WARNING TYPO!!!
⚠️⚠️⚠️⚠️
* * *
25 Juli 2022
Bisa dibilang hari pertama sekolah. Karena jadwal KBM dan nama perkelas sudah dibagikan. Jadi, ini awal kali Andini memasuki kelas yang sebenarnya.
Sepuluh satu.
Katanya, kelas sepuluh satu, sepuluh dua, sepuluh sebelas, dan sepuluh dua belas itu kelas prestasi. Kelas dengan murid terpintar yang ada di SMA Levanter.
Makanya dari kemarin Andini khawatir kalau akan jadi yang paling bodoh di kelasnya. Karena dia sendiri tidak begitu pintar dalam akademik, apalagi matematika.
Angkat tangan Andini dengan pelajaran itu. Sangat bikin kepala pening dengan banyaknya rumus angka yang kolaborasi dengan huruf.
Karena jadwal sudah dibagikan, Andini harus masuk lebih awal agar tidak terlambat. Sayangnya, takdir tidak berpihak dengannya di Senin pagi ini.
Niatnya berangkat pagi malah bangun kesiangan. Alhasil, Andini kejebak macet di tengah jalan yang membuatnya nyaris telat. Dan sesuai tebakannya, gadis alumni SMP di kota Mixtape itu kebagian duduk paling belakang, di pojokan pula.
Tempat setan berkumpul.
Ck. Ya udah sih, yang penting masih dapet tempat duduk, batinnya yang melihat dari jendela luar kondisi kelas barunya yang kini sudah penuh.
Dengan santainya ia berjalan dan duduk di pojok belakang. Tentunya ia masih sedikit canggung karena selama MOS kemarin lebih banyak diam daripada berinteraksi dengan temannya yang lain.
Ah, alasan lainnya adalah kebanyakan dari mereka sudah saling kenal sejak SMP dulu. Makanya Andini sedikit canggung karena asal sekolahnya yang terletak di luar kota.
Tak lama setelah dia duduk, ada perempuan lain yang memasuki kelas. Dan kebetulan bangku yang tersisa ada di sebelahnya. Jadilah perempuan yang baru datang itu duduk di sampingnya. Andini duduk dekat jendela, alasannya mudah, karena bisa bersandar di dinding.
Jam pertama adalah biologi. Kebetulan guru yang mengajar adalah wali kelas mereka. Maka sesi perkenalan dimulai setelah sang guru mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
Beliau membacakan nama sesuai presensi yang ada di jurnal. Mulai dari nomor satu, Zildan hingga nomor terakhir, Hilwa. Semua mengenalkan diri dengan singkat, yaitu nama lengkap dan asal sekolah.
Selepas perkenalan itu, sang guru berlanjut ke pembagian struktur kelas. Mulai dari ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara. Hanif tetap menjadi ketua kelas, setelah sebelumnya menjadi ketua gugus satu semasa MOS, lalu ada Cahya yang menjadi wakil ketua, Adel dan Denisa sebagai sekretaris, dan Nadhira bersama Syifa yang akan menjadi bendahara kelas.
Kemudian bu Reni —guru biologi, lanjut menjelaskan sedikit tentang materi yang akan dibahas pada semester pertama ini.
Bab pertama yang akan dibahas adalah tentang virus.
Pengertian virus, jenis-jenisnya, ciri-ciri, cara berkembang biak, dan lain-lain. Cukup banyak materi virus ini. Beruntung biologi tidak sesulit fisika, menurut Andini sebelum materi yang sesungguhnya dimulai.
"Minggu depan mulai pembelajaran ya. Bukunya tolong dipersiapkan, kalau buku paketnya tidak punya pinjam dulu sama teman sebangkunya," jelas bu Reni, wali kelas sepuluh satu sebelum meninggalkan kelas karena jam biologi telah berakhir.
"Fathya, kamu sudah dapat pinjaman buku paket belum?" tanya Andini.
"Belum. Katanya besok atau lusa bukunya dibagiin," jawab Fathya, teman sebangku Andini.
Dari caranya berbicara Andini bisa menebak kalau Fathya ini anaknya juga sama pendiam sepertinya. Semoga saja anak itu betah dengan partner-nya yang juga pendiam.
Jam ketiga dan keempat, bahasa Indonesia. Pelajaran favorit Andini.
"Saya panggil satu-satu bilang hadir ya. Sama dari SMP mana," ucap pak Arif.
"Alvero Zildan Januar."
"Hadir, Pak. Dari SMP Comflex 2."
"Ananda Marega."
"Hadir, Pak."
"SMP mana kamu?"
"SMP bilingual Get Cool."
Begitu terus sampai nama terakhir. Namun saat nama Andini dipanggil. "Reisha Meiran Dinny."
"Hadir, Pak. Dari SMP Timeout," ucap Andini dengan percaya diri.
Tampak raut muka sang guru berubah kebingungan. "SMP mana itu?" tanya pak Arif yang sudah ditebak oleh Andini.
"Di kota Mixtape, Pak," jawab Andini.
"Terus rumah kamu di mana?"
"Di kecamatan 0325."
Mendengar jawaban si pemilik nama membuat pak Arif sedikit terkejut. "Jauh sekali sekolahmu." Balasan yang hanya bisa Andini beri senyuman seperti logo les-lesan yang cukup terkenal dulu.
Berbeda dengan biologi tadi, kini pak Arif langsung memberikan materi pertama. "Langsung materi saja ya. Bab satu itu tentang teks deskripsi. Jadi, teks deskripsi adalah teks yang menjelaskan suatu objek…" Pak Arif menjelaskan materi pertama dengan sat-set dan jelas.
"Sekarang, saya ingin kalian berkelompok terlebih dahulu." Satu kelas langsung sahut-menyahut.
"Pak kelompoknya pilih sendiri atau dipilihkan?"
"Pak satu kelompok berapa orang?"
"Pak kelompoknya milih sendiri aja ya, Pak."
Kurang lebih seperti itu. Namun, pak Arif dengan sigap menjawab bahwa kelompok akan ditentukan oleh beliau dengan berhitung satu sampai sembilan. Jadi akan ada satu kelompok yang berisi tiga anggota saja.
"Berhitung mulai dari depan. Satu, dua…" Pak Arif menunjuk satu persatu dan yang ditunjuk akan menyebutkan angka sesuai urutan.
"Kalau sudah berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Baru saya jelaskan tugasnya." Begitu perintah keluar, seluruh murid sepuluh satu langsung berpencar mencari nama teman sekelompok. Karena mungkin sebagian ada yang belum kenalan. Biasanya terjadi antara murid laki dengan murid perempuan.
"Andini, kita satu kelompok!" seru Nadhira.
"Iya, Nad. Dua lagi kamu kenal nggak?" tanya Andini. Dalam hati dia bersyukur banget bisa satu kelompok sama Nadhira, karena dia masih belum hafal muka-muka yang lain.
"Nggak tau wajahnya, tapi aku tau namanya kok." Tepat setelah itu ada suara yang memanggil nama Nadhira dan Andini, dengan nama depan tentunya. "Woy yang namanya Nadira sama Reisha mana?"
"Tuh, mereka di sana. Ayo ke sana, An," ajak Nadhira yang diangguki Andini.
Ternyata, dua anggota lainnya adalah anak laki-laki. Kalau nggak salah ingat, yang satunya tadi namanya Jodhy. Andini ingat soalnya nama anak itu sedikit unik.
"Sudah berkumpul dengan kelompoknya?" tanya pak Arif.
"Sudah, Pak!"
"Kalau sudah. Tugasnya adalah kalian mencari objek di sekitar kalian. Bebas apa saja, mau itu kelas, perpustakaan, hewan, tanaman, boleh. Asalkan masih di area sekolah. Setelah menemukan objek, kalian tulis deskripsi tentang objek yang kalian pilih tadi. Coret-coret saja dulu di buku tulis. Kalau sudah kembali ke kelas dan buat poster tentang teks deskripsi objek kalian. Masukkan struktur teks deskripsinya, boleh ditambahkan foto objeknya," jelas pak Arif to the point.
"Sampai sini ada yang ditanyakan?"
"Posternya di print out tidak, Pak?" tanya Sasi.
"Ya, posternya di print out ukuran a4 pakai kertas foto ya," jawab lak Arif.
"Kalau tidak ada pertanyaan lagi silakan mencari objek di sekolah. Maksimal sepuluh menit sebelum bel sudah kembali ke kelas ya. Jangan ada yang jajan dulu di kantin."
———
Hai, Riri kembali dengan chapter empat ^^Jangan tanya kenapa up nya selalu malem, soalnya kalo siang nggak bisa fokus, hehe
18 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Best(crox)Era [TERBIT]
Teen FictionEra terbaik itu di masa SMA, tepatnya di kelas 10. Itu kata Andini. Soalnya pas kelas 11 gak seasik dulu. Nggak ada solid-solidnya di kelas 11, sirkelnya kuat banget pula. Kalau di kelas 10 walaupun banyak sirkel tapi tetep asik dan solidaritasnya t...