Kini sudah malam pun sudah larut. Jam berganti menjadi dini hari. Nab telah berada dikamar semenjak 15 menit yang lalu. Mata enggan untuk dipejamkan. Pikiran melaung kemana-mana. Suara hujan diluar juga ikut dalam alunan pikiran Nab. Tersadar dari lamunannya Nab memandang wajah yang tertidur pulas disamping nya. Fahran yang berbaring tengkurap memeluk guling dengan wajah yang menghadap kearah Nab. Hal itu yang membuat Nab hanyut dalam melihat wajah teduh Fahran. Ia tampak tampan dengan mata sayunya. Ia imam yang baik untuk Nab. Ia lelaki yang bertanggung jawab atas rumah tangga yang mereka bina selama ini.
Nab merasa tidak ada kekurangan yang Nab pandang dari seorang Fahran. Tapi ntah mengapa rasa ini belum juga muncul atau Nab yang belum menyadari nya.
Nab bangun dan berdiri beranjak dari tempat tidur. Nab ingin melaksanakan shalat tahajjud sebagai penenang hati yang gundah gulana ini.
Dalam doa Nab menangis meminta ketenangan hati dan jiwa untuk memantapkan pilihan hidup nya tanpa harus seperti ini.
Tanpa sepengetahuan Nab, Fahran ternyata telah terbangun dan menyaksikan air mata Nab yang terjatuh diatas sajadahnya.
" Nab, kenapa Nab menangis?" tanya Fahran sembari mengelus pundak Nab dengan halus.
" Oalah Kakak kebangun ya dengar suara tangis Nab? Maafkan Nab ya Kak sudah menganggu waktu istirahat Kakak" jawab Nab sembari menghapus air mata yang tersisa dari pelupuk mata
" Nab tidak sama sekali mengganggu tidur Kakak, Kakak yang takut kehadiran Kakak yang membuat Nab bersedih. Atau mempunyai masalah yang Nab sembunyikan dari Kakak." sarkah Fahran takut terjadi apa-apa yang dialami oleh sang istri.
" Kak, Nab bukan istri terbaik kan Kak?" celetuk Nab seketika air matanya semakin deras mengalir
" Nab bicara apa ini, Nab sudah menjadi yang terbaik diantara semua istri didunia ini" ucap Fahran menarik Nab ke pelukan nya.
" Tidak Kak, Nab sudah gagal jadi istri untuk Kakak. Apa yang sudah Nab lakukan dan utama kan dalam pernikahan ini. Sekedar mengenal saja tidak cukup Kak untuk ikatan pernikahan ini." Nab berucap diposisi yang masih didekap.
" Nab tidak gagal menjadi istri Kakak. Malahan Kakak sangat bersyukur bisa menjadi imam dan diterima dengan baik dikeluarga ini. Kalau Nab ingin membahas persoalan hati, Kakak tidak akan bisa memaksa Nab untuk mencintai Kakak. Tapi Kakak harap hal tersebut akan segera Kakak terima dari Nab " Fahran berucap sembari merenggangkan pelukan dan menendang pipi Nab.
" Kak,Nab juga binggung dengan perasaan Nab terhadap Kakak. Sebab bila Kakak berdekatan atau memberi perhatian ke wanita lain. Nab merasakan pedih dihati." ucap Nab tulus dari hati
" Nab gimana semuanya kita mulai dari awal. Mari buka lembaran baru bersama Kakak, dan kita lupakan semua masa lalu kita. Serta kita tidak lgi berhubungan dengan sebagian masa lalu yang selalu menghantui masa sekarang kita. Kakak ingin punya tempat tersendiri di hati dan dihari-hari Nab. Kita juga harus membangun rumah tangga yang harmonis dan nyaman Nab. Jika suatu saat nanti kita telah dititipkan karunia buah hati, anak kita tidak kekurangan kasih sayang sedikit pun. Sama halnya seperti kita yang terdidik dan dilimpahkan kasih sayang oleh kedua orang tua kita." jelas Fahran panjang lebar sebagai ungkapan isi hati nya
"Kak kita melangkah sama-sama ya. Kita bina rumah ini dengan segenap cinta, Nab juga akan berusaha sebisa mungkin menutup dan mengubur masa lalu Nab yang lumayan menyakitkan itu. Terima kasih ya Kak sudah menyadarkan Nab akan perasaan Nab selama ini. " ucap Nab kembali kepelukan Fahran.
" Ya Nab, langkah kita harus sejajar ya Nab. Perlahan namun pasti. Semua nya akan kita hadapi dan arungi bersama. Nab yang kuat yaa. Jika ada apa-apa jangan pernah ditutup-tutup, cerita aja ke Kakak." ucap Fahran sembari mengecup kening Nab
Dibalik pintu tidak sengaja Mami Sal mendengar percakapan keduanya. Niat awal Mami Sal yaitu ingin membangunkan dan mengajak mereka untuk shalat subuh berjamaah. Namun semua itu diurungi.
" Terima kasih Ya Allah Engkau telah membuat anak dan menantu hamba berani untuk mencoba membuka langkah awal yang insyaallah akan menjadi hal yang indah " membatin Mami Sal dan tidak tersadari ia pun meneteskan air mata.
Mami Sal memilih kembali ke mushola rumah Narendra yang disana sudah ada Papi Ron.
" Mi dimana anak-anak, mengapa malah Mami sendirian kesini nya?" tanya Papi Ron yang keheranan dengan kehadiran sendiri Mami Sal
" Kita sholat duluan aja Pi, mereka tidak usah diganggu dulu. " jawab Mami Sal yang masih dalam keadaan terharu atas apa yang ia saksikan barusan.
Dan mereka melaksanakan sholat tanpa menunggu kedua nya.
Namun sampai selesai sholat Mami Sal masih saja meneteskan air mata." Kenapa Mi? Apa yang terjadi pada mereka? Apakah mereka ada masalah ? Atau jangan-jangan mereka malah bertengkar ya Mi" pertanyaan yang bertubi-tubi Papi Ron lontarkan dengan ekspresi khawatir akan keadaan rumah tangga anaknya.
" Tidak ada apa-apa Pi, mereka baik-baik aja. Malahan Mereka sekarang dalam keadaan berbahagia. Mami ikut senang Pi. Kita tidak salah memilih pasangan hidup anak kita. Anak kita akan bahagia bersama Fahran kan Pi?" Mami Sal berusaha memastikan Firasat hatinya akan kebahagian Nabirra.
" Mi, sini " Papi Ron menyuruh Mami Sal untuk mendekat kearah nya.
" Mi tidak ada yang perlu kita khawatirkan. Nab sudah dewasa, ia pasti tahu mana yang baik dan yang tidak baik untuk dirinya. Dan pastinya Fahran adalah pendamping yang terbaik untuk putri kita Mi. Mami yang tenang ya" tambah Papi Ron menenang kan Mami Sal.
" Pi apakah selama ini Nab juga tertekan dengan perjodohan ini? Atau kita terlalu memaksakan kehendak kita kepada Nab ya Pi? Sehingga Nab baru bisa menerima semua ini sekarang" lanjut Mami Sal
" Mi Nab akan mengerti mengapa kita melakukan semua ini. Kita hanya ingin yang terbaik untuk Nab agar Nab hidup bahagia dan memiliki keluarga yang membawanya kesurga" ingat Papi Ron akan pertanyaan Mami Sal.
" Semoga saja Nab paham dan mengerti dengan apa yang kita inginkan ya Pi" ucap Mami Sal yang sudah merasa lebih tenang.
" Ya sudah sekarang kita kembali ke kamar ya Mi. Nanti pagi kan Mami harus ke butik dan Papi harus kekantor. Maka dari itu kita perlu bersiap- siap" ajak Papi Ron untuk kembali ke kamar mereka.
.....
Pukul 07. 15 WIB
Pagi hari ini Nab berniat untuk menyiapkan makanan untuk sarapan. Biasanya Mami Sal dan ART saja. Namun pagi ini Nab juga ikut berkontribusi. Setelah selesai bertempur dengan dapur, Nab diperintahkan oleh Mami Sal agar menata makanan di atas meja diruang makan. Sedangakan Mami Sal kembali kekamar untuk berganti dari daster rumahan ke pakaian yang kan ia gunakan kebutik.Saat Nab sedang asyik menata makanan, tiba-tiba ada tangan yang melingkar dipinggang Nab. Dan membuat Nab sedikit kaget akan itu.
" Ih.. Kak Fahran buat Nab kaget aja. Untung tidak sampai Nab lempar piring yang Nab pegang ini. Kan tidak lucu" sebel Nab akan perlakuan Fahran
" Nab lucu kalau lagi kaget. Kakak suka." ucap Fahran sambil berbisik di telinga Nab.
" Apa sih Kak? Nab geli. Sudah lepaskan Nab, Nab harus menata makanan dimeja ini. Nanti Mami dan Papi melihat kita seperti ini. Kan nanti Nab malu Kak" ucap Nab sembari melepaskan dekapan Fahran.
" Tidak apa- apa Nab. Apa yang harus dimalukan. Lagian kita juga sudah halal. Mami dan Papi pasti akan mengerti. Dan Nab juga sudah menjadi sepenuhnya milik Kakak sekarang. Nab tidak ingat kejadian Sesudah subuh tadi" ucap Fahran dengan senyum tengil nya
" Kak Fahran... Tidak lucu ya. Sudah lah Nab malu Kak" Nab sudah ingin lenyap saja rasanya dari hadapan Fahran. Karena pasti pipi nya sudah semerah tomat karena salting dengan ucapan Fahran.
......
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabirra dan segala dunia nya
أدب المراهقينSemua yang telah ditakdirkan Allah SWT dan segala yang telah dipilih oleh orang tua merupakan takdir dan semua hal yang harus dijalani dengan tulus hati. Percayalah cerita indah akan menjadi milik kita. Ini cerita dan kisahku.~"Nabirra''