EPILOG [AKHIR CERITA]

10 1 0
                                    

Pagi ini Reina dan keluarganya sedang bersiap-siap untuk berangkat, pergi meninggalkan kota bandung dalam waktu yang lama, mungkin? Saat ini Reina tengah berada di halaman depan rumah sambil menatap halaman sekitar, hingga berpindah keluar pagar. Melirik ke setiap arah jalan. Mengingat semua momen-momen yang pernah dia ukir di sana. Terlebih saat ini dia juga sedang menunggu Reihan di sana, sedari tadi Reihan sama sekali tidak kelihatan. Katanya Reihan bakal datang untuk melihatnya terakhir kali sebelum mereka ldr. Namun tetap saja Reihan belum kelihatan sampai sekarang, padahal sebentar lagi Reina akan pergi.

Sekitar beberapa waktu berlalu, satu mobil tiba di sana. Keluarga Reina juga sudah pada naik satu persatu kedalam mobil, namun Reina tidak. Dia masih berada di tempatnya sambil mencari seseorang yang dia tunggu. Hingga akhirnya ibu Reina menyuruh nya untuk ikut naik kedalam mobil. Mau tidak mau, dengan berat hati Reina masuk kedalam mobil tersebut. Dan mereka mulai melakukan perjalanan yang cukup jauh.

Reina merasa sedikit kecewa? Tidak, bukan sedikit, mungkin banyak. Tapi memang Reina sudah sangat berharga jika Reihan akan datang di pertemuan terakhir mereka. Padahal dia semalam udah sangat menunggu hal itu. Bukan soal mengucapkan perpisahan, namun soal dimana mereka bisa melihat satu sama lain sebelum nanti mereka akan bersama lagi.

Dalam surat ku, walaupun tak ada hadir mu. Ataupun kau baca, ku harap kau tak lupa bahwa hari ini aku akan meninggalkan kota Bandung. Aku tidak tau selama apa aku akan berada di Bali, tapi aku akan kembali untuk menemui mu. Namun aku sedikit kecewa karena kamu tak kunjung hadir ketika aku menunggumu. Ku harap kau tak lupa dengan janji mu.

-Reina, 1989.

***

Hari-hari terus berlalu, Reina sudah tiba di tempatnya bersama keluarganya selama 3 hari. Di sana kelihatan ramai juga seperti kota pada umumnya. Reina hanya masih belum bisa menyesuaikan diri di tempat baru, jadi dia hanya berdiam di rumah, jika ada hal penting dia akan keluar dari rumahnya. Itupun harus di temanin sama Rifki atau ayahnya, lagian Reina juga belum hafal jalanan di sana, kalau dia pergi sendirian bisa-bisa nyasar lagi.

Selama tiga hari itu, Reina masih menunggu kabar dari Reihan. Pasalnya nomor rumah nya juga tidak pernah di ganti. Namun selama menunggu di waktu tiga hari itu, Reihan tetap masih belum ada kabar sama sekali.

Kini Reina sudah menjadi mahasiswa di sebuah universitas yang ada di Bali. Di sana dia mendapatkan beberapa teman walaupun tidak banyak. Pas awal masuk ke universitas itu Reina sempat di hampiri oleh satu mahasiswi yang bernama Amanda, cuma di ajak ngobrol basa basi gitu doang, eh tau-tau nya sekarang jadi akrab, bahkan mereka juga satu jurusan, bagian akuntansi.

Bahkan mereka berdua kemana-mana selalu berdua, pas buat skripsi pun begitu. Intinya mereka sekarang sudah menjadi sahabat yang akrab dan sangat dekat. Apa-apa mereka selalu bercerita, bahkan Reina sampai menceritakan sesosok Reihan kepada Amanda. Tetapi Amanda turut prihatin karena Reihan tidak ada kabar sampai sekarang. Hingga Reina terbiasa dengan semua itu sendirian. Reina tidak mengatakan mereka putus hanya karena tanpa kabar seperti itu, dia hanya ingin terus menunggu dan menunggu hingga nanti Reina benar-benar lelah dan menganggap hubungan mereka berdua berakhir.

***

S

eperti biasanya, pagi-pagi Reina udah bersiap untuk berangkat ke kampus nya karena pak dosen sudah mengabari mahasiswa/i nya di grup. Di sana Reina sudah bersama Amanda, bahkan mereka berada di kantin untuk membeli beberapa roti dan minuman. Saat tengah menyantap makanan mereka, tetiba pak dosen mengabari lagi kalau mereka akan masuk kelas di jam 2 siang nanti. Sempat Amanda mengumpat kesal, pantes saja kenapa pak dosen lama sekali hadir, ternyata beginilah ujungnya. Jika saja pak dosen mengabari mereka lebih cepat, Amanda pasti sudah pulang dari tadi.

Reina yang melihatnya hanya bisa tertawa kecil walau di dalam hati juga ikut kesal. Andai saja lebih awal dikabari pasti Reina juga sedang menonton drakor favoritnya di tv, karena hari ini tayang pas pagi. Yasudah lah, namanya juga kuliah. Apa lagi kalau dapat dosen yang plin-plan seperti Pak Ridwan ini.

Hingga akhirnya mereka berdua pergi dari kampus. Saat berada di depan pintu gerbang, tetiba ada seorang mahasiswa yang berdiri di hadapan mereka. Melihat kehadirannya membuat Reina dan Amanda berhenti di tempat. Amanda yang menyadarinya langsung pergi dari sana sambil tersenyum, tak lupa dia berpamitan pergi lebih dulu dan hanya menyisakan Reina dan Laki-laki itu di sana.

Reina merasa agak canggung, entah kenapa Reina merasa begitu. Padahal mereka berdua juga satu jurusan dan ruangannya juga, bahkan mereka pernah membuat tugas secara bersama.

"Ada apa?" Tanya Reina penasaran.

"Ada yang mau aku omongin." Ujar laki-laki itu sambil tersenyum, namun terlihat seperti orang gugup.

"Ngomongin apa?"

"Lebih baik kita ngomongin nya di tempat lain."

"Emangnya disini gak bisa?"

Laki-laki itu menggeleng. "Jangan dong, ntar di dengerin orang lain lagi." Ucapnya sambil tersenyum.

"Yaudah, tapi dimana?" Tanya Reina lagi.

"Udah ikut aja."

Tanpa berkata lagi, Reina mengikuti laki-laki itu sampai ketempat dimana motornya terparkir. Laki-laki tersebut menyuruh Reina untuk naik ke atas motor nya, dan Reina hanya menurutinya. Hingga akhirnya mereka tiba di suatu tempat dimana Reina juga menyukai tempat itu. Yaitu pantai.

Walaupun masih pagi, tapi suasana di pantai memang terasa berbeda. Reina langsung terlihat muka cerianya. Di sana laki-laki itu menawarkan Reina untuk memakan sesuatu atau tidak, namun Reina memilih untuk tidak memakan apapun. Soalnya kalau sudah di pantai Reina lebih memilih menikmati suasananya ketimbang memakan sesuatu di sana.

Laki-laki itu hanya tersenyum, lalu duduk di atas bebatuan di sana. Sedangkan Reina merentangkan kedua tangannya sambil merasakan angin laut yang menerpa dirinya dengan mata yang dia pejamkan. Uraian rambut hitam yang panjang itu terlihat indah ketika angin laut menerpanya. Senyum penuh kebahagiaan terukir indah di atas bibir Reina. Sebelum akhirnya Reina membuka matanya, lalu menurunkan rentangan tangannya yang kemudian duduk di samping laki-laki itu.

"Memang suasana di laut itu paling terbaik." Ujar Reina yang masih merasa sangat senang.

"Bener banget, kamu begitu menyukainya?"

Reina mengangguk. "Iya, sangat menyukainya." Senyum Reina tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kenapa bisa sesuka itu?"

"Karena dulu ada yang bilang kalau aku lebih indah dari laut itu sendiri." Ucap Reina, dari wajahnya dapat laki-laki itu lihat jika tatapan Reina terlihat sedang sedih.

"Makanya kenapa tiap kali aku melihat laut aku merasa senang hanya karena mengingat nya, walaupun sakit." Sambung Reina sambil tersenyum tipis.

Laki-laki itu terdiam, seperti nya jika dia mengungkapkan sesuatu yang ingin dia sampaikan tidak mungkin di waktu yang sekarang. Apa dia harus menunggu lebih lama lagi?

"Oh ya, tadi mau ngomongin soal apa?" Tanya Reina yang tetiba mengingat sesuatu.

"Sebenarnya cuma mau ngajakin kamu kesini, cuma itu doang." Ucap laki-laki itu dengan kaku, hal itu membuat Reina malah merasa aneh.

"Cuma ngajakin aku doang kesini?" Tanya Reina memastikan.

"Iya, Re." Senyum nya.

"Hah... Kirain ada soal penting yang mau kamu omongin." Ucap Reina, yang kemudian kembali menatap kearah pantai.

Laki-laki itu hanya bisa menatap kearah Reina, sedangkan Reina hanya fokus pada pantai yang ada di hadapannya. Sebenarnya dia berbohong, dia masih belum jujur soalnya hal yang ingin dia bicarakan. Namun dari jawaban Reina tadi membuat laki-laki itu sadar, bahwasanya Reina masih mencintai dan menunggu laki-laki yang gadis itu cintai kembali. Jadi, jikapun laki-laki itu mengungkapkan perasaannya pada Reina, dia tidak yakin jika Reina akan menerimanya. Move on pada orang yang sangat mereka cintai sangatlah tidak mudah, apa lagi seseorang yang mungkin tidak pernah bisa orang lain gantikan.

[END]

Senin, 22 Juli 2024.

⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang