14. Painting About You

13 5 0
                                    

"Permisi, kakak yang namanya kak Reihan ya?" Tanya seorang anak kecil yang berada di perkumpulan mereka.

"Iya." Jawab Reihan dingin dan juga singkat.

"Ada surat untuk kak Reihan." Ujar anak laki-laki itu sambil menyodorkan surat titipan itu kepada Reihan.

"Dari siapa?" Tanya Reihan tanpa mengambil surat itu.

"Dari penggemar kakak." Jawab anak laki-laki itu. "Cepat ambil, tangan ku sudah pegel." Sambung nya yang masih menyodorkan surat itu ke arah Reihan.

"Buang saja." Tolak Reihan.

"Yah jangan dong, kasian orang yang ngasih surat ini. Katanya dia kangen kak Reihan, masa di tolak." Ujar anak itu dengan wajah sedih.

"Udah Rei, ambil aja." Bisik Rio yang duduk di sampingnya.

Dengan terpaksa Reihan mengambil surat tersebut, dan terlihat dari raut wajah anak itu kesenangan. Sepertinya dia senang karena bisa menyampaikan pesan itu pada Reihan, setelah nya anak itu pergi dari sana. Reihan membuka kertas tersebut dan dia baca, teman-temannya yang ikut penasaran pun melihat apa isi kertas itu.

Assalamualaikum, untuk mu, Reihan. Si penggemar mu. Sebenarnya aku ingin mengirimkan surat ini melalui tukang koran lagi, namun sayangnya aku tak sengaja melihat mu di sini, jadi aku menitipkan nya pada seorang anak kecil.

Aku ingin memberitahu, sekalipun kamu menolak ku, aku tetap akan mencintaimu secara ugal-ugalan, tak ada lelah bagi ku untuk menyukai mu, apa lagi mencintaimu.

Reina, 1989

Seketika Reihan menghela nafas panjangnya. Merasa sangat malas dan tak menyukainya. Tapi teman-temannya malah merayu Reihan, namun Reihan tidak memperdulikannya. Kertas yang Reihan pegang tadi saja dia remas hingga penyet dan dia buang kedalam tong sampah. Orang-orang yang melihatnya seketika terdiam di tempat, kini Reihan tidak nongkrong lagi bersama teman-temannya, dia malah naik keatas motornya dan pergi dari sana.

~ • ~

Reina dan Riska saat ini sedang berada di pasar. Dua hari ini Riska menginap di rumah Reina, karena ibu dan ayah Riska sedang berliburan ke Jakarta. Dan di rumah nya hanya tinggal pembantu dan adik laki-laki nya yang berumur 15 tahun. Mereka sibuk memilih bahan makanan, seperti sayuran, daging dan lainnya.

Selesai dengan itu, Reina dan Riska keluar dari pasar. Saat tengah berjalan, mendadak Riska terkejut dan langkah nya berhenti. Reina yang sempat melihatnya sontak terheran-heran, Riska tidak menjawab saat Reina mengajukan pertanyaan, dia malah menarik Reina ke suatu tempat untuk bersembunyi.

Di saat mereka bersembunyi, ada beberapa orang yang lewat depan mereka. Riska memerhatikan kemana mereka pergi, begitu juga dengan Reina.

"Ngapain kita begini?" Tanya Reina terheran-heran.

"Mereka tuh anggota geng DM, yang punya masalah sama geng nya Reihan, terus Dion ngehajar salah satu dari mereka ampe Reihan ikut ngehajar Dion hari itu." Jelas

"Ohhh. Terus DM apaan?" Tanya Reina penasaran.

"Darah Muda."

"Norak bener." Ujar Reina memasang wajah datar, tapi Riska malah tertawa.

"Udah, mending kita pergi dari sini." Ujar Riska.

Setelah obrolan singkat itu, Reina dan Riska pernah dari sana. Walaupun sesekali mereka melihat kebelakang untuk memastikan agar orang-orang itu tidak melihat mereka. Sampai akhirnya mereka tiba di rumah, Reina dan Riska mendudukkan punggungnya di atas kursi, sedangkan bahan masakan yang mereka beli tadi sudah di bawa kebelakang oleh Bi Anum.

"Udah panas gini, main umpet umpetan, terus di angkot tadi penuh lagi penumpangnya, nambah panas dah." Ujar Riska sambil mengibaskan tangannya.

"Iya, cuaca lagi panas-panasnya ini." Sahut Reina. "Oh ya, kamu tau kenapa mereka saling berantem hari itu?" Sambung Reina, bertanya pada Riska karena penasaran.

"Diaz, sahabatnya Reihan sekaligus sahabatnya Dion juga, tapi lebih dekat sama Reihan." Ujar Riska.

"Terus terus?"

"Dihajar sama salah satu anak dari geng itu, ampe masuk rumah sakit. Tapi Diaz juga salah hari itu karena main mukul gitu aja." Jelas Riska. "Padahal Reihan hari itu mau nyelesain secara kekeluargaan, baik-baik gitu. Eh malah si Dion main ngehajar salah satu di antara mereka lagi."

"Awalnya tuh anak-anak geng itu setuju kalo urusan itu tuh di selesaikan secara kekeluargaan, nah karena si Dion ini berulah mereka jadi marah lagi. Maka itu kenapa Reihan ngehajar Dion pas di kantin. Kata Rio, Reihan bukan takut dan gak punya nyali, dia cuma gak mau urusan itu makin hari makin buruk, lama-lama malah jadi dendam dan saling nyerang. Dan itu juga bakal ngebahayain semua orang, termasuk keluarga mereka." Jelas Riska panjang lebar.

Setelah mendengar cerita Riska, barulah sekarang Reina paham mengapa perkelahian di kantin hari itu terjadi.

"Kalo soal Reihan dikeroyok ampe masuk rumah sakit itu ada hubungannya juga?" Tanya Reina penasaran.

Riska mengangguk, sebelum menjawab dia meneguk segelas teh. "Iya, geng kakaknya Dion, kakaknya gak terima adiknya di hajar sama Reihan." Jawab Riska.

"Tapi Reihan tau?"

"Iya tau, cuma dia gak balas dulu, urusan dia sama geng DM itu aja belum selesai."

"Kok kamu bisa tau?"

"Di ceritain Rio."

Kini mereka berdua masuk kedalam rumah setelah mengobrol di teras tadi. Malam nya Reina dan Riska duduk bersebelahan di meja makan untuk makan malam. Di sana sudah ada ibu nya Reina juga. Tak berselang lama ayah Reina tiba di rumah juga bersama dengan Rifki. Sebelum masuk mereka berdua mengucapkan salam dan orang-orang di dalam rumah juga menjawab salam tersebut.

Makan malam pun berlangsung, selama makan tak ada suara yang terdengar kecuali suara alat makan yang mereka gunakan. Akhirnya acara makan malam itu selesai, ibu dan ayah nya sudah pergi lebih dulu dari sana, sedangkan Rifki duduk di ruang tv. Reina dan Riska kini sudah berada di dalam kamar.

Di dalam kamar mereka berdua sibuk menggambar di kertas, entah apa saja yang mereka gambar. Namun saat itu Riska tak sengaja menemukan sebuah buku gambar yang sering di gunakan oleh Reina. Karena penasaran Riska pun mengambil buku tersebut dan melihat nya.

"Kamu punya bakat gambar, Re?" Tanya Riska yang tengah melihat-lihat isi gambar di buku tersebut.

"Iya lumayanlah, kalo bosan kerjaan ku cuma itu." Jawab Reina sambil tertawa kecil.

Ketika Riska membalik ke halaman berikutnya, dia melihat gambar seseorang tertera di dalam buku gambar itu. Reina yang melihatnya langsung cepat-cepat mengambil buku gambar tersebut.

"Itu Reihan?" Tanya Riska, tak lupa dengan ekspresi terkejutnya.

"Iya." Jawab Reina. "Tapi seharusnya Reihan yang liat duluan, bukan kamu." Sambung Reina yang kelihatan kecewa.

"Anggap aja aku belum liat gambar itu, jadi belum di liat sama siapa-siapa." Ujar Riska.

"Iya, lagian gambar nya juga gak cuma satu kok." Senyum Reina.

"Baguslah." Ujar Riska sambil menghela nafas. "Tapi kamu bisa ya nginget wajahnya seakurat itu." Sambung Reina terheran-heran.

"Bisa dong, yang gak boleh di lupain itu wajah gantengnya Reihan."

"Ada-ada aja."

Akhirnya mereka berdua tertawa. Reina menempatkan kembali buku gambar itu di rak buku. Dia simpan baik-baik agar tidak merusak bumi tersebut. Jam semakin berjalan, sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk tidak dan pergi ke alam mimpi masing-masing.

~ • ~

Senin, 10 Juni 2024

⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang