8

839 81 1
                                    

Pagi yang cerah, namun tidak secerah wajah Fahran yang tampak kusut. Berkali-kali ia menguap. Rasa kantuk masih menyerang akibat tidak bisa tidur semalaman. Namun ia tetap harus berangkat ke kampus dan kantor. Nab telah selesai memasak nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi, irisan mentimun juga tomat. Mereka sarapan pagi bersama.

"Bagaimana semalam? Nyenyak?" Fahran membuka percakapan pagi ini.

"Lumayan Kak, mungkin Nab belum terlalu terbiasa dengan keadaan rumah seperti ini biasanya ramai dengan suara berisik Mami dan bercandaan lucu Papi." Nab tidak menceritakan pada Fahran bahwa ia semalaman tidak bisa tidur sebab merindukan Mami Sal dan Papi Ron.

"Apa Kakak juga tidak tidur dengan nyenyak?" Nab menangkap wajah Fahran yang menguap.

Fahran hanya diam saja.

"Nab buatkan kopi ya Kak, tapi Kakak sarapan dulu"

Fahran mengangguk lalu mengucapkan terima kasih. Semoga kopi yang dibuatkan Nab bisa membantunya melawan rasa kantuk.

"Apa rencana Nab pagi ini?"

"Tidak ada kak, Nab hanya ingin menanam bunga ditaman. Nanti Nab mau memperbaiki taman." Nab berkata dengan antuasias.

"Kakak nanti pulang jam berapa?"

"InsyaAllah jam 5. Kenapa? Apa Nab hari ini tidak kuliah?"

"Nab ada kelas jam 13.00 siang kak"

"O iya, bagaimana luka Nab semalam?" Fahran melirik ke arah lutut Nab yang tertutup celana.

"Masih seperti kemarin kak, tapi tidak terlalu perih lagi karena sudah Nab oleskan obat" Nab menunjukkan telapak tangannya yang masih terluka.

Dengan santai Fahran memegang tangan Nab dan dicondongkan kearahnya untuk melihat luka tersebut dengan lebih jelas. Nab salah tingkah. Refleks ia menarik kembali tangannya.

"Nab jangan kerja yang berat dulu, nanti lukanya malah semakin besar dan tidak sembuh" Fahran menasehati Nab.

Nab mengangguk mengiyakan.

"Alhamdulillah" Fahran mengucap hamdallah setelah menghabiskan makanan dan meneguk sisa air terakhirnya di gelas.

"Kakak berangkat kekampus dulu ya. Nab baik-baik di rumah. Kalau ada yang mengetuk pintu tapi tidak kamu kenal jangan dibuka. Nanti kalau ada keperluan chat saja ya. Nanti siang pas jam istirahat Kakak tidak bisa pulang. nanti Kakak langsung kekantor. Kakak akan mengerjakan kerjaan yang kemarin tertunda sembari istirahat. Kalau Nab mau masak, masak sekedarnya saja. Kalau tidak mood masak, Nab bisa pesan di gojek namun tetap harus berhati-hati." Panjang lebar Fahran memperingatkan Nab untuk lebih safety selama ia tidak berada di rumah.

Hm, Lumayan perhatian. Gumam Nab di hatinya.

"Baik Kak, Insya Allah."

Nab mengantarkan Fahran sampai ke depan pintu. Tak lupa ia mengambil tangan Fahran untuk disalami. Fahran agak sedikit terkejut melihatnya. Karena belum terbiasa ketika Nab melakukan ini.

Fahran tersenyum tipis. Samar tak terlihat. Maksud Nab, ia hanya ingin seperti istri lain pada umumnya. Yang mengantarkan suami pergi bekerja kemudian menyalaminya.

Pagi ini ia pun telah merealisasikan hal tersebut walau dalam suasana yang sangat gugup dan canggung. Seperginya Fahran berangkat kerja, ia memandang kearah tangannya. Beruntung, hanya tangan kiri saja yang terluka. Tidak dengan tangan kanannya.

Nab tengah menyirami tamanan ketika Syarzia menghubunginya melalui sambungan telepon. Syarzia mengatakan bahwa la dan Anggia akan berkunjung ke rumah Nab. Tentu saja Nab merasa senang, sebab ia tidak akan merasa sepi sendirian di rumah.

Nabirra dan segala dunia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang