Berangan

21 5 0
                                    

annyeonghaseyo yeoleobun, jeulgeoun dogseo doeseyo😘😘...
Nitip vote ama komennya dung...

Oke... Happy Reading kawan-kawan...

***

MALAM yang seharusnya untuk waktu istirahat, justru di ganti dengan belajar mengerjakan tugas-tugas yang entah mengapa datang secara bersamaan.

Hengky memijit pangkal hidung miliknya. Ia sedang merasa pusing sekarang. Pelajaran Kimia telah menguras seluruh tenaga fisik dan otaknya. Bisa di bilang, Mapel inilah yang sangat ia hindari dari dulu.

"Pie ikih... Aku durung lebar..." ucapnya frustasi. Ia meraup kasar wajahnya. Rambutnya bahakan sudah acak-acakan saat ini. Matanya bahkan sudah lumayang ngantuk sekarang ini. Ia melirik jam yang ada di dinding. Jam 22.04.

"Heng. Durung turu?" tanya bapak.

"Ah.. Bapak. Tak kirain sopo. Dereng, Pak. Tugas e belum selesai" jawab Hengky.

"Se akeh kui?" tanya Bapak.

"Hehehe... Iya, Pak" jawab Hengky sambil menggaruk-garuk kepalanya yabg tidak terasa gatal.

"Yoes. Bapak turu ndhisik, yo. Ojo lali sholat isya'!" ucap bapak kemudian meninggalkan kamar Hengky. Hengky hanya tersenyum tipis kala mendengar peringatan dari bapak.

Tak lama setelah itu, ia ke kamar mandi bermaksud untuk wudhu dan melaksanakan ibadahnya. Hengky mengambil sarung, serta peci yang kemudian ia kenakan. Sangat cocok.

Bapak memang benar. Apapun masalahnya, sholat bisa menenangkannya. Kata bapak, jika kita pengin sukses, ya kita harus perbanyak ibadah dan usaha. Sukses itu nggak pernah datang secara instan. Semua pasti ada usahanya.

Kini Hengky sudah menyelesaikan ibadahnya. Segar. Itulah yang ia rasakan setelah sholat. Badannya kembali bersemangat, rasa akan ngantuknya kini sudah hilang. Inilah salah satu manfaat sholat kata bapak.

"Oh, wallahhhh... Iki toh kudu di giniin! Pantesan dari tadi gak isoh-isoh! Nek ngene, kan gampang!" gumamnya sembari mengerjakan tugas terakhirnya.

"Yess! Akhire wes selesai!" finalnya sembari merapikan buku dan memasukkannya ke dalam tas.

Kini ia beralih mengambil buku bersampul warna hijau. Warna kesukaannya. Ia mulai mencoret-coret, menggaris serta memberikan beberapa arsiran di buku itu. Ya, ia tengah menggambar. Ratu. Ratulah yang ia gambar.

"Ratu. Kamu itu udah kayak pelukis aja, deh. Buktinya kamu aja udah ngelukis hatiku"

***

Pagi menyapa. Kini ia sudah berada di depan rumah untuk melakukan kegiatannya, yaitu mencuci motor. Motor ini adalah motor tua kesayangan bapak. Walaupun sudah butut, motor ini banyak kenangannya.

"Dot! Ameh neng ndi?" tanya Hengky.

"Iki ngeterke mangan e bapak" jawab Adit sambil menyodorkan rantang yang ia bawa.

"Neng sawah?"

"Heeh"

"Mlaku?"

"Orak! Mebur! Yo mlaku lah! Wes reti dadak tekon" ucap Adit.

"Oh!"

"Ngono tok? Mendeng mau rak sah tak jawab omonganmu"

"Hoh! Anak kirek" umpat Hengky.

Tak peduli lagu dengan Adit, ia pun segera menyelesaikan kegiatannya secepat mungkin. Motor sudah bersih juga kering, lantas ia kembali masuk ke dalam rumah hanya untuk sekedar meminum air putih saja. Tenggorokannya sudah sangat kering sekarang.

"Heng" panggil ibuk.

"Nggih, Buk?" jawab Hengky.

"Kamu anterin kue iki neng rumah e Buk Santi, yo. Ibuk ameh neng sawah bantuin bapak. Nanti kamu habis anterin kui langsung neng sawah, ya!" suruh ibuk.

"Iyo, Buk! Siap!! Assalamualaikum!!"

Perjalanan dari rumah Hengky menuju rumah Buk Santi lumayan jauh, makanya Hengky bawa motor. Suasana masih pagi, masih sangat segar untuk menghirup aroma embun pagi yang sangat Hengky sukai. Ia bersenandu dan sekali-kali bernyanyi untuk tidak membuatnya bosan.

"Yok prakonco podo dolanan dakon
Watu item
Cacahe pitu
Seng ngajari bapak ne mbok de paijem
Seng ngajari bapak ne mbok de paijem"

Setelah kian lama menuju rumah Buk Santi, akhirnya Hengky sampai ke tujuannya.

"Assalamualaikum!! Buk Santi!!" ucapnya sopan.

"Iya, bentar!!" seru Buk Santi.

"Buk niki dari Ibuk" ucap Hengky.

"Oh, heeh pesenanku. Sek, ya tak jupuk ke duit e dhisik" ucap Buk Santi.

"Nggih, Buk"

"Ini! Maturnuwun nggih!"

"Sami-sami! Permisi, Buk!"

***

Badan Hengky terasa pegal karena tadi pagi membantu bapak membajak sawah sampai siang. Siang berlalu menjadi sore. Seperti biasa, setiap sore, Hengky nangkring di depan rumah sembari terus membuat sekenario di otaknya.

Ia kini menatap langit jingga kekuningan. Senja kini sudah datang. Di saat ia menatap langit, kebetulan sebuah pesawat melintas di atas nya. Pesawat. Itulah yang ingin dia kendarai. Ia ingin sekali menjadi pilot. Namun, apakah semua mimpi itu akan terwujudkan? Bagaimana jika orang tuanya tidak memiliki biaya yang cukup untuk mendaftarkannya ke sekolahan yang lebih tinggi? Bukankah jika seperti itu ia tak akan bisa menggapai impiannya?

"Bagaimana caranya?" gumam Hengky sembari terus menatap ke langit.

"Gimana nko nek aku gak bisa jadi pilot?"

"Aku, kan pengin berangkat ke umroh Ibuk, Bapak karo Codot. Gimana nek nko gak keturutan?"

"Tapi, aku kudu iso ngadepin kabeh iki!"

"Kudu sabar! Nko mesti iso, Heng!! Yakin!"

"Pokok e aku harus iso dadi pilot!"

***

OKE...SEGITU DULU MAN-TEMANNNN!! LANJUT LAGI BESOKK!! PAPAYY👋👋!!..

Ada yang mau di sampaikan?

Buat Hengky?

Adit?

Ratu?

Riki?

Husen?

Kak Indah?

Aku?

—31-05-2024

Demak Tells a Story [ HIATUS ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang