18. Rain

19 6 0
                                    

Di depan pintu gerbang sekolah Reina menghentikan larian nya, mengatur nafasnya yang tersengal-sengal akibat berlari dari kejaran anjing gila. Masih pagi sudah sial saja dia. Setelah nafasnya merasa lebih baik, barulah Reina kembali berjalan memasuki halaman sekolah untuk menuju kedalam kelas.

Di depan kelas 11 IPS 2, Reina tak sengaja bertemu dengan Reihan di depan kelas. Langkah mereka sontak berhenti sambil menatap satu sama lain, namun Reihan bergegas pergi dari sana. Reina tak tinggal diam, dia berjalan mendekat kearah Reihan yang kemudian berdiri didepan Reihan yang membuat langkah Reihan terhenti. Laki-laki itu menatap tanpa ekspresi kearah Reina.

"Baru sekolah?" Tanya Reina ingin tau, tak lupa dengan senyuman di bibirnya.

"Emang kenapa?" Ucap Reihan ketus, terlihat dia tak menyukai kehadiran Reina di dekatnya.

"Kamu marah ya?" Tanya Reina takut-takut.

"Menurut mu?"

"Aku nanya lho, kok malah nanya balik?"

Reihan tidak menghiraukan ujaran itu, dia berlalu pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Reina. Tapi Reina lagi-lagi mengikuti Reihan, dia masih menanyakan hal yang sama kepada laki-laki itu, karena Reina tau permasalahan soal kemarin masih harus di perbaiki, Reina tidak mau jika Reihan marah kepada nya karena kejadian kemarin itu, ya walaupun itu juga salahnya, setidaknya dia ingin tau dan meminta maaf secara langsung kepada Reihan.

Harusnya tanpa Reina bertanya... Dia tau dong kalau Reihan marah kepada nya. Tiba-tiba datang begitu dan tidak ada hubungannya dengan dia.

"Bisa gak sih lo gak usah ngikutin gue terus??" Ucap Reihan risih, nadanya sedikit meninggi dan kata-kata nya juga berubah seperti bukan Reihan yang berbicara. Karena hal itu membuat Reina terdiam di tempatnya.

Para murid yang lewat di sana juga memerhatikan mereka berdua. Merasa heran apa yang terjadi antara Reihan dan Reina.

"Aku mau ngomong soal kema--" Omongan Reina langsung terpotong ketika Reihan menjawabnya.

"Ngomong apa? Ngomong lo gak bermaksud datang kesana dan bikin gue terluka?"

"Lo tau gak? Lo itu selalu ngikutin gue kemana pun, ngejer gue lah, ngasih gue ini lah, itu lah, bilang lo suka ke gue, lo cewek tapi kok ngejar? Harusnya cewek itu dikejar bukan malah ngejar. Sedangkan gue sama sekali gak suka sama lo."

"Lo itu harusnya sadar kalo gue risih sama kehadiran lo, gue muak sama semua perlakuan lo ke gue, ganggu banget kayak lalat tau. Jadi cewek kok murahan banget?" Oceh Reihan dengan penuh kekesalan dan emosi.

Reina terdiam setelah mendengar ujaran ujaran itu. Hatinya juga ikut terluka ketika Reihan mengatainya seperti itu. Harusnya Reihan tidak mengatakan hal itu di tempat serame ini, para murid di sana bahkan menonton pertengkaran mereka. Reina serasa tak bisa menjawab perkataan Reihan saking hatinya sakit.

"Kenapa diam? Jawab dong kalo orang ngomong."

Gadis itu hanya menatap, tak bisa menjawab saking tercekik lehernya karena harus menahan rasa sakit dan tangisannya.

"Harusnya kamu gak gitu juga ngomongnya." Ucap Reina setelah berhasil mengeluarkan suaranya, lalu pergi dari sana dengan air mata yang turun deras karena sudah tidak sanggup untuk dia tahan.

Reihan yang masih dengan emosi nya sama sekali tidak memperdulikan perasaan Reina yang sudah dia buat terluka, yang dia pikirkan saat ini dia ingin gadis itu berhenti mengganggunya. Dia hanya ingin menjalani kehidupan sekolah nya dengan tenang tanpa gangguan apapun.

~ • ~

Langit mulai mendung, awan hitam terus berkumpul hingga akhirnya menurunkan satu persatu butiran air yang membuat seluruh kota bandung terguyur hujan. Langkah nya terus berjalan secara perlahan tanpa memperdulikan badannya yang sudah basa kuyup karena hujan. Air mata terus mengalir dengan derasnya hujan, orang-orang yang lewat di sana tidak akan tau jika gadis itu sedang menangis saat ini, namun ada beberapa orang yang terheran mengapa gadis itu berjalan di bawah guyuran hujan yang deras tanpa menggunakan payung.

Setiba di sebuah jembatan, Reina berhenti. Pandangan nya mengarah kearah jalanan kota, banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang. Suasana kota saat ini terlihat sangat cantik namun tidak seperti suasana hati Reina saat ini. Di tengah Reina berdiri di sana sendirian, dia merasa butiran air hujan yang mengenainya tadi jadi hilang, padahal Reina masih melihat hujan yang turun deras.

Di saat dia membalikkan badannya, ternyata di sana ada seseorang yang memayunginya. Dan itu Andre.

"Ngapain kamu di sini hujan-hujanan?" Tanya Andre khawatir.

Reina tidak menjawab, tatapan nya terlihat lesu. Sebelum akhirnya tubuh Reina serasa sangat lemas dan tumbang, namun Andre dengan cepat langsung menangkap tubuh Reina. Andre yang panik saat itu juga langsung menggendong tubuh Reina dan dibawa masuk kedalam mobil. Kini Andre melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.

Di rumah sakit Andre menelfon nomor rumah Reina, kebetulan ibu Reina juga yang mengangkat telfon tersebut. Mengetahui anaknya masuk rumah sakit, wanita paruh baya itu langsung bergegas menuju ke rumah sakit. Setelah memberitahu, Andre kembali menutup telfon di rumah sakit itu.

Setiba Andre di dekat Reina, seorang dokter yang memeriksa Reina tadi langsung memberitahukan bagaimana kondisi Reina saat ini. Dan ternyata Reina hanya terkena demam tinggi. Tak ada hal buruk yang terjadi padanya. Dan Andre bisa lega setelah mengetahui.

Tak berlangsung lama, seorang wanita paruh baya datang kesana dengan penuh kekhawatiran. Andre langsung menjelaskan bagaimana kondisi Reina saat ini agar wanita itu tidak terlalu mencemaskan anaknya. Di tengah keributan itu juga Reina terbangun, matanya terasa begitu panas, begitu juga dengan badannya, akan tetapi bajunya yang masih basah membuat Reina merasa lebih tidak nyaman.

Menyadari Reina yang sudah sadar, wanita paruh baya itu langsung mendekat. Begitulah juga dengan Andre.

"Sekarang kita pulang ya, ganti baju kamu. Kata dokter demam kamu tinggi." Ujar sang ibu.

Reina tidak menjawabnya, dia hanya terdiam dan hanya mengikuti perkataan ibunya. Setelah semua urusan di rumah sakit selesai, akhirnya mereka pulang. Andre mengantar kedua orang itu sampai ke tempat tujuan. Setiba di rumah, Reina dan ibunya turun dari dalam mobil sambil di bantu juga oleh Andre.

Setelahnya Andre berpamitan untuk pergi dari sana, dan ibu Reina juga tidak lupa berterimakasih sebelum Andre pergi dari sana. Kini Reina sudah berada di dalam kamarnya, sang ibu juga sudah menyiapkan pakaian ganti untuk Reina kenakan. Tak lama kemudian Reina sudah berganti pakaian, sebelum tidur sang ibu menyuruh Reina untuk minum obat terlebih dahulu dan barulah Reina beristirahat di dalam kamarnya.

~ • ~

Kamis, 20 Juni 2024

⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang