09. Tugas

61 27 0
                                    

WARING TYPO YA!!!

⚠️⚠️⚠️⚠️

* * *

Malam harinya, Andini mengerjakan tugas matematika tadi. Tentu dengan bantuan googling, mana bisa dia mengerjakan soal-soal yang tak ia pahami. Catatan tadi saja minta foto Nadhira.


Belum ada satu soal yang rampung, bukunya sudah dibereskan. Malah bermain handphone, melihat chat-chat grup kelasnya yang hampir lima puluh itu.

"Oh, perkara ekskul. Ku pikir apa," monolognya. Kemudian ia lanjut membaca samlai bubble yang menarik perhatiannya. "Klub literasi SMA Levanter. Boleh nih masuk ini aja, kebetulan suka banget bikin-bikin cerita. Siapa tahu dijadiin buku," sambungnya, lalu jari jempol itu menekan ikon kontak yang mengirim link grup literasi. Tentu untuk bertanya-tanya tentang ekskul tersebut.

Beruntung Andini mendapat teman yang ikut ekskul litersasi juga. Namanya Adel kalau Andini tanya tadi.

Ekskulnnya akan dimulai minggu depan.

* * *

2

9 Juli 2022

Jumat pagi yang mendung. Pagi ini sedikit mendung, membuat Andini hampir terlambat masuk lagi.

Gadis itu samai sekolah pukul enam lebih empat puluh dua menit. Tiga menit lagi gerbang akan ditutup.

Beruntung ia diantar oleh sang ayah yang biasanya ngebut di jalan.

"Untung belum ditutup gerbangnya," ucapnya lirih setelah menyalami guru yang berjaga di depan.

Sesampainya di kelas, Andini baru bisa bernapas dengan lega. Karena belum ada guru yang memasuki kelas. Meski pelajaran dimulai pukul 07.00, bel masuk berbunyi lima belas menit sebelumnya. Dalam kurun waktu lima belas menit itu digunakan untuk berdoa mandiri sebelum memulai kegiatan belajar-mengajar.

Masuk lebih dari pukul 06.45 sudah dianggap terlambat. Tak mengira ada guru atau tidak dalam kelas, tetap dihitung poin terlambat.

"Kupikir kamu nggak masuk, An," celetuk Fathya yang melihat teman sebangkunya kelelahan menaiki tangga.

"Ku pikir aku berangkat jam enam, ternyata jam setengah tujuh. Efek mendung, makanya lupa jam," balas Andini.

"Sama, aku tadi mikir masih jam enam kurang, taunya jam enam lebih," jelas Fathya yang sama kegoceknya.

Baru ingin membalas, sang guru telah memasuki kelas sambil mengucap salam. Ya sudah Andini tidak jadi mengobrol dengan Fathya.

Kedua fokus pada pak Anshor sebagai guru PPKN yang sedang mendongeng setelah perkenalan.

Pada jam istirahat, Dua gadis yang duduk di pojokan itu kembali menuju kantin lagi untuk membeli jajan. Spesifiknya beli batagor, lagi. Karena memang bingung mau beli apa. Ditambah setelah ini mapel olahraga, jadi waktu makannya sedikit terpotong untuk ganti baju.

"Kalian bawa gaju olahraga nggak?" tanya Sasi pada temannya.

Walaupun tidak merasa pertanyaan itu ditujukan padanya, Andini tetap menjawab lirih pertanyaan itu, "Bawa kok, makanya tasku jadi berat."

"Pakai seragamnya SMP dulu kan?"

"Iya. Kata kak Raraz kemarin gitu."

"Ayo ganti sekarang!"

"Ayo-ayo."

"Eh, tungguin!"

Melihat banyak teman perempuan yang keluar kelas sambil menenteng baju olahraga membuat Andini bertanya pada Fathya. "Ganti sekarang kah?"

Yang diajak bicara mengangguk pelan. "Iya, ayo deh." Kebetulan keduanya telah selesai makan.

Sepuluh menit kemudian, semua telah kembali ke kelas mengenakan seragam olahraga kebanggaan SMPnya.

Gila! Yang bener aja semuanya senada warna seragamnya? Bjirlah kenapa seragamku ijo toska menyala seperti ini?

Batin Andini yang terkejut dengan warna seragam olahraga teman sekelasnya yang dominan hitam. Sedangkan miliknya berwarna hijau toska dengan sedikit garis berwarna putih. Terlihat sangat mencolok.

Tapi sebenarnya ia sudah tau karena saat MOS pernah disuruh dengan seragam olahraga, tapi ia masih kaget juga sampai sekarang. Hijau toska, anak Timeout banget deh…

Tak lama setelah semua kembali ke kelas, pak Ifan datang dan berkenalan singkat sebelum menyuruh anak didiknya ke auditorium.

Waduh, siang-siang ke audit. Auditnya panas pula…

Tentunya tidak ada materi yang berat dalam pjok. Hari ini saja hanya melakukan sebuah permainan. Semacam kucing dan tikus gitu. Tapi melempar bola kepada teman untuk menjadi tumbal dalam permainan.

Kebetulan Andini tidak terkena bola itu sama sekali. Hoki banget dia, mungkin karena belum kenal dekat jadi agak sungkan melemparkan bola ke arahnya. Sepanjang permainan dia hanya berjalan santai di pinggiran pilar-pilar gagah auditorium SMA Levanter. Sesekali ikutan lari sih.

Itu permainan untuk anak perempuan, kalau anak laki ya futsal. Mereka main di lapangan belakang yang dikhususkan untuk futsal dan voli.

* * *

Di hari Sabtu, Andini yang gabut pun mengingat tentang tugas bahasa Belandanya yang belum sama sekali. Jadi, sekarang niatnya adalah untuk mengerjakan tugas bahasa asing dari pak Sandy. Bermodalkan buku paket pinjaman perpustakaan ia membaca perlahan tata cara perkenalan dalam bahasa Belanda.

Pengucapannya dibantu google ya, agar terasa seperti orang Belanda. Walaulun ujung-ujungnya tetap medhok dengan logat khas Distric 9.

"Sulit kali ngomongnya. Pantes kata pak Sandy sulit, emang sulit cara ngomongnya," dumel Andini yang berkali-kali lupa cara melafalkan sebuah kata.

Menyebutkan kata satu lancar tapi yang lain lupa, begitu pula sebaliknya. Terhitung satu jam lamanya ia berdiri di depan kamera dan buku paket yang berada di bawanya. Untuk contekan.

Entah sudah berapa kali ia mengambil video yang terus gagal itu. Sampai pada akhirnya ia berhasil menyelesaikan rekaman dengan hasil yang pas-pasan banget, Andini tetap percaya diri untuk memposting video terakhir. Sudah lelah dia mengulang terus menerus pengucapan yang sulit. Daripada mengulang dari awal dan pengucapannya lupa lagi kan?

Sat-set, ia langsung memposting video di instasquare dan menandai sang guru dalam captionnya.

Setelah itu? Kembali main ponsel meski tugas mtknya juga belum selesai.

Jalan ninjanya adalah mencontek. Walaupun tidak baik, sesekali boleh lah ya lihat punya teman. Temannya kan baik-baik…














———
Halo All!
Chap ini Riri gak terlalu panjang karena takut ketiduran sksk

Gomennasai

23 Mei 2024

Best(crox)Era [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang