Maap typo
* * *
1 November 2022
"Panggilan kepada ketua dan sekretaris kelas sepuluh diharap segera ke ruang meeting satu sekarang juga. Sekali lagi, ketua dan sekretaris kelas sepuluh satu samai sepuluh dua belas diharap menuju ke ruang meeting satu. Terima kasih." Suara dari sound terdengar jelas di sudut sekolah.
"Bu, izin ada panggilan," ucap Hanif pada bu Isa yang sedang menjelaskan tentang materi baru.
"Oh, ya, Nif." Setelah diperbolehkan keluar Hanif dan Adel pergi meninggalkan pelajaran untuk sejenak.
Setelah kepergian dua perwakilan kelas, bu Isa kembali melanjutkan tentang materi baru. Oh jelas masih sulit bagi Andini yang tidak suka hitung-hitungan dengan banyak rumus seperti ini.
Ayolah, kapan pelajaran ini selesai? Laper banget nih.
"Untuk latihan soal, kalian kerjakan halaman lima puluh empat yang nomor satu dan dua," ucap bu Isa yang sedang membuka buku paket matematika.
Aduh malah disuruh ngerjain tugas. Otak dan perut lagi kosong, Bu. Tidak bisa berpikir jernih, butuh asupan.
Ujung-ujungnya dia lihat bantuan internet yang jawabannya kurang jelas itu. Meski kurang memahami materi, saat mengerjakan soal dengan menyontek internet, Andini tetap berusaha memahami jawaban serta cara yang digunakan oleh penulis web.
Biar nggak kelihatan bodoh banget. Makanya tetap mencari tahu asal muasal angka-angka itu.
Dan tentunya ia akan memotret hasil jawaban temannya di papan tulis yang kemudian ia salin. Kalau nggak malas aja sih.
Galerinya kini juga banyak foto-foto papan tulis dengan angka-angka dan catatan-catatan pelajaran.
Definisi mempermudah diri sendiri. Soalnya dia nggak kelihatan di belakang, makanya dia foto aja.
Saatnya istirahat pertama. It's time to break.
Suara speaker dengan kata-kata istirahat membuat Andini refleks mengucap syukur dalam hati.
"Ayo kantin, Fat!" ajak Andini yang sudah kelaparan.
Hari ini dia telat bangun dan tidak sarapan. Sarapan sih, minum energen. Tapi itu cuma bertahan sampai jam delapan. Setelah itu lapar lagi.
Setelah Fathya setuju, mereka berdua langsung menuju kantin yang sudah ramai orang. Tak ingin berlama-lama di tengah ratusan manusia, ia segera membeli makanan yang jadi incarannya tadi.
Nasi goreng.
Lumayan, cuma lima ribu.
"Nasi goreng satu," ucap Andini sambil memberikan selembar uang ungu kepada penjual.
"Terima kasih," ucap si penjual dengan menyerahkan uang kembalian Andini.
Fathya sendiri juga sedang bergulat ditengah banyaknya manusia yang antri beli batagor.
Tunggu di depan koperasi aja deh.
Beruntung Andini tak perlu menunggu lama temannya, mereka langsung bergerak kembali menuju kelas. Yang ternyata Adel dan Hanif belum kembali.
Lama juga rapatnya. Bahas apaan ya?
Memakan nasi goreng dengan nikmat, Andini sesekali mencari tahu tugas yang belum ia kerjakan.
Banyak juga yang belom. Makin males aja sama tugas. Udahlah pulang sore, dikasih tugas pula.
Lima menit sebelum bel masuk berbunyi, Hanif dan Adel kembali dari rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best(crox)Era [TERBIT]
Teen FictionEra terbaik itu di masa SMA, tepatnya di kelas 10. Itu kata Andini. Soalnya pas kelas 11 gak seasik dulu. Nggak ada solid-solidnya di kelas 11, sirkelnya kuat banget pula. Kalau di kelas 10 walaupun banyak sirkel tapi tetep asik dan solidaritasnya t...