EPISODE SEBELUMNYA
Waktu terus berlalu, dan Anastasia melahirkan seorang putra bernama Arkady Sokolov Zakharin, yang sangat disayangi dan dimanjakan Grand Duke. Di sisi lain, Arabella pun melahirkan putra kembar, Diandrei Sokolov Zakharin dan Andrei Sokolov Zakharin. Namun, berbeda dengan Arkady, kedua putra Arabella tak pernah mendapatkan perhatian dari ayah mereka. Bahkan, Grand Duke tak mengakui Diandrei dan Andrei sebagai putranya.
"Arabella Romanova Fedora, kau cantik, kuat, dan memiliki latar belakang terhormat. Mengapa kau begitu bodoh untuk bertahan di sini?" gumam Bella dengan suara sendu, mengenang kisah tragis pemilik tubuh asli ini.
________🪐VEE🪐_________
"Ini pasti kehamilan keduamu, bukan? Sekarang, akulah yang akan menggantikan mu menjadi ibu bagi anak-anakmu. Aku berjanji akan menjaga dan menyayangi mereka seperti yang kau lakukan," ucap Bella sambil mengelus perut besarnya dengan penuh kelembutan.
Bella terdiam lama, merenungkan apa yang akan dia lakukan untuk masa depan bersama anak-anaknya, hingga tanpa terasa, hari pun beranjak siang.
"Ibu... hiks, kau sudah sadar?" ucap seorang anak laki-laki berusia enam tahun dengan rambut pirang pendek dan mata ungu gelap yang berkilau.
"Ibu, kenapa hanya diam? Apakah ibu dan adik merasa sakit?" tanya anak laki-laki berambut pirang agak panjang dan mata ruby yang indah, dengan air mata mengalir di pipinya.
"Kalian... Diandrei dan Andrei, putra-putraku?" ucap Bella sambil menyentuh wajah mereka.
"Ada apa dengan ibu? Apa ibu baik-baik saja? Tentu saja, kami putra ibu," jawab anak bermata ruby itu, menatap Bella dengan kekhawatiran.
"Ibu, apa ibu baik-baik saja?" ucap Andrei, masih dengan suara penuh kecemasan. "Maafkan kami, Bu. Kami sudah memohon kepada Ayah untuk memanggil tabib, tapi Ayah tidak mendengarkan kami. Maafkan kami, Bu, karena tidak bisa menjadi putra yang baik untuk ibu," lanjutnya sambil menangis tersedu-sedu.
Bella melihat kedua anak itu menangis tersedu-sedu, merasa bingung harus melakukan apa untuk menghentikan tangisan mereka.
"Ibu merasa sedikit kehilangan ingatan, sayang... tapi jangan khawatir. Maafkan ibu karena membuat kalian menderita," ucap Bella dengan lembut sambil mengusap air mata kedua putranya.
"Ibu, apa yang sedang ibu katakan? Adik, cepat panggil Bibi Sara sekarang!" ujar Diandrei dengan nada panik.
Andrei yang mendengar perintah kakaknya segera berlari keluar dari gubuk untuk mencari Bibi Sara.
"Sayang, ibu sungguh baik-baik saja," kataku dengan lembut, mencoba menenangkan Diandrei.
"Ibu, kumohon... untuk kali ini saja biarkan kami melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk ibu," ucap Diandrei sambil menyodorkan segelas air putih dengan tangan gemetar.
Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya bersama putranya memasuki gubuk. Wanita itu tampak cukup berumur, sekitar 40 tahun, dengan wajah yang teduh dan kehangatan yang terpancar.
"Bella, kau baik-baik saja?" tanya wanita itu dengan napas tersengal setelah berlari cepat. "Andrei mengatakan kau kehilangan ingatanmu."
"Aku baik-baik saja, Bibi," jawabku sambil tersenyum lembut.
"Sungguh?" tanya Bibi Sara lagi, memastikan.
"Aku sungguh baik-baik saja, Bibi. Diandrei, Andrei, bisakah kalian tinggalkan ibu dan Bibi Sara sebentar, sayang?" tanyaku kepada kedua putraku.
"Tapi, Ibu…" sahut Andrei dengan ragu.
"Adik," singkat Diandrei, memberi isyarat pada adiknya.
"Baiklah, jika Ibu dan Bibi butuh sesuatu, panggil saja kami, Bu," ucap Andrei sambil mencium pipiku, diikuti Diandrei yang melakukan hal yang sama.
Setelah mereka keluar, aku menatap Bibi Sara. "Bibi, aku tidak ingat apa yang terjadi padaku. Bisakah kau ceritakan semuanya?"
Bibi Sara menghela napas panjang, wajahnya mendadak suram. "Kau pingsan selama empat hari, Bella… karena Selir Anastasia mendorongmu ke dalam danau."
Bella terdiam, mengepalkan tangannya. "Aku ingatannya samar, Bibi. Tapi sepertinya aku tidak perlu tahu lebih banyak kalau itu terlalu menyakitkan."
Sara menggeleng pelan. "Selir Anastasia telah melampaui batas. Maafkan Bibi yang tidak bisa menolongmu waktu itu," ucapnya dengan nada penuh penyesalan.
"Bibi, tak perlu meminta maaf. Bibi sudah merawat putra-putraku selama aku pingsan. Itu sudah lebih dari cukup," kataku, menggenggam tangan Sara sebagai bentuk terima kasih.
Sara tersenyum tipis, meskipun matanya masih menyiratkan rasa bersalah. "Baiklah, Bella. Lalu, sebanyak apa yang kau lupakan?"
"Aku ingat nama kalian, tetapi melupakan wajah-wajah kalian. Aku bahkan tak mengenali anak-anakku… dan aku tak tahu berapa usia kandunganku sekarang," jawabku, mengatur ekspresi sedih meski hatiku bersorak senang atas akting yang sangat bagus ini.
"Bella yang malang," ucap Sara sambil mengusap kepalaku dengan lembut. "Tenang saja. Usia kandunganmu sekarang sudah sembilan bulan, Bella. Sebentar lagi kau akan melahirkan."
Aku mengerutkan kening. "Bibi, bukankah suamiku membenciku? Mengapa aku bisa hamil lagi?"
Sara terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca. "Bella… Nak, ini akan menyakitkan. Lebih baik kau lupakan saja."
"Bibi, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku penuh penasaran. "Apakah ada yang salah dengan anak dalam kandunganku sekarang?"
Sara menghela napas panjang, air matanya mulai jatuh. "Nak, anak dalam kandunganmu… bukanlah anak Grand Duke."
"Apa?" jerit Bella tak percaya, hatinya mencelos, apakah pemilik asli berselingkuh ?.
"Setahun yang lalu, saat putra-putramu berusia lima tahun, Selir Anastasia meracuni mereka dengan racun mematikan. Dia iri karena kedua putramu lebih unggul dalam segala hal dibandingkan putranya. Selir Anastasia berkata bahwa satu-satunya cara menyelamatkan mereka adalah jika kau tidur dengan pria asing lebih dulu, baru dia akan memberikan penawar," ujar Sara dengan suara bergetar, mengenang saat-saat mengerikan itu.
"Ketika itu, kau sempat meminta bantuan Grand Duke Dimitri. Namun, dia… sama sekali tidak peduli. Kau berlutut di depan paviliunnya semalaman, memohon pertolongannya, tetapi dia tak bergeming. Akhirnya, ketika kondisi kedua putramu semakin parah, kau terpaksa menyetujui syarat Selir Anastasia." Sara tak mampu lagi menahan tangisnya.
Aku terdiam, mendengar kenyataan pahit yang baru saja ku ketahui. Namun, dengan lembut, aku mengelus perutku. "Anak ini tetaplah anakku… dan adik dari putra-putraku. Aku akan menyayanginya sama seperti aku menyayangi mereka," ucapku lirih.
Sara menangis semakin deras. Bagaimana bisa seseorang sebaik Bella diperlakukan sedemikian kejam? Mengapa Grand Duke Dimitri tak mampu melihat nilai berharga dalam diri Bella, sementara Anastasia, wanita iblis itu malah diagungkan?
"Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Grand Duke? Bagaimana mungkin dia lebih memilih wanita seperti Anastasia, iblis berhati batu itu, ketimbang Bella yang jauh lebih mulia?" gumam Sara, penuh kebingungan dan kemarahan.
Tanpa mereka sadari, dua sosok kecil berdiri di luar gubuk, mendengar percakapan itu dengan air mata berlinang.
"Ibu… aku dan Kakak akan tumbuh besar dan kuat agar bisa melindungi Ibu dan adik nanti. Kami tak ingin melihat Ibu menderita lagi," ucap Andrei penuh tekad, kepalan tangannya gemetar.
"Kau benar, Adik. Kita akan membawa Ibu dan adik kecil pergi dari tempat ini," sahut Diandrei dengan amarah yang membara, hatinya terasa remuk mengetahui kebenaran yang begitu menyakitkan.
Di dalam hati, keduanya bersumpah "Ibu, kami akan menjadi tembok dan pedang untukmu dan adik. Kami berjanji akan selalu melindungi dan membalas setiap pengorbananmu."
________🪐VEE🪐_________
Diandrei anak dengan rambut pirang dengan mata ruby dia sang kakak. sedangkan Andrei anak dengan rambut pirang dengan mata ungu gelap dia sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The shadow of love behind the wall of darkness
RomanceArabella adalah manager di suatu perusahaan, dalam sebuah perjalanan bisnis dia mengalami kecelakaan naas yang membuat jiwanya memasuki tubuh orang yang memiliki nama sama seperti namanya yaitu Arabella Romanova Fedorov. Bella menjadi seorang grand...