Tawa bahagia, senang dan juga penuh keceriaan. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama di sana. Saat itu Reihan yang sudah menyelesaikan makannya lebih memilih untuk duduk di tempat lain sendirian, sedangkan yang lain saat ini sedang bermain catur dan tebak-tebakan. Suasana di sana kadang sesekali juga heboh. Melihat kehebohan itu membuat Reihan hanya bisa tertawa kecil.
Saat ini Reihan tengah duduk di atas ayunan sambil menatap langit malam. Sangat indah. Kata itulah yang tersirat dalam pikirannya, bintang-bintang yang berkilauan di atas sana membuat langit malam yang polos itu menjadi sempurna. Ketika Reihan tengah fokus pada langit cantik itu, Reina tiba di sampingnya. Hal itu membuat Reihan sadar dan mengalihkan pandanganya ke arah Reina. Laki-laki itu tersenyum, begitu juga dengan Reina yang membalas senyuman itu.
"Ngapain di sini sendirian?" Tanya Reina penasaran, dan ikut duduk di atas ayunan samping Reihan.
"Lagi menikmati suasana malam." Ujar Reihan dengan senyuman di bibirnya. "Lihat, langit nya begitu cantik. Sayang jika tidak dinikmati." Sambung Reihan sembari menunjuk ke arah langit.
Reina ikut menoleh ke atas. Benar saja, langit malam saat ini begitu cantik. Reina seketika jatuh cinta dengan keindahannya, matanya seolah tak bisa berpaling dari atas sana.
"Aku boleh pinjam buku sama pulpen gak?" Tanya Reihan, menatap ke arah Reina
"Untuk apa?" Tanya Reina balik karena penasaran.
"Ada pokoknya."
Reina tersenyum, kemudian membuka suara. "Yaudah bentar, aku ambil dulu di dalam."
Reihan hanya mengangguk. Kini Reina bangkit dari tempatnya dan masuk kedalam rumah untuk mengambil buku beserta pulpen. Tidak lama kemudian Reina keluar dari dalam rumah sembari menghampiri Reihan kembali. Reina duduk di tempatnya nya, lalu kemudian Reina menyodorkan buku dan pulpen itu ke arah Reihan.
"Makasih." Ujarnya, mengambil buku beserta pulpen itu, dan Reina hanya tersenyum sambil mengangguk.
Reihan membuka buku tersebut, dia mulai menulis sesuatu di atas sana. Reina yang penasaran hanya meliriknya saja tanpa bertanya apapun. Beberapa saat kemudian Reihan selesai menulisnya, terlihat di wajah Reihan dia tersenyum. Buku yang sudah dia tulis tadi, dia berikan kembali kepada Reina.
Reina mengambil nya, penasaran dengan apa isinya, dia membuka kembali buku itu. Dia mulai membaca tiap kata yang tertulis di atas buku itu, lumayan panjang, namun Reina menyukainya.
"Kok kamu bisa sih buat begini? Aku aja gak kepikiran." Ujar Reina setelah membaca kalimat-kalimat di buku itu.
"Aku nulis nya sambil mikirin kamu, makanya bisa." Senyum Reihan.
"Bisa aja kamu." Senyum Reina.
Reina menyenderkan kepalanya di atas bahu Reihan, dan Reihan hanya membiarkan Reina menggunakan bahunya. Mereka berdua menatap ke arah langit yang sesekali bercerita.
***
Pagi telah berganti. Reina terbangun dari tidur nya. Dia melihat setengah dari barang yang ada di rumahnya sudah di angkat ke atas mobil oleh beberapa orang. Persiapan mereka untuk pindah mulai bergerak sedikit demi sedikit. Reina juga sudah mengemasi beberapa barangnya dan diletakkan di pojokan kamar.
Tak terasa siang hari sudah tiba. Reina keluar dari dalam rumah dan berdiri di atas teras. Menyaksikan suasana halaman depan rumah nya sambil tersenyum tipis. Sepertinya dia akan merindukan tempat itu. Di saat Reina tengah berada di sana, tetiba Reihan datang.
Melihat kedatangan Reihan, gadis itu langsung berjalan menuju ke arah pintu gerbang. Reina membuka pintu tersebut dan berdiri di dekat Reihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓
Ficção AdolescenteHai Reina, bagaimana kabar mu? Kau rindu dengan ku atau tidak? Di sini aku masih menunggumu, karena aku sendiri sangat merindukanmu. Aku payah dalam menulis sesuatu seperti ini, tapi aku harap kau bisa memahami perasaan ku melalui tulisan ku ini. ...