Tap... Tap... Tap...
Derap langkah kaki terdengar. Fahran, Mami Sal, Papi Ron serta Papa Nayan dan Mama Via mengantar Nab ke rumah sakit setelah Nab Mengeluh rasa sakit yang berkala diperlukan pinggangnya. Nab dibawa dengan kursi roda ke ruangan bersalin.
"Ya Rabb... Astaghfirullah... Ya Rabb... " Nab mengaduh. Nab Merintih makan perut yang terasa berputar melilit.
"Sayang sabar ya sebentar lagi kita akan sampai ke ruang bersalin" Ucap Fahran mencoba menghibur Nab sebenarnya Fahran sendiri merasa tegang. Melihat Nab yang kesakitan bahkan persalinan saja belum dimulai. Semua ini membuat nyalinya sedikit menciut. Fahran jadi tidak tega melihat Nab yang mengaduh.
" Nab yang kuat nak. Nab pasti bisa melewati ini semua. Selamat berjuang melahirkan malaikat kecil untuk menambah kebahagiaan keluarga kita ya nak." ucap Mami Sal mengingatkan. Mami Sal juga sejak tadi sudah sangat tega.
" Mii.. sakit Mii.. Kak ini sakit sekali rasanya" rintih Nab. Biasanya Nab paling kuat dan tegar menahan rasa sakit. Tapi kali ini berbeda. Nab Sudah berusaha untuk tegar dan menahan rasa sakitnya. Namun rasa sakit tersebut semakin lama semakin terasa dahsyat.
Ceklek
Pintu ruangan bersalin terbuka. Nab dimasukkan ke dalamnya.
" Maaf Pak, Buk. Hanya satu orang saja yang boleh mendampingi di dalam ruangan" ucap dokter. Mami Sal dan Fahran saling berpandangan.
" Fahran saja nak. Tolong kuatkan Nab" ucap Mami Sal berpesan kepada Fahran. pemuda ini mengangguk lalu langsung melesat ke dalam ruangann. Pintu kembali tertutup.
Papa Nayan dan Mama Via mengambil tempat di kursi di samping pintu ruangan. Sementara Papi Ron duduk didepan pintu ruangan menatap Mami Sal yang sedari tadi mondar mandir menanti kabar. Wajahnya memancarkan kecemasan akan keadaan menantu. ingin rasanya Papi Ron menghampiri Mami Sal menyuruh duduk agar istrinya itu tidak lelah. Namun niat tersebut diurungkan ketika seseorang datang menghampirinya.
" Om,bagaimana keadaan Nab?" tanya orang yang ternyata adalah Syarzia. Zia terlambat datang karena sibuk mengejar pembimbing untuk menuntaskan tugas akhir masa kuliahnya.
" Nab sudah masuk ke ruang persalinan Zia. Kita berdoa yang terbaik ya untuk Nab. "ucap Papi Ron.
.....
"Masih bukaan 3-4" ucap perawat yang menangani proses persalinan Nab. Perawat memberitahukan kepada dokter yang mengontrol melalui saluran telepon.
" Masa sudah berjam-jam masih bukaan 3, sus?" Protes Fahran tidak sabar. Fahran merasa kasihan sekaligus iba melihat wajah pucat biru Nab menahan sakit. Tangan Fahran menjadi sasaran untuk diremas kuat. Nab menggigit sapu tangan tiap kali merasakan perutnya bergejolak. Peluh menetes-netes.
" Memang begitulah persalinan pak. Membutuhkan kesabaraan dan pengorbanan seorang ibu dan juga pendamping yang menguatkan. " sahut perawat dengan tersenyum.
"Allaaahu Akbar....." Nab mengerang. Fahran mengecup puncak kepala Nab berkali-kali. Membaca segala ayat Al-Quran dan doa-doa yang sudah dihafal di luar kepala. Fahran meneteskan air mata. Fahran memberikan lengannya untuk digigit. Juga merelakan rambutnya untuk ditarik. Fahran membiarkan sang istri melampiaskan semua rasa sakit sesuka hati pada tubuhnya.
....
Menit detik terus berlalu. Sudah hampir 14 jam Nab menahan rasa sakit diruangan bersalin. namun pembukaan panggul tidak juga bertambah. Stuck pada pembukaan 5. Sementara wajah Nab semakin pucat. Wanita ini semakin menegang menahan rasa sakit yang kian menuju puncak.
" Sus, Bagamana ini? Apa yang bisa dilakukan untuk menambah bukaannya?" tanya Fahran untuk sekian kalinya.
" Kita sudah melakukan induksi persalinan melalui injeksi atau infus untuk membantu membuka jalan lahir. Tapi sepertinya belum ada kemajuan, saya sudah menghubungi dokter. Beliau sedang menuju keruangan ini." sahut perawat. Mata Fahran beralih melihat Nab.
" Yang kuat ya sayang... Dokternya lagi menuju kesini." ucap Fahran mendampingi Nab dengan setia. Beruntung sakit pada betisnya berangsur pulih. Dengan penuh keyakinan menyerahkan sepenuhnya pada Allah SWT. Dan juga dukungan keluarga, Nab berjuang untuk segala rasa sakit yang ia rasakan.
Para dokter juga mengerahkan segenap kemampuan mereka dengan merawat dan memberi obat.
Cittt.....
Pintu terbuka. Dokter kandungan dengan tergesa-gesa melangkah masuk. Lalu
memeriksa kondisi Nab, menghitung detak jantung janin yang masih ada dikandungan juga melihat pergerakannya.
"Bagaimana dok?" tanya Fahran cemas.
" Kita harus melakukan operasi sesar, Pak!" ucap dokter. Nab menggeleng tidak percaya.
" Siapkan alat-alat nya sus! Bawa bu Nabirra ke ruangan operasi!" titah dokter lalu beliau bergerak cepat keluar ruangan.
" Kak, Nab tidak mau di operasi. Nab takut! Nab masih kuat berjuang untuk melahirkan normal" ucap Nab dengan masih terus merintih.
" Semua akan baik-baik saja sayang. Insyaallah operasi nya adalah jalan terbaik. Demi keselamatan Nab dan juga bayi kita, kondisi Nab juga tidak memungkinkan untuk menunggu lebih lama. Semua ikhtiar sudah kita lakukan. Sekarang waktunya menyerahkan semua pada Allah sang Maha Hidup, Nab mau dan siap kan?" tanya Fahran setelah memberikan semangat. Akhirnya Nab mengangguk setuju.
.....
" Oeeek..... Oeeeek..." terdengar suara tangisan bayi dari ruangan operasi. Fahran dan keluarga yang sedari tadi menunggu di depan kamar operasi mengucap syukur dan bahagia.
Tidak lama, pintu terbuka. Dokter keluar menghampiri keluarga Nab dengan wajah cerah. Beliau tersenyum sumbringah.
" Selamat Pak Fahran, Bayi anda dan ibunya sehat wal afiat. Operasinya berjalan lancar. Bayi anda berjenis kelamin laki-laki" ucap dokter memberikan selamat.
Fahran langsung sujud syukur dilantai keramik putih di depan kamar operasi.
"Sekarang dimana anak saya dok? Apa saya sudah boleh melihat istri dan anak saya?" tanya Fahran. Ia tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya.
" Tentu. Silahkan Pak Fahran meng-azankan buah hatinya." ucap dokter. Fahran langsung melesat ke dalam ruangan.
....
4 Tahun Kemudian......
Tampak anak berlarian kesana kemari yang tentunya dalam pengawasan sang Umma.
" Assalamualaikum.... Farza, Lihat Baba bawa apa...." Fahran muncul dari balik pintu. Fahran menenteng sekeranjang mainan lego untuk anak tercinta yang memiliki nama lengkap " Al-Farza Abgaryandra"
" Waalaikumsalam... Babaaa" Farza berhambur memeluk sang Baba.
Nab yang tengah menyulam tersenyum bahagia.
" Ini untuk Farza Ba?"
" Bukan .... itu untuk Umma kan Ba?" Nab ikut menjahilkan Farza.
" Tentu saja ini untuk anak Baba. Nanti kita main bersama ya" ucap Fahran menepuk pundak Farza.
" Horeeeeeeeeee. Alhamdulillah" Farza berseru riang.
" Tapi sekarang, Baba akan mengajak Umma dan Farza ke suatu tempat."
" Kemana Ba? Kita mau liburan ya? Tapi janji beli buku cerita ya Ba" celetuk Farza
" Baiklah, tapi sebelum kita akan ke tempat pahlawan yang sering Baba ceritakan pada Farza sebelum tidur"
" Wah kita akan berkunjung ke makam Almarhum Nekpa ya Ba?" tanya Farza.
Fahran tersenyum mengangguk. Nab bangkit menghampiri suaminya yang menatap ke arah pigura foto Papa Nayan dan Mama Via yang terpajang di tengah ruangan. Disana tertulis " Pahlawan Tanpa Tanda Jasa". Mereka saling berpelukan. Pikiran mereka menerawang tanpa batas. Berharap kelak dikumpulkan di Surga-Nya Allah SWT.
......
Akhir dari segala Akhir. See you.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabirra dan segala dunia nya
Teen FictionSemua yang telah ditakdirkan Allah SWT dan segala yang telah dipilih oleh orang tua merupakan takdir dan semua hal yang harus dijalani dengan tulus hati. Percayalah cerita indah akan menjadi milik kita. Ini cerita dan kisahku.~"Nabirra''