kepada dirinya. Sontak tubuh itu langsung memeluk erat tubuh Chika.

"kak, zizi takut, jangan pergi hiks zizi gak bisa kalau gak ada kakak"

Chika mengendurkan pelukannya, ia memegang wajah sang adik dengan kedua tangan untuk menatap matanya lekat.

"Sayang, Kakak bener bener minta maaf, kakak harus pergi duluan"

Azizi menggeleng dengan air mata yang mengalir di pipinya,

"Zizi mau ikutt, zizi gak mau disini sendirian, pokoknya zizi mau ikut kemanapun kakak pergi"

Chika menggeleng,

"Belum waktunya zizi ikut kakak, zizi harus disini jagain mama sama papa, zizi harus kejar cita cita dan semua mimpi zizi, kakak yakin zizi akan jadi penyanyi terkenal dan bikin bangga mama sama papa, bikin bangga ci shani, ci gre sama christy juga. Dan pastinya bikin bangga kakak, zizi harus inget pesen kakak ya, zizi harus selalu bahagia, zizi gak boleh sedih berlarut larut nanti kakak ikut sedih kalau zizi sedih"

Azizi sudah menangis kejer sambil menggelengkan kepalanya dan terus menatap ke arah mata coklat sang kakak.

Satu tangan Chika diletakkan di dada Azizi.

"Yang harus zizi inget juga, kakak selalu ada disini, dihati zizi. Sampai kapanpun kakak akan terus ada dihati zizi, kakak bakal jagain zizi dari sini, gapapa ya sayang kakak pergi dulu? Ikhlas ya dek, kakak sayang bangett sama zizi"

Sekali lagi mereka berpelukan dengan sangat erat dengan Azizi yang masih terus menangis, sampai perlahan-lahan tubuh Chika menghilang.

"Gak kak, kakak gak boleh pergi hiks"

"Kakak jangan pergi"

"KAKAKK!!!"

Azizi membuka matanya, manatap sekeliling dan hanya ada Shani di sampingnya.

"Dek, akhirnya kamu bangun sayang, cici khawatir hiks" Shani mengelus pelan pipi Azizi

"Kakak dimana ci? Kakak masih disini sama kita kan? Zizi mau ketemu kakak cii"

Shani hanya bisa menatap nanar ke arah Azizi, ia menggeleng

Seketika tangis Azizi kembali pecah, dirinya luruh didalam pelukan Shani.

"Hiks kenapa kakak pergi tinggalin zizi ci hiks, kenapa Tuhan ambil kakak duluan, zizi ga sanggup kalau gak ada kakak hiks"

Shani mengelus punggung Azizi sambil mencium puncak kepalanya,

"Iya sayang iya cici ngerti, cici ngerti ini berat banget buat zizi, tapi zizi harus ikhlas ya dek, kasian kakak bakal berat langkahnya kalau zizi gak ikhlas"

Cukup lama Shani memeluk dan merengkuh tubuh lemah Azizi, sampai akhirnya tangis Azizi sudah mulai mereda, hanya tinggal terdengar suara isakan kecil saja dari bibirnya.

"Zizi mau ke kakak ci" Ucapnya lirih

Shani mengangguk, "yuk sama cici, kita balik ke Jakarta dampingin kakak ya"

Azizi mengangguk,

***

Kini semua rombongan bersama sama kembali ke Jakarta, Azizi dan Shani ikut naik ambulance bersama jenazah Chika. Sedangkan mama Rani dan Papa Fadly menaiki mobil Shani yang dibawa oleh Gracia dan Christy.

Hampir tiga jam menempuh perjalanan dari Bogor, akhirnya kini mereka telah sampai di rumah duka alias rumah keluarga Fadly. Sebenarnya pihak polisi dan tim SAR menyarankan untuk melakukan autopsi pada jenazah Chika, namun melihat kondisi badan Chika yang dipenuhi luka luka seperti goresan kayu, pihak keluarga telah menganggap ini semua murni kecelakaan. Mereka ingin semuanya dipercepat agar Chika segera bisa istirahat dengan tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shimai (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang