26. Loving You

11 4 0
                                    

Malam ini Reina tengah duduk di ruang tv bersama ibudan ayahnya. Tetiba saja saat dia lagi nonton tv seseorang tiba di rumah nya sambil menekan bel rumah. Di saat itu juga Bi Anum tidak ada di rumah karena sedang pergi untuk membeli sesuatu di warung, hingga akhirnya ibu Reina bangun dari tempatnya untuk membukakan pintu.

Ternyata itu Reihan. Wanita tersebut memanggil suaminya untuk datang ke arah mereka. Aneh, seharusnya Reina lah yang mendekat ke arah mereka. Saat itu Reina penasaran apa yang tengah mereka bicarakan, namun Reina mencoba untuk tidak memperdulikannya, karena dia masih teringat sial tadi siang.

Di saat tengah menonton, ayah Reina mendekat ke arahnya. Reina menoleh, tak bertanya ada apa namun dia hanya memasang wajah bingung.

"Di tungguin sama Reihan di depan." Ujar ayahnya.

"Bilang aja Rere lagi gak enak badan." Jawab Reina.

"Katanya ada yang mau di omongin sama kamu, mungkin aja ada hal penting."

Reina menghembuskan nafas, lalu bangun dari tempatnya dan berjalan keluar rumah. Kini Reina berada di depan pintu dengan Reihan yang duduk di kursi yang ada di atas teras. Menyadari kehadiran Reina, laki-laki itu bangkit dari tempatnya dan mendekat ke arah Reina sambil tersenyum.

"Ayo." Ajak Reihan.

"Kemana?" Tanya Reina, mengerutkan keningnya.

"Nanti juga kamu tau." Ucapnya sambil tersenyum. "Oh ya, aku juga udah minta izin sama ayah kamu tadi." Sambung nya.

"Katanya ada yang mau di omongin."

"Iya. Tapi nanti." Senyum Reihan.

"Sekarang aja."

"Masa di sini?"

"Yakan gapapa."

"Jangan dong, biar lebih enak tuh kita ngomong berdua aja, ntar ada yang ganggu lagi."

"Emang ada yang ganggu?" Tanya Reina heran.

"Ada, nyamuknya."

Mendengar ucapan Reihan membuat Reina tertawa kecil. Yang awalnya cemburuan, ingin marah, namun sekarang malah luluh. Padahal cuma obrolan random yang aneh.

"Yaudah tunggu bentar." Ujar Reina dan Reihan hanya mengangguk.

Kini Reina mengganti bajunya, selesai siap-siap Reina keluar dari rumah. Sebelum pergi dia berpamitan dulu dengan ayah dan ibu nya, begitu juga dengan Reihan. Setelahnya mereka pergi ke suatu tempat. Selama di perjalanan Reina hanya diam mendengar cerita aneh dari Reihan, sesekali Reina juga tertawa kecil ketika Reihan menamai tukang jualan batagor dengan sebutan nama Supriyadi. Ada-ada saja.

Hingga akhirnya Reihan berhenti di pinggir jalan, dimana ada penjual mie ayam di sana. Reina turun dari atas motor begitu juga dengan Reihan. Mereka berdua duduk di atas kursi plastik sembari memesan dua mangkuk mie ayam. Tidak lama kemudian pesanan mereka tiba.

"Maaf aku sudah membuat mu cemburu." Ujar Reihan, menatap ke arah Reina.

Mendengar ucapan Reihan, membuat gadis itu menghentikan acara makannya dan menoleh ke arah Reihan.

"Memangnya aku cemburu kenapa?" Di detik ini Reina masih belum mengakuinya. Sebentar, Reihan tau kalau dia sedang cemburu saat ini?

"Soal tadi siang." Ujar Reihan. "Itu Nira, anak 10 IPA 3. Dia anak teman ibu ku, tadi aku cuma nganterin dia sampai ke rumah sakit karena neneknya sakit." Sambung Reihan, mejelaskan semuanya pada Reina.

"Owhh gitu."

"Iya, maaf ya."

"Iya gapapa. Tapi bagaimana kamu tau kalo aku cemburu soal itu?" Tanya Reina penasaran.

"Riska yang kasih tau." Jawab Reihan. Menjeda sejenak ucapannya. "Tadi sore gak sengaja ketemu sama dia di warteg, terus dia kasih tau soal itu." Sambung Reihan setelah meminum sedikit teh dingin.

"Owhh, tapi kata Riska dia suka kamu."

"Kan itu dia, bukan aku." Jawabnya dengan penuh percaya diri sambil tersenyum, dan Reina hanya terdiam.

"Ntar lama-lama jadi suka kalo dia ngejar kamu terus, kayak yang aku lakuin dulu." Seketika wajah Reina jadi sedih.

"Enggak, aku sukanya cuma sama kamu. Gak ada yang lain."

Mendengar ucapan Reihan membuat Reina tersenyum. Dia berharap omongan Reihan bukan hanya sekedar kata yang keluar dari mulutnya dan hilang begitu saja.

Kini mereka melanjutkan acara makan mereka di sana, mereka membahas beberapa hal lucu, random dan dengan Reihan yang suka sekali menggombali nya sampai Reina di buat melayang entah kemana.

Setelah makan di sana, kini mereka berdua beralih untuk jalan-jalan malam. Mengelilingi setiap kota bandung yang pernah mereka lalui. Suasana malam di sana terasa begitu indah, Reina baru pertama kali bisa sebahagia ini, apa lagi bersama dengan orang yang dia sayang.

Hingga akhirnya mereka tiba di sebut puncak yang cukup tinggi. Reihan dan Reina berdiri di sana sambil melihat indahnya kota. Lampu-lampu kota yang menderang di kota Bandung membuat nya terlihat sangat cantik dan indah.

Reihan yang berdiri di sampingnya hanya memeluk tubuh Reina dengan penuh kehangatan.

***

Malam yang gelap penuh dengan bintang di langit, membuat kesempurnaan mulai terlihat jelas di mata ku. Kala saat aku menatap wajah nya membuat ku merasa sangat bahagia. Dia yang ku cintai, semoga engkau menjadi abadi dalam kehidupan ku. Walau sempat hilang kemudian kembali lagi, aku tak akan pernah meragukan mu bahwa dirimu mencintai ku sama tulusnya dengan aku mencintaimu.

Aku sungguh bahagia bisa bersamamu, karena mu aku menjadi orang yang paling bahagia di atas dunia ini. Gelap malam tak akan pernah bisa menutupi cinta dan kebahagiaan kita, begitu pula mendung. Di saat semuanya menghitam, hanya ada satu cahaya yang akan bersinar terang di satu tempat, itu adalah engkau yang bersama ku saat ini.

Jika nanti takdir memberikan sebuah jarak di antara kita, aku harap itu bukanlah hal yang akan membuat hubungan kita renggang dan putus. Seperti kata engkau yang akan selalu dekat dengan ku di manapun aku berada.

Untuk mu, kasih ku, lelaki yang ku cintai. Malam ini aku sungguh bahagia. Walau hanya dengan hal kecil yang engkau berikan pada ku.

Reina, 1989.

***

Selasa, 25 Juni 2024

⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang