003. Little Weird

44 6 0
                                    

"Selamat datang kembali Karin, ini Nafa, dan ini kembaran kamu, Zea, kamu masih inget mereka kan?"

Aku masih terdiam seraya melihat mereka bergantian.

Ditanyai seperti orang asing yang baru bergabung seperti ini rasanya begitu tidak nyaman, maksudku, kemana saja mereka selama aku tidak ada? Juga sikap mereka yang seperti tidak merasa bersalah sedikitpun, walaupun ya memang bukan sepenuhnya kesalahan mereka, tapi setidaknya–ah entahlah, yang pasti aku seperti berada di rumah orang asing sekarang, menyesal ku iyakan ajakan mereka tadi.

"Gue kangen lo Rin" Nafa menghampiriku kemudian memelukku. "Zea, sini" ajaknya pada kembaranku.

Respon dari Zea langsung membuatku sakit hati, pasalnya dia langsung naik ke lantai dua tanpa mengatakan apapun kepada kami. Hei, bukankah aku yang harusnya marah disini?

"Dia kecapean keknya Rin, yuk ke kamar gue aja, lo harus ceritain apapun pokoknya" tanpa menunggu persetujuanku, aku langsung ditariknya untuk masuk kedalam kamar miliknya.

Ah sebenarnya dulu aku sekamar dengan Zea, tapi sekarang–entahlah, aku tidak merasa kami akan akrab nantinya, tapi meskipun begitu, bukan berarti aku membencinya.

"Nih pake baju gue dulu aja, besok kita belanja, kita harus ke timezone, terus main rollercoaster, terus—"

"Nafa."

"Eh, ya?" Dia mengerjap dengan lucu, membuatku terkekeh pelan, dia memang lebih tua dariku, tapi sungguh, sikapnya itu sangat jauh dari kata Kakak.

Dan jujur saja dari dulu aku lebih akrab dengan Nafa dibanding Zea, meskipun status kami bercap 'kembar', itu sama sekali tidak membuktikan kalau kami benar benar sama, jika dipikir pikir aku memang memiliki ambisi yang kuat juga, tapi tidak sekuat Zea yang tidak mau kalah sedikitpun.

"Aku mandi dulu" lanjutku kemudian, membuatnya mengangguk anggukan kepalanya.

Setelah menutup pintunya, tubuhku meringsut dibalik pintu.

Ya tuhan, apakah keputusan ku ini sudah benar? bagaimana pun juga aku masih butuh pengawasan orang dewasa bukan? aku hanya mengiakan hal yang wajar bukan?

Aku hanya.. kembali pada keluargaku.
Meskipun selama lima tahun mereka baru menemukanku, tapi kuharap aku masih menjadi bagian dari keluarga ini, bukan menjadi orang asing yang tiba-tiba datang.

Dan setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, kemudian aku keluar dari kamar mandi dan langsung bertatapan dengan Zea yang entah dari kapan sudah ada di kamar Nafa. "H-hai?" aku melambai dengan kaku.

"Aku pikir kamu udah ga ada"

Sapaan macam apa itu?

Lalu ekpresinya langsung berubah, dia–dia menangis sekarang?! kok sengaja sekali membuatku panik!

"Zea, jangan nangis dong.. " aku berjalan mendekatinya yang sedang duduk di samping ranjang, dan kemudian dia langsung menarikku kedalam pelukan nya, "Sutt udah ya udah" aku mengusap punggung Zea untuk memenangkan nya.

Bukan nya berhenti, isakan nya malah semakin keras, lalu tak lama pintu kamar kembali terbuka, dan datanglah Nafa yang kemudian langsung bergabung dalam pelukan tangis ini.

K-kenapa mataku ikut panas sekarang? ah menyebalkan.

Ini konyol sekali, tapi sungguh, aku juga sangat merindukan kedua saudariku ini.

——

Perihal sekolah, awalnya Ayah memintaku untuk satu sekolah dengan Nafa dan Zea, tapi aku merasa tanggung sekali, karena satu tahun lagi aku sudah akan lulus.

Until The End | HEERINA [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang