-06 marah

5.5K 345 5
                                    

EPISODE SEBELUMNYA

Beliau adalah yang mulia Grand Duke Dimitri, nona," ucap Leon, memahami kebingungan Arabella.

"Aah, maafkan hamba yang tidak mengenali anda, tuan. Hamba pantas dihukum," ucap Bella sambil memberi hormat.

DEG!

________🪐VEE🪐_________

Kembali lagi, Grand Duke Dimitri merasakan sakit yang sama ketika kedua putranya tidak memanggilnya dengan sebutan ayah. Kini, rasa sakit itu kembali menggerogoti hatinya saat melihat Arabella, istrinya, bersikap sangat formal, seolah menghalangi semua ikatan yang pernah ada di antara mereka. Binar cinta yang pernah menghiasi matanya kini menghilang, seolah ditelan oleh kegelapan.

"ARABELLA ROMANOVA FEDOROV, BERHENTILAH BERSANDIWARA! AKU TIDAK AKAN BERSIMPATI KEPADAMU DAN ANAK-ANAKMU, APA KAU MENGERTI?" teriak Grand Duke Dimitri geram dengan kelakuan anak dan istri nya, suaranya menggelegar dengan kemarahan yang membara.

"KAU HANYA WANITA KOTOR YANG TELAH DISETUBUHI LAKI-LAKI SELAIN SUAMIMU HINGGA HAMIL. KAU BENAR-BENAR WANITA KOTOR NAMUN MASIH BERHARAP KEHANGATAN KELUARGA," lanjutnya, setiap kata yang diucapkan mengiris hati Arabella tanpa dia sadari.

Mendengar semua itu, Arabella hanya bisa memegang perut besarnya, air mata mengalir deras dari matanya. "Apa ini perasaan Arabella yang masih tersisa? Sungguh sakit sekali. Bagaimana bisa dia bertahan dengan rasa sakit ini bertahun-tahun?" gumam Bella, meremas bagian dadanya yang terasa sakit dan sesak, seolah mencoba menghapus rasa perih yang menggerogoti jiwa.

Grand Duke Dimitri, melihat respon istrinya, merasa tertrgun dari kegilaan kata-katanya. "Apa yang baru saja ku ucapkan? Sialan, mulutku sungguh tidak bisa dikontrol!" batinnya, menyalahkan diri sendiri atas kebencian yang telah ia lontarkan.

"Kau benar, aku memang wanita kotor. Namun anak ini tetap anakku. Dia akan menjadi berlian walau dia terlahir dari manusia kotor seperti aku!" ujar Bella dengan suara lemah, mengusap perutnya dengan lembut, menenangkan janin di dalamnya yang mungkin merasakan kepedihan ibunya.

DUK! DUK!

"Kau mendengarnya, sayang? Tak apa, kau tetap kesayangan Ibu dan kakak-kakakmu. Percayalah pada Ibu dan saudara-saudaramu ya," bisiknya lembut saat merasakan tendangan kecil dari bayinya, air mata menetes di pipinya.

"Bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin kau membatalkan rencanamu bersama Leon, itu saja," gumam Dimitri dalam hati, frustrasi semakin mendalam atas situasi yang tak terduga ini. Rasa sakit melihat istrinya menangis sambil mengusap perutnya membuat hatinya terperosok dalam kesedihan tanpa sadar tangannya bergerak terangkat ingin menghapus air mata di pipi Bella.

Andrei, yang melihat gerakan tangan ayahnya menuju wajah ibunya, berteriak lantang, mengira ayahnya  akan melukai Bella"CUKUP! JIKA KAU INGIN MEMUKUL IBUKU, MAKA PUKUL LAH AKU! IBUKU SUDAH CUKUP HIDUP MENDERITA BERTAHUN-TAHUN HANYA UNTUK MEMBESARKAN KAMI!" Suaranya penuh keberanian, namun kesedihan mendalam melandasi setiap kata.

"KU MOHON, TUAN! JIKA KAU MARAH KEPADA IBUKU, HUKUM AKU SAJA! JANGAN IBUKU! BAHKAN JIKA KAU MEMBUNUH AKU, AKU AKAN MENERIMANYA ASALKAN JANGAN MENYAKITI IBUKU!" teriak Andrei, berlutut di kaki ayahnya yang kini seperti sosok asing dalam hidupnya.

"IBU BAHKAN TIDAK PERNAH MENGELUH SAAT DIA HANYA MINUM AIR PUTIH SEHARIAN. DIA MEMBIARKAN KAMI MEMAKAN MAKANAN YANG ADA PADAHAL DIA JUGA SEDANG KELAPARAN. IBU BAHKAN MENGORBANKAN DIRINYA SENDIRI DEMI ANAK YANG TAK BERBAKTI INI. MAKA KU MOHON, TUAN, BIARKAN AKU BERGUNA UNTUK IBUKU! HUKUM AKU SAJA, TUAN! AKU SAJA!" ujarnya, suaranya pecah dengan emosi yang tak tertahankan.

Diandrei, mendengar ucapan adiknya itu, tak dapat menahan diri untuk tidak berteriak, "ADIK, APA YANG KAU KATAKAN? AKU ADALAH ANAK TERTUA, MAKA TANGGUNG JAWAB ITU SEHARUSNYA MILIKKU! CEPAT BANGUN DAN BAWA IBU BERISTIRAHAT, BIAR KAKAK YANG MENYELESAIKAN INI!" Ia merasa marah atas keputusan Andrei yang gegabah.

"Tidak, Kak. Aku tidak sepintar kau dan aku tidak sekuat kau. Ibu jauh lebih aman jika bersama mu, Kak. Biarkan aku berkorban untuk kali ini saja. Sudah cukup aku menjadi beban untuk keluarga kita, Kak," ujar Andrei dengan senyuman manis, mencoba menyembunyikan rasa sakitnya di depan kakaknya.

"ANDREI, APA KAU TIDAK MENDENGARKAN PERINTAH KAKAKMU? CEPAT BAWA IBU PULANG UNTUK ISTIRAHAT DAN BUATKAN DIA MASAKAN YANG ENAK! IBU DAN ADIK KECIL PASTI SUDAH LAPAR SEKARANG. CEPAT BANGUN!" teriak Diandrei, frustasi dan tak berdaya saat adiknya tak bergerak sedikit pun.

Arabella hanya bisa terduduk, air mata mengalir deras, merasa tak berdaya menyaksikan pertikaian di antara mereka, merasakan keputusasaan yang menggerogoti hatinya. Dalam hatinya, dia ingin berteriak, ingin menghentikan pertikaian ini, namun tenaganya telah habis.

Berbeda dengan perasaan Arabella, Grand Duke Dimitri kini teramat hancur, terdiam memikirkan sejauh mana dia telah menyiksa istri dan anak-anaknya. Hatinya tergerus oleh rasa bersalah yang terus menggerogoti.

Leon, menyaksikan perdebatan keluarga kecil ini, hanya bisa tersenyum miris, merasa sedih akan nasib yang menimpa keluarga tuannya. "Sungguh, mereka adalah keluarga yang sempurna jika mereka saling menyayangi. Memiliki istri yang cantik dan penyabar, anak yang cerdas dan penyayang—bukankah itu merupakan anugerah bagi seorang laki-laki? Namun, takdir memang tak adil," pikir Leon.

Tiba-tiba, Arabella menjerit, "Akhhhh..." sambil memegang perutnya yang semakin nyeri.

"Akhhh, perutku... shhhhh..." teriak Bella lagi, rintihan kesakitan itu menghentikan perdebatan yang sudah berlangsung sengit.

"IBU!" teriak Diandrei dan Andrei serentak, melihat kondisi ibunya yang tengah merintih kesakitan, tubuhnya terhuyung lemah.

Diandrei, panik, tak tahu harus berbuat apa, hanya bisa memeluk dan mengelus perut sang ibu, berharap agar rasa sakit yang dirasakannya berkurang.

"KAKAK, IBU... IBU BERDARAH! HIKS! KAKAK, BAGAIMANA INI?" ucap Andrei panik, melihat baju bagian bawah ibunya mulai dipenuhi darah.

"Shhhhhhhh... akhh... sakit... Sayang, dengarkan Ibu," ucap Bella dengan susah payah, menahan rasa sakit yang semakin mendera.

"Jika Ibu tidak bisa bertahan, shhhhhh... pergi lah ke kekaisaran Barat. Akhhh... datanglah ke kediaman Duke Romanova Fedorov. Di sana kalian akan aman. Bawa kalung ini dan katakan bahwa kalian adalah Diandrei Romanova Fedorov dan Andrei Romanova Fedorov, anak dari Arabella Romanova Fedorov. Shhhhhhh... Apa... Apa kalian mengerti?" ucap Bella terputus-putus, napasnya terengah-engah.

"Ibu, ibu bicara apa. Ibu akan baik-baik saja. Tunggu sebentar, Diandrei akan mencari bantuan. Ibu, bertahanlah," ucap Diandrei dengan air mata, merasa tak berdaya menghadapi keadaan ini.

Grand Duke Dimitri, melihat kondisi memprihatinkan istrinya, merasakan kepanikan yang sama, hingga tanpa sadar ia menggendong tubuh istrinya dan berlari ke arah kamar terdekat.

"LEON! CEPAT PANGGIL TABIB SEKARANG! AKU TIDAK MENGAMPUNI KETERLAMBATAN!" teriaknya dengan suara menggelegar, harapan dan ketakutan bercampur aduk.

Diandrei dan Andrei yang melihat ibunya masih memiliki harapan, bisa bernafas lebih lega dari sebelumnya namun tetap saja kekhawatiran masih melanda mereka.

"Akhhhh sakitt.... Hiks hiks akhhh." Ringis Bella sambil memegang perutnya yang teramat sakit

"Tuan, tabibnya telah sampai" ucap leon yang baru saja membuka pintu kamar.

"Salam yang mulia Grand Duke" ucap tabib itu saat melihat Dimitri ada dalam ruangan tersebut.

"KAU SUDAH TERLAMBAT MASIH MEMBUANG-BUANG WAKTU MEMBERIKAN SALAM ? CEPAT PERIKSA KEADAANNYA" ucap Grand Duke Dimitri geram

"Tuan, nona ini mengalami pendarahan karena stress terhadap tekanan mental yang terlalu kuat, dia harus melahirkan secepatnya tuan jika tida nyawanya akan terancam." Ucap sang tabib setelah selesai memeriksa

"Shhhhhhh akhh hikss, tabib..... lakukan lah dan akhhhhhh... keselamatan anak ku yang utama." Ucap Arabella dengan susah payah.

"Bibi akhhh"

________🪐VEE🪐_________

Yang bener aja udah baca sampai sini ga Vote ?

Rugi dongggg....

The shadow of love behind the wall of darknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang