24. Beach

8 4 0
                                    

"An, tahun depan aku bakal pindah." Ucap gadis itu dengan wajah sedihnya.

"Kemana?" Lelaki tersebut bertanya.

"Ke tempat yang jauh dengan kamu."

"Maksudnya?" Dia mengerutkan keningnya, tidur paham maksud dari perkataan si gadis.

"Ke Bali."

"Ohh, kirain apaan. Ya kalo kamu jauh nanti kita masih bisa saling telfonan, atau nanti aku bakal ke tempat mu jika aku sudah kerja nanti." Jelas laki-laki itu sambil tersenyum.

"Kamu gak sedih?"

"Kenapa harus sedih? Jarak bukan satu-satunya hal yang ngebuat kita pisah, kamu tetap dekat dengan ku di manapun kamu berada, Re."  Jelas laki-laki itu lagi, tersenyum kearah gadis itu sambil mengelus-elus kepala nya dengan lembut.

Namun gadis itu tetap memasang wajah sedih sambil terdiam, jarak antara mereka nanti akan sangat jauh, hal itu bukanlah yang dia inginkan.

"Sudah jangan sedih lagi, ayo aku antar kamu pulang." Ucap lelaki itu.

***

Hari ini Reina dan keluarganya sedang berliburan ke pantai bersama keluarganya. Di sana dia hanya duduk di atas batu besar sambil menikmati suasana laut di depannya. Tanpa Reina sadari, tetiba ada seseorang yang duduk di sampingnya.

"Memang kalo jodoh itu kemana-mana selalu ketemu." Ujar laki-laki itu yang membuat Reina tersadar.

Pandangan Reina sontak langsung menoleh, dia mengenali suara siapa itu. Berapa terkejutnya dia ketika melihat Reihan yang tiba-tiba berada di samping nya. Padahal dia tidak memberitahu Reihan atau teman-temannya yang lain jika dia sedang berada di pantai bersama keluarganya.

"Reihan? Kok kamu di sini?" Tanya Reina penasaran.

"Lagi jalan-jalan, diajak sama keluarga."

"Oh ya? Kok bisa samaan?"

"Namanya juga jodoh." Ucap Reihan sambil tersenyum dan Reina ikut membalas senyuman itu.

Di saat mereka tengah asik duduk di sana, tetiba adik Reihan meneriaki namanya. Hal itu membuat Reihan dan Reina menoleh. Sang adik menyuruh nya untuk kembali, sebelum pergi Reihan menyuruh Reina untuk tidak kemana-mana karena dia tidak akan lama.

Benar saja, tak lama setelah Reihan pergi, laki-laki itu kini kembali lagi. Namun bukannya ikut duduk di sana lagi, Reihan malah menyuruh Reina untuk ikut dengan nya. Awalnya Reina bertanya mereka ingin kemana, tapi Reihan tidak menjawabnya dan malah berkata "ikut saja, nanti kamu juga tau." Sambil tersenyum.

Sampai akhirnya mereka tiba di tempat di mana keluarga Reihan sedang berkumpul. Reina awalnya merasa sangat canggung, tapi lama kelamaan Reina mulai merasa nyaman. Terlebih Reina juga sudah berkenalan dengan ayah Reihan, kedua kakaknya dan adik perempuan nya.

Ternyata keluarga nya di luar pemikiran Reina, mereka sangat ramah. Bahkan Reina selalu di ajak bicara oleh Rihana, Sasa bahkan ibu nya Reihan. Sesekali adiknya Reihan juga bertanya-tanya, begitu juga dengan ayahnya Reihan.

Melihat interaksi yang seperti itu membuat Reina merasa senang, dia serasa dekat dengan keluarga Reihan walaupun belum begitu lama kenal. Tapi Reina paling dekat dengan ibunya Reihan, mereka serasa menjadi ibu dan anak.

Jarak antara Reina dan keluarganya pun tidak jauh, agar keluarga nya juga tidak mencarinya kemana-mana Reina pun berpamitan.

***

Hari sudah mulai sore keluarga Reina saat ini sedang bersiap-siap untuk pulang, semua barang yang mereka bawa ke sana kini sudah dimasukkan kedalam mobil. Ketika Reina sedang berdiri di sana, tetiba Reihan tiba di sana.

"Udah mau pulang?" Tanya Reihan.

"Iya, kalo kamu?"

"Sama, barang-barangnya lagi di beresin." Jelas Reihan.

Saat mereka tengah mengobrol, ibu Reina tetiba datang.

"Eh Reihan, kamu di sini juga?"

"Iya bunda, tapi bareng keluarga." Jelas Reihan sambil menunjuk ke arah keluarganya.

Ternyata tempat parkiran mereka juga tidak jauhan. Ibu Reihan yang melihat Reina beserta keluarganya di sana langsung mendekat. Kedua wanita tersebut mulai saling berkenalan yang kemudian membuka sedikit obrolan singkat.

"Pantes saja kenapa anaknya cantik, ternyata mama nya juga cantik ya." Ujar Ibu Reihan sambil tersenyum.

wanita tersebut tertawa kecil. "Bisa aja, bu. Makasih lho."

Sedangkan Reihan hanya tersenyum mendengar obrolan kedua wanita paruh baya itu. Sebelum akhirnya mereka saling berpamitan yang kemudian pergi dari sana.

***

"Jadi itu pacar mu, An?" Tanya Sasa masih tidak percaya.

"Iya, cantik kan." Jawab Reihan membanggakan.

"Restuin gak ma kalo mereka nikah ntar?" Tanya Sasa hanya sebagai iseng-isengan.

"Mama restuin. Mantu mama cakep banget." Jawab ibunya dengan penuh semangat.

"Mereka masih sekolah udah bahas soal nikah nikah aja." Sambung pria yang saat ini tengah mengemudi mobil.

"Gak apa pa, yang penting udah dapat restu dulu sama mama, kalo ayah gimana?" Ujar Reihan.

"Tentu saja, pasti papa restuin."

Mereka semua tertawa bersama, walaupun hanya membahas soal memintai restu kedua orang tuanya. Hal itu membuat Reihan juga ikut senang, berarti tanpa Reihan bertanya lagi nanti mereka pasti akan merestui hubungan dia dengan Reina.

***

Hari pun berganti, kini Reihan sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tadi pagi ketika Reihan ingin ke rumah Reina, ternyata Reina sudah pergi duluan ke sekolah, jadinya Reihan sendirian berangkat sekolah nya.

Tepat setelah Reihan memarkirkan motornya, Reina tiba di sampingnya sambil mengagetinya. Bukannya kaget Reihan malah tersenyum. Hal itu membuat Reina sedikit kesal karena Reihan tidak terkejut, melihat reaksi Reina, Reihan menyuruh Reina untuk mengagetinya ulang. Dan Reina hanya menuruti nya saja.

Kini Reina berjalan kembali ke arah Reihan sambil mengejutkan nya lagi dan Reihan berpura-pura kaget seperti keinginan Reina. Hal itu membuat Reina tertawa, begitu juga dengan Reihan.

"Aku bawa roti coklat untuk kamu." Ujar Reina, menyodorkan sebuah kotak kecil ke arah Reihan.

Reihan tersenyum, kemudian mengambil kotak berisi roti coklat tersebut. "Makasih ya." Ucap Reihan, dan Reina hanya mengangguk.

Setelahnya mereka berdua langsung pergi dari sana menuju kedalam kelas.

***

Selasa, 25 Juni 2024

⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang