Shimai - 31

4.8K 516 51
                                    

.
.
.
.
.



Azizi mulai mengendurkan pelukannya dengan Shani saat dirasa dirinya sudah benar benar tenang. Memang ya, pesona seorang Shani Indira itu benar benar nyata, sifatnya yang amat dewasa selalu bisa membuat semua orang tenang berada didekatnya, semua nasehat nasehat serta ucapannya selalu logis dan membuat logika kita terbuka. Ya walaupun beberapa waktu lalu ia sempat ikut khilaf tersulut emosi, tapi yasudah lah ya, lupakan yang telah berlalu.

"Cici, maaf kita gak bisa jadi pergi, aku ga mungkin pergi dalam keadaan begini" Ucap Azizi yang merasa tak enak karena telah membatalkan rencana pergi bersamanya dengan Shani,

"Its okay sayang, cici paham. Lagi pula kita masih punya banyak waktu untuk pergi, nanti kita bicarakan lagi kapan waktu yang pas untuk quality time ya"

Azizi mengangguk,

Setelah itu, Shani pun pamit untuk pulang karena jarak rumahnya yang cukup jauh, jadi ia takut nanti kemaleman sampai rumah. Namun, tadi sebelum pulang mama Rani dan papa Fadly sempat mengajaknya untuk makan malam bersama dengan Azizi juga. Shani sempat menolak karena takut merepotkan, tapi setelah dipaksa oleh Azizi, akhirnya ia mau.

Baru selesai mengantarkan Shani sampai depan gerbang, Azizi pun kembali masuk ke rumah, rencananya ia akan menghampiri Chika yang berada didalam kamar. Kasian kakaknya itu belum makan, jadi Azizi akan membujuknya untuk makan malam.

Ceklek!

Azizi membuka pintu kamar Chika yang memang tidak dikunci itu. Pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah sang kakak yang tengah tertidur dengan posisi meringkuk dengan wajah yang sedikit tertutupi rambut dan tanpa terbungkus selimut.

Dengan langkah pelan, Azizi mendekat, ia membenarkan rambut Chika yang menjuntai menutupi wajah ayunya, ia sampirkan rambut rambut pirang itu ke belakang telinga.

"Kak" Panggil Azizi lirih, namun karena saking pulasnya Chika tertidur, ia sama sekali tidak memberikan respon.

Azizi terlihat memaksakan senyumnya, "kakak capek ya pasti? Maaf ya tadi zizi malah marah marah sama kakak, kakak pasti sedih, maaf lagi lagi zizi cuman bisa jadi sumber kesedihan buat kakak. Asal kakak tau, kakak itu segalanya buat zizi, kalau kakak sedih, zizi juga sedih, zizi marah karena zizi gak mau kakak sedih sendirian"

Gadis kecil itu menghentikan ucapannya, lalu bergerak mengambil selimut dan menutupi tubuh sang kakak dan dirinya yang kini berada diposisi memeluk Chika dari belakang. Tangannya memeluk erat tubuh sang kakak, rasanya seperti tak ada hari esok untuk berpelukan.

"Goodnight and sweet dream kakak sayang, i love you more than you know" Lirih Azizi sebelum ikut memejamkan mata, sebelum itu ia juga menyempatkan diri untuk mengecup pelan kening Chika karena takut mengganggu tidurnya.

***

Pagi hari telah tiba, Chika mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam indera penglihatannya itu. Ia merasakan sesuatu yang berat tengah menimpa perutnya, saat ia menoleh, ternyata itu tangan sang adik yang memeluknya erat.

"Zizi? Sejak kapan kamu tidur disini dek?" Tanya Chika saat mengetahui jika adiknya tengah tertidur dengan posisi memeluknya erat dari belakang,

"Eughh" Bukannya menjawab, Azizi hanya mengeluarkan lenguhan kecil karena merasa tidurnya terusik.

Chika berusaha melepaskan tangan Azizi, karena ia ingin berbalik badan. Setelah berhasil, ia kini memeluk tubuh sang adik dari depan, sambil membenarkan letak rambut Azizi.

"Hei" Panggil Chika sambil mengelus pelan pipi Azizi,

"Masih ngantuk kak" Rengek Azizi dengan suara serak khas bangun tidurnya,

Shimai (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang