Suasana canggung membuat kedua pemuda berbeda profesi ini menikmati sarapan tanpa minat hanya di temani keheningan. Ingat felix masih kekasih changbin dan bagaimana bisa dia terbuai oleh saling menyatukan bibir mereka, lumatan demi lumatan membuat felix dan hyunjin hampir melakukan... Ya kalian pasti tau sendiri kan. Hanya saja hyunjin masih memiliki batas kewarasan dia segera menghentikan kegiatannya sebelum semakin jauh, dia tidak ingin mengecewakan felix.
Felix menatap ke arah hyunjin yang sedang menikmati sarapannya dengan satu tangannya asik menscrol layar handphone nya dengan sedikit kasar. Helaan nafas terdengar jelas dari pendengaran hyunjin, kini dia menatap pemuda manis di depannya itu.
"Apa kamu yakin hari ini pergi ke rumah sakit?"
"I-iya banyak sekali yang harus aku kerjakan."
"Aku akan mengantarmu."
"Ta-
"Lee felix."
"Baiklah." Entah kenapa hanya dengan panggilan nama membuat felix patuh begitu saja pada hyunjin.
Masih sama, kini keduanya melalui perjalanan menuju rumah sakit dengan keheningan, keduanya masih enggan berbicara terutama felix. Dia tidak bisa melupakan kejadian semalam dimana dia hampir... Ah sudahlah felix menggelengkan kepalanya ia ingin melupakan kejadian itu.
"Maafkan aku sekali lagi."
Felix menoleh cepat ke arah hyunjin, sekali lagi hyunjin meminta maaf padanya. Felix hanya mengangguk untuk merespon permintaan maaf hyunjin.
"A-aku tidak ingin kita terus merasa canggung seperti ini, jika kamu ketakutan tolong segera mencari ku aku akan tetap melindungi mu."
"I-iya. Terimakasih."
"Selamat bekerja nanti hubungi aku jika sudah selesai." Ucap hyunjin yang kini mengusak lembut rambut Felix.
Felix mengangguk lalu segera keluar dari mobil hyunjin, rasanya ia ingin terbang ke udara dengan perasaan yang aneh yang ia rasakan.
Kini Felix berada di ruangannya dengan memegang pena lalu menatap dokumen-dokumen para korban yang sempat ia periksa. Felix membaca dokumen ibu guru Lian ia membaca dengan teliti hingga kini keningnya berkerut ia masih ingat semua dokumen yang ia tulis itu sesuai dengan apa yang ia teliti. Bagaiamana bisa kini terdapat keterangan bahwa ibu guru Lian memiliki tanda gigitan di bahunya?
Entah bagaimana keterangan itu ada, ia yakin dan ia benar-benar masih ingat ibu guru Lian tidak memiliki tanda itu. Felix mengambil sebuah flashdisk yang selalu ia bawa dan simpan tanpa pengetahuan siapapun, Felix menyimpanya di sebuah dalam pot bunga yang ada di ruangannya. Alasan Felix selalu menyimpan flashdisk itu secara rahasia karena ia ingin berjaga-jaga jika terjadi hal seperti ini. Pemuda manis itu sering kehilangan file yang begitu penting setelah usai ia meneliti keesokan harinya hilang begitu saja. Entah sudah berapa kali ia kehilangan hal-hal penting itu.
"Apa dia bisa di percaya jika aku mengatakan ini?" Gumam Felix.
"Aku tidak tau. Sudah lah Lee Felix kamu harus sedikit lebih bersabar."
Setelah selesai mengerjakan dokumen-dokumennya kini ia berjalan keluar. Terus melangkah sampai di depan pintu berwarna putih dimana di dalam sana ada seseorang pemuda manis yang masih terbaring dalam komanya. Felix tersenyum teduh ketika melihat wajah pucat milik sahabatnya itu, tangannya terus membelai pipi gembil milik jisung.
"Apa kamu gk capek tidur terus? Apa kamu tidak merindukanku dan kak lino saat ini?"
"Bahkan aku merindukan candaan mu. Aku sempat di penjara lantaran tuduhan palsu yang mengarah padaku, aku menemui kakak dan-

KAMU SEDANG MEMBACA
A Big Secret [Hyunlix] '𝗘𝗻𝗱'
Teen FictionSeorang pemuda manis yang berprofesi sebagai Dokter outopsi dan pemuda tampan yang berprofesi sebagai Detektif. Dipertemukan di suatu keadaan yang tak terduga dan berakhir bekerja sama dalam memecahkan sebuah kasus yang sejak lama tidak pernah terpe...