16. I'm Sorry

8 4 0
                                    

Perasaan cemas masih Reina rasakan, Andre yang saat itu melihat kearah Reina merasa ada sesuatu yang terjadi karena Reina terlihat begitu cemas. Setiba di tempat itu, mereka berdua melihat ada banyak motor yang terparkir di tengah jalan, dan mereka juga melihat ada banyak orang yang berkelahi seperti tawuran.

Reina ingin keluar dari dalam mobilnya, namun di tahan oleh Andre. Dia menyuruh Reina untuk tetap di dalam mobil atau bisa saja mereka kembali langsung ke rumah saat itu juga. Tapi Reina menolak, dia memaksa dirinya untuk pergi dari sana. Andre pun sempat keluar dari sana untuk mencegah Reina lagi, tapi ujung-ujungnya hal itu tak berhasil sama sekali.

Reina melirik kesana-kemari untuk mencari keberadaan Reihan, ketika matanya menangkap sesosok Reihan, Reina langsung berlari mendekat ke arahnya melalui jalan yang aman. Begitu sulit melangkahi setiap jalan di sana karena lemparan batu yang di mana-mana juga. Bahkan Andre kesusahan untuk mengikuti kemana Reina pergi, tapi Reina malah menerobosnya begitu aja.

Di tengah Reina mendekat, dia melihat Reihan yang terkapar di aspal karena di pukuli oleh seorang laki-laki, untung ada temennya Reihan yang membantu menghajar laki-laki itu lagi. Reihan memegang sudut bibirnya yang sakit dan terlihat ada bercak merah yang menempel di jari nya, sudut bibirnya terluka.

Tepat saat itu juga Reina tiba dihadapan Reihan, melihat kehadiran Reina di sana membuat Reihan terkejut. Banyak pertanyaan yang muncul di kepala Reihan, orang mana juga yang mau ngebahayain diri untuk datang ke sana.

"Rei--" Belum sempat Reina menyelesaikan perkataannya, Reihan dengan cepat bangun dari tempatnya dan mendorong Reina ke samping sampai-sampai Reina terkapar di atas aspal.

Sedangkan Reihan malah mendapat pukulan balok di kepalanya, hal itu membuat Reihan roboh seketika di tempat nya. Rian yang kebetulan saat itu melihat kejadian itu langsung berlari ke arah orang yang memukuli Reihan dan menendang laki-laki itu sampai jatuh ke aspal.

Rian langsung mendekat kearah Reihan dengan penuh kekhawatiran sambil memberhentikan pendarahan yang ada di kepala Reihan. Reina yang juga sangat kaget melihat kondisi Reihan juga ikut mendekat.

Tepat saat itu juga para polisi datang. Semua orang kabur dari sana untuk menyelamatkan diri masing-masing agar tidak tertangkap. Sedangkan Reina dan Rian masih di sana untuk menemani Reihan yang sudah terluka parah. Andre yang baru saja tiba di sana ikutan terkejut melihat keadaan itu.

Hingga dua orang polisi tiba di sana, mereka memanggil satu mobil ambulan untuk membawa Reihan ke rumah sakit. Melihat kondisi Reihan membuat Reina takut, dia menangis. Karena dia Reihan harus menerima serangan itu.

~ • ~

Kini mereka tiba di rumah sakit. Reihan saat ini tengah ditangani oleh dokter dan beberapa perawat lainnya. Darahnya terus keluar tanpa henti sedari tadi, takut jika hal buruk terjadi pada Reihan. Reina, Rian dan Andre kini sedang menunggu hasil pemeriksaan. Sebelum akhirnya seorang dokter keluar dari dalam ruangan tersebut.

"Benturan di kepalanya sangat parah, pendarahan di otak nya juga begitu parah, tapi kamu sudah menghentikannya. Butuh beberapa waktu untuk pasien bisa sadar. Dan tidak ada hal buruk yang terjadi." Jelas sang dokter.

Mendengar ujaran tersebut membuat mereka semua merasa lega. Sang dokter pun pergi, belum berlangsung lama dokter tersebut pergi, datanglah tiga orang polisi kehadapan mereka. Rian, salah satu anggota yang tawuran di Jalan Cipaganti tadi. Para polisi ingin Rian bersaksi atas kejadian hari ini. Tanpa perlawanan Rian langsung pergi dari sana, sebelum pergi Rian sempat menyuruh Reina untuk menjaga Reihan di sana sampai keluarganya tiba.

~ • ~

Keluarga dari Reihan akhirnya tiba di sana. Mereka bertanya pada administrasi dimana Reihan di rawat. Setelah mendapatkan informasi tersebut, keluar Reihan langsung menuju keruangan nya. Setiba di sana, mereka melihat ada Reina yang menemani Reihan yang tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit. Keluarganya mendekat ke arah Reihan, bertanya bagaimana kondisi Reihan saat ini dan Reina memberitahu mereka. Para anggota keluarga menghela nafas lega ketika luka yang didapatkan Reihan tak terlalu parah, namun tetap saja kekhawatiran dan kecemasan mereka belum hilang karena Reihan saat ini belum sadarkan diri.

Namun ketika mereka tengah berbicara satu sama lain, Reihan tetiba membuka matanya. Sasa yang melihat adiknya membuka mata langsung memberitahukan ibu dan ayahnya. Semua orang juga ikut menoleh, akhirnya rasa cemas mereka bisa menghilang ketika Reihan sudah sadar. Bahkan Reina juga ikut senang melihatnya.

Reihan berusaha bangun dari tempatnya langsung di tahan oleh sang ibu, menyuruh Reihan untuk tidur saja. Namun Reihan si paling keras kepala tetap ingin duduk sambil menyandarkan punggungnya. Sang ibu hanya bisa membiarkannya.

"Masih di sini?" Tanya Reihan pada Reina, tatapan matanya terlihat berbeda dari sebelumnya.

"Iya, soalnya aku cemas sama kamu." Ucap Reina.

"Pulang sana." Usir Reihan, mendengar ujaran Reihan membuat semua orang terdiam, termasuk Reina.

"Kok kamu kasar gitu, An?" Ucap Rihana rehan dengan sikap adiknya.

"Gara-gara dia aku harus tidur di sini lagi." Jawab Reihan ketus.

"Tapi kamu gak seharusnya ngusir dia begitu, dia dari tadi nemanin kamu di sini." Jelas Rihana.

"Udah udah, Nak kamu mending pulang saja dulu biar Reihan bisa tenang dan beristirahat dulu." Jawab ayah Reihan.

Reina yang tidak punya pilihan lain pun hanya bisa menuruti perkataan pria itu. Setelah berpamitan, Reina keluar dari ruangan tersebut dan kembali ke rumah nya. Reihan yang masih berada di rumah sakit, memiliki untuk tidur di ranjangnya lagi. Sial rasa sakit di kepala masih terasa, padahal sudah di obati.

~ • ~

Sabtu, 15 Juni 2024

⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang