7. Waiting For You

32 6 0
                                    

Hari itu Reina begitu sangat khawatir dengan kondisi Reihan, tapi setelah mendengar penjelasan dari ibu nya Reihan, akhirnya dia bisa menghembuskan nafas lega. Walaupun begitu rasa cemasnya masih terasa karena saat ini Reihan masih belum siuman. Sejak kejadian hari Rabu kemarin Reihan sudah berlangsung dua hari tak sadarkan diri.

Reina banyak-banyak berdoa untuk Reihan agar laki-laki itu cepat membuka matanya. Reina juga sering kerumah sakit hanya untuk menjenguk dan ingin tau bagaimana kondisi Reihan. Tapi hari ini Reina tak bisa datang ke sana karena harus mengurus pentas seni yang akan diadakan besok oleh sekolah.

Reina di posisi kan sebagai panitia untuk mengurus semua kegiatan itu. Mulai dari menulis nama-nama peserta yang ikut pentas seni, membantu mengatur kursi di depan lapangan dan lainnya. Awalnya Reina menolak untuk dijadikan panitia pengurus pentas seni itu, tapi guru-guru memasak nya. Mau tidak mau Reina harus menerimanya.

Pentas seni itu berlangsung dari pagi sampai sore, karena banyak lomba juga yang di adakan. Juri-juri yang menilai hanya guru-guru sekolah di sana, karena pentas seni itu juga hanya di adakan untuk sekolah itu saja dan tidak mengundang sekolah luar.

Reina menduduk kan pantatnya di atas kursi sambil mengipas-ngipas dirinya menggunakan buku. Suasana di sana terasa sangat panas untuk nya dan juga capek, dia sudah tidak tahan untuk berada di sana lebih lama lagi. Sampai akhirnya teman Reina datang mendekat sambil duduk di sampingnya.

"Capek ya." Ujar Riska yang ikut beristirahat di sana.

"Iya, andai gak jadi panitia aku udah dari tadi di tempat Reihan." Ujar Reina, menghembuskan nafas lelah nya setelah mengakhiri kalimat nya.

"Malam aja nanti, sekalian bareng aku, mau?" Ajak Riska.

"Yah kalo malam aku susah banget dikasih keluar sama ayah ku." Ucap Reina.

"Bilang aja kalo kamu mau jenguk teman di rumah sakit." Ujar Riska memberikan solusi.

"Iya juga, nanti deh aku kasih tau orang tua ku, kalo dapat izin aku kabarin lagi."

Riska mengangguk paham, hingga akhirnya mereka kembali mengurus semua hal di sana. Sampai akhirnya pentas seni tersebut berakhir, kini Reina sedang bersiap-siap untuk kembali kerumahnya, terutama hari juga udah mulai sore. Namun sayangnya saat Reina hendak keluar dari dalam gedung sekolah tetiba hujan turun dengan sangat deras. Mana Reina tidak membawa payung lagi.

Di saat Reina ingin menerobos hujan, tetiba ada seseorang yang berdiri di samping nya sambil memayungi Reina. Menyadari hal itu Reina menoleh kearah samping, terlihat di sana ada seorang siswa yang tersenyum manis kearahnya dengan lesung pipi di kedua sisi pipinya. Sangat manis sampai-sampai Reina cukup lama menatap senyumannya itu. Dan siswa itu adalah Kinan.

"Barengan mau?" Tanya Kinan sekaligus mengajak Reina pulang bersama.

Reina mengangguk pelan sebelum akhirnya menjawab. "Boleh, tapi rumah kamu lumayan jauh dan arahnya pun berbeda."

"Gapapa, aku anterin kamu dulu terus baru aku pulang." Tawar Kinan sembari tersenyum.

"Jadinya malah ngerepotin." Reina merasa tidak enak jika harus merepotkan Kinan, apa lagi mengantarnya sampai ke rumah dulu baru nantinya dia pulang.

"Ayo atuh, ntar makin deras hujannya." Ujar Kinan yang langsung memotong topik pembicaraan.

Tanpa berkomentar apa-apa lagi Reina langsung jalan bersama dengan Kinan yang memayunginya. Di perjalanan suasananya begitu dingin, suara kendaraan yang ada di sana sini juga terdengar sangat halus karena tertutupi oleh suara hujan yang deras.

Sampai akhirnya tibalah di rumah Reina. Kinan menaruh payung nya itu di tepi teras dan duduk di kursi saat Reina menyuruh nya untuk masuk kedalam rumah.

"Tunggu di sini ya." Ujar Reina ketika mereka berada di ruang tamu.

Kinan tersenyum lalu mengangguk paham. Setelah nya Reina masuk kedalam kamarnya untuk menggantikan pakaian. Di sana Kinan duduk di atas sofa sambil memandangi ruang tamu itu, yang kemudian pandangannya teralih keluar pintu.

Tak lama Kinan duduk di sana, Bi Anum membawakan secangkir teh hangat dan meletakkan di atas meja tepat di depan Kinan. Melihat Bi Anum yang membawa secangkir teh untuk nya langsung berterimakasih sambil tersenyum manis.

"Monggo di minum den." Ujar Bi Anum sambil tersenyum.

"Iya Bi, terimakasih."

"Sama-sama." Kemudian Bi Anum kembali ke dapur untuk mengerjakan tugasnya yang belum selesai.

Kinan yang saat itu tengah menyeruput secangkir teh nya, Reina tiba di sana. Dia duduk di kursi yang berbeda di sebelah Kinan, dengan punggung yang di sandarkan ke sofa.

"Dingin ya." Ujar Reina.

"Iya, mana hujannya deras banget juga."

"Nih kalo kamu gak bisa pulang gimana?" Tanya Reina.

"Lho? Kan aku bawa payung." Jawab Kinan sambil tertawa kecil.

"Oh iya juga, lupa."

Obrolan mereka berlangsung cukup lama di ruang tamu. Banyak cerita yang di bahas oleh Kinan yang membuat Reina tertawa terbahak-bahak. Hujan pun berhenti walau masih ada sedikit gerimis. Kinan berpamitan kepada Reina sebelum hujan turun lebih deras lagi nantinya. Sebelum pergi Kinan juga berpamitan kepada ibunya Reina yang saat itu lewat di depan ruang tamu dan juga menyalimi nya yang di iringi oleh ucapan assalamualaikum.

~ • ~

Sekitar jam 7 malam Reina mulai bersiap-siap, dia keluar dari kamarnya untuk meminta izin kepada ibu dan ayahnya karena ingin menjenguk Reihan ke rumah sakit bareng Riska. Awalnya Reina ragu-ragu dan juga takut jika nanti ayahnya tidak memberikan nya izin untuk pergi.

Tapi Reina harus mencobanya. Ketika sampai di depan ruang tv, Reina membuka suara, berkata pada ayahnya bahwa dia ingin meminta izin untuk menjenguk temannya. Awalnya ayahnya terdiam sambil menatap Reina, dan Reina tau dia pasti gak bakal di kasih izin untuk keluar ini, soalnya dia tau dari tatapan ayahnya itu.

Ternyata perkiraan Reina salah, sang ayah memberikan nya izin namun hanya sampai ja setengah sembilan sudah sampai di rumah. Mendengar ucapan ayahnya membuat Reina langsung merasa senang.

Setelah mendapatkan izin, Reina langsung menelfon Riska, memberi kabar bahwa Reina sudah mendapatkan izin untuk pergi. Riska yang mendengarnya juga ikut senang.

Di luar rumah Reina menunggu kehadiran Riska. Tak lama di saat sedang menunggu Riska tiba, Reina yang melihat kehadiran Riska sontak sedikit berteriak dari depan pintu dengan ucapan "Reina pergi dulu ya, assalamualaikum." Dan orang-orang di dalam rumah juga membalas ucapan salam itu.

Kini mereka berdua sudah di perjalanan, sampai akhirnya tibalah di rumah sakit tepat dimana Reihan di rawat. Mereka langsung masuk dan menuju kearah ruangan Reihan. Tiba di depan ruangan itu, Reina mengetuk pintunya terlebih dahulu sebelum masuk.

Ketika pintu itu terbuka, Reina dan Riska di buat terkejut ketika seorang laki-laki berhadapan di depan mereka karena ingin keluar dari dalam ruangan juga.

"Astaga Jamal, bikin kaget aja." Ujar Riska sambil memukul pelan lengan laki-laki itu.

"Kalian juga bikin kaget." Jawab Jamal tak terima. "Dah dah aku mau keluar, minggir." Sambung nya yang langsung keluar dari dalam ruangan itu.

Sedangkan Reina hanya terdiam. Kaki mereka kembali melangkah masuk kedalam ruangan dan mendekat ke arah Reihan. Dan ternyata disana sudah ada beberapa teman Reihan, ini bukan di sebut beberapa sih, sudah cukup ramai di dalam ruangan ini, hampir penuh.

Dan yang paling membuat Reina senang adalah ketika melihat Reihan yang sudah terduduk di atas ranjang sambil tertawa bersama teman-temannya itu. Di saat itu juga pandangan mereka mengarah kearah Reina dan Riska, begitu juga dengan Reihan yang menatap ke arah Reina dengan tatapan tanpa ekspresi, namun tetap terlihat tampan di mata Reina.

~ • ~

Sabtu, 1 Juni 2024

⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang