annyeonghaseyo yeoleobun, jeulgeoun dogseo doeseyo😘😘...
Nitip vote ama komennya dung...Oke... Happy Reading kawan-kawan...
***
PAGI yang cerah menyapa kota Demak dengan hangat. Matahari kini belum menapakkan dirinya seutuhnya. Jam 05.20 WIB, suasana sudah lumayan ramai di Desa Kalikondang. Ada ibuk-ibuk yang mencuci pakaian di depan rumah sambil ghibah, dan ada juga bapak-bapak bersiap-siap untuk pergi ke sawah.
"Turun!! Wes tekan!!" ucap Hengky.
"Ha?! Opo?! Wes tekan?!"
"Yo!! Turun!!" tegur Hengky.
"Alah.. Aku iseh ngantuk!" malas Adit.
"Turun, po milih tak bilangin ibuk nek koe mecahin gelas?!" ancam Hengky merasa puas.
Dengan sigap, Adit langsung menuruni motor yang tadinya ia naiki. Sungguh, ia masih takut jika Hengky nantinya akan memberitahu ibuk tentang ia yang memecahkan gelas kemarin.
Adit sudah memasuki kamar. Ia melanjutkan tidurnya di pulau kapuk yang amat-teramat nyaman, sedangkan Hengky ia tengah membersihkan badannya yang sudah berbau asam.
Selesai dengan mandinya, ia mulai mengerjakan kegiatan lainnya seperti memberi makan ayam, menyapu dan juga mencuci sepatu. Dimana ibuk dan bapak? Ibuk dan bapak saat ini masih menginap di rumah bulek untuk 2 hari ke depan karena ada urusan.
"Riki sido ngejak aku mancing gak, ya?" gumamnya yang sedang duduk di kursi depan teras.
Sebenarnya hari ini, di hari Minggu ini ia ada janji dengan Riki untuk pergi memancing di Kali Sabrang Lor. Tapi, jika ia ikut memancing, apakah ia harus meninggalkan Adit di rumah sendirian?
Ia sedang kebingungan saat ini. Antara ikut, atau tidak ikut. Tapi jika ia tidak ikut, ia sudah janji. Bukankah janji itu harus di tepati?
"HENG!! HENGKY!! AHENG!!" panggil Riki dari seberang jalan denga sepeda tuanya.
"Ha! Opo!"
"Ayo mancing!" ajak Riki dengan senyum semringah, hingga deretan gigi putih nan rapi miliknya itu terlihat.
"Sini o!! Tak omongi dhisik!" ucap Hengki mengisaratkan Riki untuk datang menghampirinya.
Menurut dengan ucapan Hengky, Rikipun mengayuh sepedanya hingga memasuki halaman rumah Hengky.
"Gimana, Heng?" tanya Riki.
"Nganu.. Ibuk karo bapakku kan lagi gak di rumah. Seng di rumah aku karo Codot, tok. Mosok Codot meh tak tinggal?" ujar Hengky.
"Hallah! Ngono tok sek bingung! Najib tak tinggal neng omah wae wani, kok. Malah anak e masih turu" timpal Riki.
Hengky hanya manggut-manggut mendengar ucapan dari Riki. Toh, Adit juga sudah kelas 8 SMP. Pasti bisa menjaga dirinya sendiri.
"Yaudah. Sek, ya!" ucap Hengky untuk menyuruh Riki menunggu sebentar.
Hengky mengambil alat mancingnya. Tidak, ia tidak langsung pergi begitu saja. Melainkan, ia malah memasuki kamar untuk sekedar memberitahu Adit jika ia akan pergi memancing.
"Dot!!" tegurnya. Namun anak laki-laki yang tengah tidur itu sama sekali tidak menggubrisnya.
"DOT!!" tegurnya lagi, kali ini lumayan kecang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demak Tells a Story [ HIATUS ]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] *Author tidak memaksa. Tentang dia, pemilik senyuman paling indah. Tentang seorang laki-laki yang ingin sekali meraih impiannya menjadi pilot, yang kemudian di pertemukan dengan gadis buta pemilik mata yang indah. UPDATE TER...