Maaf kalau ada typo, jempolnya lagi capek
🙏⚠️🙏⚠️🙏⚠️
* * *
19 Agustus 2022
Pagi ini Andini dan teman sekelasnya disibukkan dengan persiapan pawai. Mereka mengatur lagi pakaian serta make up-nya. Juga Hanif yang kembali menerangkan tentang barisan saat jalan nanti.
Make up-nya bukan untuk kecantikan kok, tapi untuk properti seperti darah palsu yang akan digunakan kepada mereka yang cosplay menjadi korban dalam peperangan dahulu.
Mereka yang menjadi korban adalah Sasi, Cahya, Aulia, Arga, Najwa, dan Hilwa. Mereka mengenakan kaos putih polos yang akan dituangkan darah palsu. Cairan merah itu juga dipakai di area wajah, tangan, dan kaki.
Biar mendalami peran.
Tapi tidak diminum ya sama mereka.
Kebanyakan siswi croxera menjadi warga biasa pada zaman dulu yang memakai setelan kebaya dan jarik.
Nah, yang laki-laki ini yang banyak modelnya. Ada yang jadi tentara, jadi petani, jadi konglomerat, sampai ada yang jadi ustaz. Ustaz ya, bukan kyai.
"Kepada seluruh kelas sepuluh, sebelas, dan dua belas SMA Levanter diharap segera menuju ke halaman depan untuk berbaris. Bagi yang siap akan jalan terlebih dulu." Nah, kalau sound sudah bersuara seperti ini tandanya sudah waktunya untuk jalan.
"Ayo semuanya turun! Baris dulu di depan."
Nadhira dengan sigap memerintahkan temannya untuk segera berbaris dulu di halaman depan. Yang penting baris dulu.
Satu persatu murid sepuluh satu turun. Mana pas udah di anak tangga terakhir udah banyak kelas yang mulai berbaris. Mau tak mau mereka mencari posisi yang kosong untuk berbaris. Walaupun bersesakan. Resiko sih ya turunnya lama.
Mirip lautan manusia. Pagi ini panas pula, menyilaukan.
Andini sendiri bersiap dengan kostum doker yang ia pinjam dari kakak sepupu. Kebetulan kelasnya sebelahan.
Kelas sepuluh satu sekarang letaknya ada di lorong kelas sebelas. Paling ujung pula. Itu karena ada kakak kelas yang sedang sakit, entah sakit apa Andini tak tahu pasti. Yang jelas dia pernah melihat kakak kelas itu memakai kruk di sekolah. Kemungkinan cukup parah sih sakitnya.
"Barisnya yang bener dong, guys!" tegur Cahya yang melihat temannya kurang teratur.
"Heaven, barisanmu mana?" Heaven yang ditegur tak terima, malah nyolot. "Sabar lah! Ini loh nggak cuup barisannya."
"Yel-yelnya jangan lupa ya!" ingat Naizha. Teman-temannya pun menganggukkan kepala saja.
Suasana halaman depan kini sangat ramai dan berisik akibat suara pemandu jalan yang menggunakan mic disertai ratusan siswa-siswi SMA Levanter tiga angkatan. Angkatan 44, 45, dan 46.
Jangan dibayangkan seperti apa suasana pagi di Levanter hari ini.
Hampir lima menit mereka mengantri giliran jalan. "Sepuluh satu!" Sekarang saatnya mereka menunjukkan diri.
"Ayo-ayo barisnya yang rapi ya!"
"Sepuluh satu siap?"
"Siap!" Setelah dihitung mundur, kumpulan anak aktif itu mulai berjalan sambil bersorak ria dengan yel-yelnya.
Perjalanan dimulai dari SMA Levanter, perumahan Chill, SMK Tortoise, SMK Megaverse, dan kembali lagi ke Levanter. Waktu yang ditempuh kurang lebih tiga puluh menit.
Kalau lancar ya.
Semangat pawai sepuluh satu terlihat menyala. Setiap anggota dengan kerasnya menyanyikan yel-yel mereka, dengan malu-malu.
Ada sih yang terang-terangan semangat, tapi ada juga yang malu-malu.
Remaja pasti nakal kan? Tentu saja. Contohnya adalah seperti barisan croxera yang beberapa kali melenceng dari jalur, kadang nyalip kelas lain, sampai si dukun menaburi bunga di jalan.
Sangat mendalami peran.
Mendekati sekolah, sepuluh satu kembali menyanyikan yel-yel mereka dengan penuh semangat, karena biar terlihat kelas yang aktif, ditambah pawai ini juga dinilai.
"Selamat datang kembali, sepuluh satu!"
Setelah itu mereka langsung kembali ke habitatnya. Ke kelas maksudnya. Yang jelas mendinginkan diri di bawah ac yang kadang mati itu.
"Ayo foto dulu, Guys. Yang cewe!" ajak Sasi.
"Nunggu lengkap dulu aja loh, Sas," usul Cahya.
"Ga usah, keburu disuruh ke audit nanti," tolak Sasi.
"Ya udah lah."
"Ayo-ayo foto dulu!" Bersiaplah anak ciwi-ciwi sepuluh satu yang berada di kelas sekarang. Sekitar delapan belas anak, sisanya kemungkinan pergi ke kantin.
Mereka mengatur barisan sedemikian rupa agar semua masuk dalam frame kamera. Pakai ponsel Sasi lagi ya, soalnya kamera Sasi sangat jernih seperti air mineral.
"Satu, dua…" Bunyi jepretan kamera terdengar beberapa kali. Mereka tentu tidak sekali gaya saja, gaya bebas, formal, sepuluh satu, dan lain-lain. Banyak gayalah mereka kalau foto ini.
"Makasih, Heaven," ucap Cahya yang meminta Heaven menjadi fotografer tadi.
Tak lama setelahnya siswi yang dari kantin datang dan mengatakan kekecewaannya karena tidak diajak foto.
Namun, lima menit setelah semua berada di kelas panggilan melalui sound kembali terdengar lantang. Menyuruh semuanya pergi ke Auditorium untuk menyaksikan hasil pemenang lomba-lomba kemarin.
Sebenarnya anak-anak croxera malas ke sana, toh mereka nt disemua lomba. Hanya saja kalau tidak menuju ruangan multifungsi itu akan dikenakan sanksi dsri guru tatib dan kesiswaan.
Itu lebih menyebalkan dibanding kalah lomba.
"Selamat pagi menuju siang, semuanya! Apa kabar?" ucap sang MC membuka acara.
Dilanjut dengan pembacaan-pembacaan pemenang lomba dan pawai, serta suporter terbaik.
"Juara satu lomba estafet bola gelas diraih oleh…"
"Dua belas satu!"
"Betul sekali! Juara satu lomba estafet bola gelas jatuh kepada kelas dua belas satu! Kepada yang bersangkutan silakan maju."
"Juara untuk suporter terbaik siapa nih, Kak?"
"Ehm, siapa ya? Kira-kira siapa nih suporter terbaik Levanter?"
"Sebelas dua!"
"Sepuluh sepuluh!"
"Sepuluh satu!"
"Dua belas lima!"
"Dua belas delapan!"
"Sebelas sepuluh!"
"Tenang-tenang. Tenang dulu semua."
"Juara suporter terbaik jatuh kepada, dua belas delapan! Untuk perwakilan bisa maju."
Ayo bubar, guys. Sudah selesai acaranya…
———
HaiiKurang seru ya? Gomennasai, idenya mampet di otak, nggak bisa ngalir ke jempol...
Ini Riri lupa sm kejadian riilnya, maap.
31 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Best(crox)Era [TERBIT]
Teen FictionEra terbaik itu di masa SMA, tepatnya di kelas 10. Itu kata Andini. Soalnya pas kelas 11 gak seasik dulu. Nggak ada solid-solidnya di kelas 11, sirkelnya kuat banget pula. Kalau di kelas 10 walaupun banyak sirkel tapi tetep asik dan solidaritasnya t...