"Koran sore." Ujar tukang koran.
Bi Anum yang berada di halaman depan langsung menuju ke arah pintu pagar untuk mengambil koran tersebut. Reina yang saat ini tengah berada di dalam kamar hanya memainkan pulpennya sambil mencoret-coret kertas yang ada di atas mejanya. Dia bosan, tak tau harus ngapain.
Namun satu hal terlintas di otaknya, Reina mengambil secarik kertas lalu menuliskan sesuatu di atas sana. Selesai menuliskan sesuatu di kertas itu, Reina tersebut bahagia seolah sedang memikirkan sesuatu di otak nya. Tepat saat itu juga, Bi Anum mengetuk pintu kamar Reina terlebih dahulu sebelum masuk.
Mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya, Reina menyelipkan kertas yang dia tulis tadi ke dalam buku. Setelah itu baru Reina mempersilahkan Bi Anum masuk.
"Ada telfon buat Neng Rere."
"Dari siapa?" Tanya Reina penasaran.
"Neng Riska."
"Ohh Riska, baiklah Bi."
Setelah memberitahu siapa yang menelepon, Bi Anum pergi dari sana untuk melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Reina langsung menuju keruang tv untuk mengangkat telponnya.
"Halo?"
"Keluar yuk."
"Kemana?"
"Kemana aja, aku bosan di rumah nih sendirian lagi."
"Boleh deh, bentar aku siap-siap dulu ya."
"Iya, nanti aku jemput ke rumah ya."
"Iya, Ris."
Reina langsung menutup telponnya, lalu beranjak kembali kedalam kamarnya untuk menggantikan pakaian nya. Tak lama kemudian selesai, Reina memberitahu kepada ibu nya terlebih dahulu sebelum pergi agar nantinya mereka tidak mencarinya.
Kini Reina duduk santai di depan teras sambil menunggu Riska menjemputnya. Tak berlangsung lama Riska tiba di sana, Reina yang melihat kehadiran Riska di sana langsung pergi mendekat.
"Emang kita mau kemana?" Tanya Reina penasaran.
"Ke teman kota yok."
"Boleh deh."
Kini Reina menaiki motor Riska, selama di perjalanan mereka bercerita hal-hal random, sebelum akhirnya sampai di taman kota. Reina turun dari atas motor, begitu juga dengan Riska yang sudah memarkirkan motornya.
Mereka berdua berjalan di taman kota sambil menghirup udara segar di sore hari, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di kursi taman. Di sana lumayan banyak orang yang datang, apa lagi ada anak kecil yang berlarian sana sini sambil tertawa riang.
"Gimana?" Tanya Riska.
"Apanya?" Jawab Reina terheran.
"Itu sama Reihan."
"Oh itu, aman kok, dua hari lalu aku ngobrol bareng dia walaupun iri banget cara ngobrol dia." Jelas Reina.
"Namanya juga orang cuek, tapi bagus sih itu ketimbang gak pernah ngobrol sama sekali."
"Iya." Jawab Reina singkat. "Oh ya, kamu tau di mana alamat rumah Reihan?" Sambung Reina, melirik ke arah Riska.
"Tau, buat apa?"
"Bagi tau sini."
"Emang buat apa?"
"Udah bagi tau aja."
Hingga akhirnya Riska memberi tau alamat rumah Reihan kepada Reina. Sebenarnya Riska penasaran dengan apa yang ingin Reina lakukan ketika bertanya tentang alamat rumah Reihan. Tapi Reina tidak memberitahu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓
Novela JuvenilHai Reina, bagaimana kabar mu? Kau rindu dengan ku atau tidak? Di sini aku masih menunggumu, karena aku sendiri sangat merindukanmu. Aku payah dalam menulis sesuatu seperti ini, tapi aku harap kau bisa memahami perasaan ku melalui tulisan ku ini. ...