66

10.2K 514 6
                                    

Dua hari sudah Salma berada dirumah Lita dan Aris, Salma turun dari kamarnya dan melihat Anggis yang sendirian diruang tamu menatap kosong laptop yang cahayanya menyorot wajahnya

"Dek?" Sapa Salma menepuk bahu Anggis

"Eh! Kak Salma?"

"Kenapa? Kok ngelamun?"

Anggis menggeser duduknya, mendekati Salma

"Kak, kakak nggak capek yah jadi publik figur?"

"Maksudnya?"

"Kan kak Salma penyanyi, pembisnis juga, apa kakak nggak capek dengan orang-orang yang mungkin nggak bisa ngertiin kakak?"

Salma tersenyum mendekatkan kepala Anggis dan diusapnya pelan

"Ada apa? Dan kenapa pertanyaannya gitu?"

"Sekarang aku ngerasain gimana menjadi seseorang yang disorot"

"Masalah kantor?"

"Iyah, ada aja gitu yang gak terima dengan cara kerjanya, yang katanya ribet, peraturannya banyak, dikit-dikit eval, banyak deh"

"Dek, ikatan yang berstatus serius karena pernikahan aja bisa berselisih apalagi ikatan kerja"

"Kenapa mereka nggak bisa ngerti, gimana jika dibalik, mereka ada diposisi aku, nggak akan mampu juga"

"Berarti kamu harusnya mampukan dek? Porsi masalah yang diberikan itu sesuai dengan kekuatan kita, walaupun kita tahu cobaan itu terasa berat bagi kita"

"... Kenapa kamu lihat sisi negatifnya, coba kamu cari sisi positifnya"

"Mana ada sisi positifnya?" Ucap Anggis cemberut

"Pasti ada, kamu jadi tau dan belajar gimana menghadapi orang seperti itu, ketika kamu bertemu orang yang sifatnya hampir sama atau bahkan lebih diatasnya, kamu sudah terbiasa dan bersikap biasa"

"... Ibaratnya gini, jangan pernah memukul jika kamu tak ingin dipukul"

"... Maksudnya, kamu tau sifat dan karakter seperti itu tidak disukai banyak orang, itu berarti jangan bertingkah seperti itu"

"... Satu poin buat kamu karena kamu atasan mereka, Harusnya kamu bisa mengontrol mereka, aku tau setiap orang pasti beda-beda tapi kamu bisa memberikan pengertian atau arahan yang sekiranya bisa diterima sesuai kepribadian mereka"

"Aku harus mengenalnya donk?"

"Iyalaah, dengan kamu membaca kesehariannya ketika bekerja, kamu akan mudah mengenali kepribadiannya dan kamu akan tau apa yang harus dilakukan"

"... Kalau kamu memutuskan mengerjakannya sendiri ya nggak bisa, kita masih butuh sosial, kamu lihat, orang mati saja butuh orang lain untuk membantu menguburnya bahkan membutuhkan do'a kita"

"Tapikan capek kak, harus kita yang ngertiin mereka terus"

"Iya aku tau, tapi kamu juga dapat keuntungan, coba kamu teliti, orang yang kepribadiannya bernilai jelek, dimanapun mereka berposisi, pasti nggak akan diterima"

"... Berbeda dengan kepribadian yang menyenangkan atau selalu menebar vibe yang positif, dimanapun mereka berada pasti diterima bahkan dikangenin, karena mereka bisa memposisikan dirinya, dari mana kamu harus belajar? Dari cara kamu menilai kerakter seseorang"

"Tapi kak menurut aku, mereka udah besar, udah dewasa, ya harusnya ngerti donk"

"Justru! penilaian dewasa atau nggaknya itu dari cara berfikir mereka yang sudah matang, bukan soal umur atau tinggi badan, ada kok orang tua yang kadang sifat kekanakannya masih tampak, tapi karena mereka bisa menempatkan posisinya, cara pandangnya juga berbeda"

Rumah di PerantauanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang