Hari-hari mulai berlalu, tak terasa hari kenaikan kelas sudah tiba. Kini Reina sudah berada di kelas 12 sebagai senior untuk adik-adik kelasnya, begitu juga dengan Reihan. Tidak lama lagi mereka akan meninggalkan sekolah itu, yang tertinggal hanyalah kenangan mereka di sana.
Reina duduk di kursi kedua paling pojok dekat dengan dinding bersama Riska dengan Elina yang berada di belakang mereka. Awal-awal masuk kelas mereka tidak langsung belajar, karena para guru yang masuk memperkenalkan diri lagi, memberitahu jika mereka guru pelajaran ini dan itu, bahkan wali kelas mereka juga sudah berganti.
Ketika wali kelas masuk, guru tersebut menyusun perangkat kelas terlebih dahulu. Mestinya ada yang ingin turun jabatan dari perangkat kelas karena capek mengurusnya.
Namun Reina malah di angkat menjadi sekretaris kelas, padahal dia tidak mau tapi kata Riska coba aja, lagian cuma satu tahun doang gak lama. Tapi tetep aja hal itu merepotkan sih, ya mau gak mau Reina harus mau karena itu penentuan dari guru juga. Sebenarnya tidak ada paksaan, tapi karena para murid tidak ada yang mau jadinya sang guru yang memilih.
Untuk ketua kelas di berikan pada Adnan, wakil kelas Syauqi, dan bendahara Mirna. Begitu perangkat kelas sudah tersusun sang guru juga memberikan beberapa tugas kepada perangkat kelas itu seperti membuat denah jelas, struktur kelas, 7k, dan lainnya. Dan mereka harus mengerjakannya secara bersama, bagi-bagi tugas istilahnya biar tidak capek satu orang saja.
Kini jam pulang tiba, Reina keluar dari dalam kelasnya. Di kelas 12 IPS 2, Reihan sudah menunggu kedatangan Reina, di sana dia berdiri di depan kelas sambil berbicara dengan dua temannya. Tepat Reina tiba di sana Reihan langsung mendekat sambil tersenyum dan Reina membalas senyuman itu.
"Kamu nungguin aku?" Tanya Reina.
Reihan mengangguk sambil tersenyum. "Iya, biar pulang bareng kamu."
"Biasanya juga nunggu di gerbang sekolah."
"Sengaja, biar bisa jalan bareng kamu sampai ke parkiran." Senyum Reihan.
Reina tertawa kecil. "Yaudah, ayo."
Sebelum pergi Reihan berpamitan dengan teman-temannya dan pergi dari sana bersama Reina. Selama di perjalanan menuju ke tempat parkiran Reihan dan Reina bercerita random. Sampai akhirnya mereka tiba di tempat parkiran motor.
Kini mereka berada di perjalanan pulang, Reihan mengantar Reina sampai ke rumahnya. Setelahnya dia langsung berpamitan untuk pulang.
***
Malam pun tiba, Reina dan keluarganya saat ini tengah makan malam. Tepat saat itu juga sang ayah bercerita soal pekerjaan nya, dan hal yang membuat Reina terkejut adalah di saat sang ayah mengatakan kalau mereka akan pindah lagi ke Bali. Padahal belum lama ini mereka pindah ke sini karena pekerjaan ayahnya, kini mereka pindah lagi ke tempat yang lebih jauh dari Bandung.
Reina awalnya tidak menyetujui, dia juga mengatakan akan tinggal di bandung sendiri juga tidak masalah, namun orang tuanya tidak menyetujuinya. Mereka akan pindah saat Reina sudah lulus SMA nanti dan melanjutkan pendidikannya di Bali nanti. Dia bingung harus bagaimana saat ini, dia tidak ingin jauh dari Reihan. Tapi situasi ini sangat tidak memungkinkan untuk Reina di beri izin untuk tinggal sendirian, terlebih anak satu-satunya.
Kini mereka semua sudah selesai makan malam. Reina saat ini sudah berada di dalam kamarnya, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Dia sibuk memikirkan bagaimana cara dia memberitahu Reihan nanti soal ini.
Di tengah lamunan nya itu, seseorang mengetok pintu kamarnya. Reina menyadarinya dan langsung mendekat untuk membuka pintunya, terlihat itu adalah Bi Anum.
KAMU SEDANG MEMBACA
⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓
Dla nastolatkówHai Reina, bagaimana kabar mu? Kau rindu dengan ku atau tidak? Di sini aku masih menunggumu, karena aku sendiri sangat merindukanmu. Aku payah dalam menulis sesuatu seperti ini, tapi aku harap kau bisa memahami perasaan ku melalui tulisan ku ini. ...