Green Book Notes

13 5 0
                                    

annyeonghaseyo yeoleobun, jeulgeoun dogseo doeseyo😘😘...
Nitip vote ama komennya dung...

Oke... Happy Reading kawan-kawan...

***

MALAM ini seluruh makhluk yang ada di dunia ini memanfaatkan waktu malamnya untuk istirahat sejenak dari dunia yang berisik. Begitupun dengan penghuni rumah Hengky untuk sekarang ini.

Semuanya sudah berada di alam bawah sadarnya masing-masing. Tapi tidak dengan Pria paruhbaya itu. Ia terbangun dari tidurnya untuk sekedar mengambil minum di dapur. Langkahnya terhenti saat ia melihat pintu kamar Hengky yang tak tertutup. Mungkin ia lupa menutupnya.

Pria itu memasuki ruangan yang sangat tersusun rapi. Rak-rak juga tersusun dengan rapi dan tidak berantakan sama sekali. Sangat jauh berbeda dengan kamar anak bungsunya yang di claim sebagai kapal pecah.

"Buku ne neng ndhi, sih?" gumamnya mencoba mencari buku catatan hijau milik Hengky. Ya, bapak sangat penasaran dengan buku itu. Sejak beberapa hari kemarin, bapak kerap memergoki Hengky sedang menulis sesuatu di buku itu. Ia juga ingin tau apa yang sebenarnya di tulia oleh anaknya itu.

Laki-laki itu membuka laci meja belajar Hengky satu persatu dengan hati-hati. Tidak ada, itulah batin bapak. "Kok gak ada?" gumamnya kebingungan.

Ia mulai membuka tas Hengky siapa tau buku catatan itu ada di dalam tas Hengky. "Ketemu" bisiknya pelan. Yups, buku itu bersampul hijau warna kesukaan Hengky, dengan judul 'Green Book Notes'. Catatan buku hijau.

Setelah mendapatkan barang yang ia cari, laki-laki paruhbaya itupun menuju teras depan rumah dan lalu duduk di atas kursi yang ada di sana. Jam menunjukkan pukul 01.03, namun rasa penasarannya sedari kemarin tidak akan pernah hilang.

Ia membuka halaman pertama buku itu. Ada sebuah judul baru bertuliskan 'MY DREAM'. Ia membaca halaman tentang mimpi-mimpi Hengky yang ingin sekali menjadi seorang pilot sedari kecil.

Judul kedua tertulis 'I'M, RIKI WITH HUSEN'. Laki-laki itu tidak membaca halaman itu, ia bahakan sudah tau dari judulnya jika catatan ini berisi tentang kedua sahabatnya.

Dan sampailah pada Judul yang ia cari-cari. 'DESCRIBE YOU' ia membuka halaman setelah judul itu, dan benar saja Hengky menggambar wajah Ratu dengan rinci dan teliti. Hengky sengaja tidak menggambarkan mata milik Ratu, karena baginya mata Ratu adalah aset berharga.

"Lah, iki sopo?" beo laki-laki itu kala melihat gambaran yang anaknya buat.

Mencoba berpositif thinkin dan tidak ingin memikirkan hal-hal yang aneh, ia hanya berpikir jika itu adalah salah satu karakter kesukaan Hengky di komik. Toh, Hengky juga punya karakter favorit di komik, jadi ya gapapa kalo dia gambar itu di buku catatannya.

***

Malam sudah di gantikan pagi. Hari ini adalah hari terakhir ujian ke lulusan yang menentukan nilai kita di masa depan nantinya.

Hengky, ia sangat bersemangat lantaran hari ini adalah hari terakhir ia ujian, dan tentunya sebentar lagi ia akan menghadapi kelulusan.

"Happy banget toh, Heng? Emang ono oponan, toh?" tanya Husen heran dengan kelakuan Hengky.

"Hadehh... Koe ki gak ngertinan kok, Sen. Kan hari ini hari terakhir ujian, yo mesti happy, lah. Wong aku yo happy" timpal Riki.

"Yaudah... Aku tak melu-melu happy deh.." ucap Husen.

Ketiganya kinj sedang bercanda ria di koridor sekolahan. Tidak akan ada yang bisa memisahkan ketiganya. Ketiganya sudah sangat melekat seperti lem dan kertas.

Di tengah candaan mereka, tiba-tiba Husen terdiam. Ia tidak membuka suara sama sekali. "Koe nopo, Sen?" tanya Hengky heran. Gimana nggak heran, wong tiba-tiba diem nggak ngomong.

"Hmm.. Gapopo. Aku cuman mikir. Nko nak aku lulusan seng dampingi sopo, ya. Kan kurang 3 Minggu maneh" ujar Husen sambil tersenyum getir.

"Ojo sedih ngono toh onichan. Nak onichan sedih kayak ngono, onichan malah tambah kawai, lho" canda Riki yang berhasil menarik tawa Husen kembali.

"Gilani!! Mending aku balik neng kelas!!" ujar Husen bergidik ngeri mendengar apa yang di katakan Riki.  Yang benar saja, anak wibu itu memanggilnya 'Onichan' yang jika di artikan ke dalam bahasa Indonesia adalah Kakak Laki-laki. Tapi tetap saja ia geli.

"Heh!! Sen!! bentar!!" teriak Hengky. Namun, tidak di dengar oleh Husen. Laki-laki itu sudah terlebih dahulu memasuki kelasnya.

"Gapapa, Heng. Nko kan bisa ngomong maneh" ucap Riki.

Hengky hanya membalasnya dengan anggukan kecil. Ia sedikit sedih dengan omongan Husen tadi. Seharusnya ia bisa bersyukur atas apapun rahmat Tuhan. Bukannya malah mengeluh.

***

Hengky pulang sekolah dengan muka yang di takuk lesu. Ia sungguh sedang bad mood saat ini. "Nopo, sih Heng?" tanya Bapak yang duduk di kursi teras. "Iku loh, Pak. Mosok jok motor e di cubles-cubles karo bocil sampe bolong. Aheng yo kesel toh, Pak!" jelasnya.

Bocil komplek memang tidak ada habis-habisnya. Setiap hari ada, aja kelakuannya yang nyebelin. "Wes-wes. Sama bocil ae gelud" timpal Bapak.

Hengky mengangguk saja daripada ia mendengarkan omongan bapak yang natinya bakal panjang lebar yang membuatnya tambah bed mood. "Yaudah, Aheng masuk dhisik, yo Pak" pamit Hengky.

"Sek! Bapak meh ngomong!" tegur bapak.

"Ngomong opo, Pak?" tanya Hengky sambil mengerutkan dahinya penasaran.

"Green Book Notes. Iku gonmu, kan?" ucap bapak memulai pembicaraan.

"Bapak tau sokoh ndhi?"

"Buku mu gak?" tegas bapak.

Hengku mengangguk sembari menundykkan kepalanya dalam. Ia sungguh takut hika sudah berhadapan dengan bapak. Seperti yang kita tau, seorang ayah, seorang bapak, seorang kepala keluarga, selalu mendidik anaknya dengan kasar di bandingkan seorang ibu. Namun, keduanya tetap saja sama-sama mendidik anaknya dengan baik, namun dengan cara yang berbeda.

"Kamu suka sama orang, ya Heng?" tanya bapak.

"Iya, pak. Perasaan iki tiba-tiba muncul dhewe. Bahkan Aheng aja gak tau kenapa perasaan iki muncul" jawab Hengky secara jujur.

Bapak menganggukkan kepalanya faham. "Ratu Gusti Arum. Sopo kui?" tanya bapak. Saat itu juga, mata Hengky membulat sempurna. 'Bapak kok reti!?' batin Hengky. Rasanya ia ingin berteriak sekarang juga.

"Gak-gak.. Bapak gak marah. Bapak kan cuman tanya. Jadi Ratu itu sopo?" tanya bapak sekali lagi.

"Gadis buta seng pas nganu tak bantu, Pak. Bapak gak masalah, kan nek Aheng suka sama dia?" tanya Hengky. Kali ini ia tidak lagi menundukkan kepalanya.

"Gak papa. Iku, kan hak mu dhewe mau suka sama siapa. Bapak gak maksa kok. Tapi ojo pacaran!! Awas kamu nek pacaran!!" ancam bapak.

"Iya, Pak!! Udah lah. Aheng masuk dulu!"

***

Segitu dulu man teman... Niatnya aku mau nyelesai in cerita ini di akhir Juni. Kira-kira bisa nggak, ya🤔🤔?? Mohon bantuannya, ya man teman.. Papayyy👋👋...

—08-06-2024

Demak Tells a Story [ HIATUS ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang