Satu Minggu sebelumnya...
"Reihan." Panggil seorang wanita paruh baya, mendekat kearah Reihan sambil membawakan keranjang belanjaan dan uang.
"Iya, bunda?" Toleh Reihan ke arah sang ibu.
"Tolong bantuin bunda ya?" Ucap sang ibu, tapi Reihan hanya menatap. "Bantuin bunda belanja di pasar, bunda lagi sibuk ngurus halaman belakang." Sambung sang ibu sambil meletakkan keranjang belanjaan dan uang di depan Reihan.
"Tapi kan ada Bi Ningsih, bunda." Ujar Reihan dengan malasnya.
"Tapi Bi Ningsih nya lagi cuti."
"Sama Kak Rihana atau Kak Sasa aja, Reihan males." Tolak Reihan, kembali menonton acara tv nya.
"Kakak-kakak kamu juga pada keluar, ayo cepat belikan dulu, nanti bunda telat lagi masak nya." Paksa sang ibu.
"Iya iya." Mau tidak mau Reihan harus membelikan belanjaan masak sang ibu.
Reihan berjalan keluar rumah nya dan mengendarai sepeda motor nya agar lebih cepat sampai di pasar. Sesampai di sana Reihan membelikan semua belanjaan yang sudah tertulis di atas kertas. Selesai dengan itu Reihan kembali ke rumah nya.
Baru saja Reihan tiba di rumah, sang adik perempuan nya mendekat. Memberitahu nya bahwa ada paket yang datang untuk nya. Reihan pun terheran-heran, bertanya dari siapa yang mengirimkan nya paket. Dan adiknya hanya menjawab dari tukang koran.
Penasaran akan hal itu Reihan langsung masuk kedalam rumah, meletakkan bahan belanjaan itu di atas meja yang ada di dapur. Reihan kembali masuk kedalam kamarnya untuk melihat paket yang di kirimkan oleh tukang koran tadi, dan terlihat sebuah amplop yang tergeletak di atas meja belajarnya.
Dia mendekat, mengambil amplop itu sembari menatap nya sejenak. Lalu dia membuka amplop tersebut dan terlihatlah sebuah kertas yang berisikan teks. Reihan membaca kalimat di kertas itu, raut wajahnya seketika terheran dan juga penasaran siapa yang mengiriminya surat semacam ini.
21 Oktober 1989
Pemberitahuan
Assalamualaikum. Hari ini, aku, sang penggemar rahasia mu. Menyatakan bahwa selama beberapa minggu terakhir aku sudah mencintaimu, tapi aku tau kamu tidak menyadarinya.Kado yang aku kasih apa sudah di buka? Ku harap kamu tidak membuang nya.
Penutupan
Aku ada untuk mencintaimu dan kamu ada untuk mengisi dunia ku. Sekian ijin mengakhiri dengan terima kasih, wassalamu'alaikum.- Reina 1989
Setelah membaca isi surat itu Reihan melipatnya kembali, memasukkan kertas itu kedalam amplop tadi. Lalu menyimpan nya di dalam laci. Reihan sudah cukup sering mendapatkan banyak surat dari orang-orang, tapi kali ini Reihan merasa ada yang berbeda dari surat yang dia terima tadi. Memang isi surat nya adalah pengungkapan cinta atau bisa di sebut sebagai surat cinta.
Reihan tak mengambil pusing, walaupun penasaran dia tidak berniat untuk mencari tau. Sebab dia tau, orang yang mengiriminya surat itu, suatu saat nanti akan bertemu dengannya. Jadi Reihan tak perlu repot-repot untuk mencarinya.
Terlepas dari itu, Reihan tiba-tiba saja mengingat sesuatu. Kado yang di maksud itu apakah kado di hari ulang tahun yang sempat dia simpan itu? Ah iya, Reihan lupa untuk membuka kado itu, jadinya dia hanya menyimpannya di dalam laci meja.
Mengingat hal itu Reihan kembali membuka laci meja yang kedua. Dia mengambil satu kotak kecil itu dan meletakkannya di atas meja. Sesekali dia memutar-mutar kotak kecil itu, berpikir isi apa yang ada di dalam kotak tersebut.
Reihan membuka nya. Di sana terdapat satu pulpen dan juga kertas yang sudah terlipat beberapa bagian. Reihan mengambil pulpen tersebut dan meletakkannya di atas meja, lalu bergantian mengambil kertas yang sudah terlipat itu.
Lagi dan lagi ternyata kertas itu berisikan surat. Reihan jadi berpikir, apa orang ini sangat suka menulis dan mengirimi surat? Seperti nya dia ahli dalam melakukan itu.
14 Oktober 1989
Pembukaan
Assalamualaikum. Aku, sang penggemar rahasia mu. Sebelumnya aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk mu. Ini kado dari ku, ku harapkan kamu menyukainya. Tak mewah dan tak istimewa juga, tapi ku harap kamu bisa menulis banyak kata istimewa di atas kertas dengan pulpen ini. Aku hanya memberikannya satu, tak mau lebih, yang boleh lebih itu cuma cinta aku buat kamu.Gunakanlah pulpen ini dengan caramu, cara untuk merangkai kisah kamu dan aku nantinya. Mungkin bukan sekarang, tapi aku yakin kamu akan melakukannya.
Penutupan
Cinta ku tak akan pernah pudar pada mu. Sekian ijin mengakhiri dengan terima kasih, wassalamu'alaikum.
- Reina 1989
Membaca surat itu membuat Reihan terasa aneh. Tapi dia tidak menyukainya juga karena kata-kata seperti ini bukanlah hal yang bakal membuat hatinya berdebar-debar. Dia tak masalah jika ada orang yang menyukai nya, karena nantinya juga dia sendiri yang bakal ngebuat orang itu tak menyukainya lagi.
Selesai dengan semua hal itu, Reihan beranjak keluar dari kamarnya untuk pergi keluar dari rumah karena ada janji bersama teman-temannya. Sebelum pergi dia juga pamit dengan orang tuanya tapi Reihan tak memberitahu kemana dia akan pergi.
~ • ~
Suasana di rumah sakit terasa sangat ramai, Reihan yang menatap ke arah Reina hanya memasang wajah tanpa ekspresi. Reina jadi malu sendiri ketika di tatap oleh Reihan seperti itu. Tapi Riska malah menyenggol lengannya, yang membuat Reina menoleh ke arahnya.
"Itu kasih." Kode Riska pada kresek yang dia bawa.
"Oh iya." Dengan cepat Reina langsung berjalan ke arah Reihan. "Ini buat kamu, cuma buah-buahan doang." Meletakkan kresek tersebut di atas meja sambil tersenyum.
"Makasih." Jawan Reihan singkat.
"Berdua aja?" Tanya Rian, temannya Reihan.
"Iya nih." Jawan Riska.
"Pantesan gak bareng Rio."
"Biasalah, biar pada gak ketahuan mereka pacaran." Sahut Dika, Riska yang mendengar ucapan Dika langsung mencubit mulut Dika sampai membuat Dika terkejut.
"Ember amat ini mulut." Kesel Riska, menatap tajam kearah Dika.
"Kalian pacaran?" Tetiba Reina membuka suara, agak kaget tau-tau mereka berdua pacaran.
"Iya, udah dua minggu lalu." Rian dengan cepat langsung menjawab pertanyaan Reina, seketika Riska melototi ke arah Rian. Sedangkan Rian hanya menyengir tanpa dosa.
"Wah parah gak ngasih tau, ku kira kita selama ini temenan."
"Gak gitu, awalnya aku mau ngasih tau tapi nunggu waktu yang tepat dulu." Jelas Riska.
"Cih." Decak Reina dengan tatapan sinis ke arah Riska.
~ • ~
Setelah menjenguk Reihan di rumah sakit, kini mereka berdua kembali ke rumah masing-masing. Haru sudah mulai sore, Reina baru saja selesai mandi. Dia berjalan ke arah teras dan duduk di atas kursi. Reina tersenyum, saat ini dia memikirkan sesuatu yang membuat nya senang. Kira-kira apa yang di bayangkan Reina saat ini sampai-sampai membuat nya tersenyum?? Sudah jelas itu Reihan. Dia cuma memikirkan apa yang membuatnya senang.
"Aku harap dia akan menyukainya." Ujar Reina pada diri sendiri sambil tersenyum.
~ • ~
Minggu, 2 Juni 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
⟨04⟩ Bandung 1989 [END]✓
Fiksi RemajaHai Reina, bagaimana kabar mu? Kau rindu dengan ku atau tidak? Di sini aku masih menunggumu, karena aku sendiri sangat merindukanmu. Aku payah dalam menulis sesuatu seperti ini, tapi aku harap kau bisa memahami perasaan ku melalui tulisan ku ini. ...