19

1K 104 15
                                    

Pagi ini, ketika matahari sudah sepenggalah naik, Fahran dan Nab sudah berada dalam perjalanan menuju kediaman mereka, tentunya mereka sudah terlebih dahulu sarapan dan berpamitan kepada Papa Nayan dan Mama Via. Mama Via tampak berat mengizinkan Nab untuk pergi, raut wajah yang sedih dengan mata berkaca-kaca terlihat jelas.

Papa Nayan menenangkan Mama Via. Fahran juga berjanji lain waktu akan mengunjungi mereka kembali. Mama Via pun membekali Nab dengan ramuan-ramuan, Mama Via berpesan sambil mewanti-wanti agar Nab dan Fahran minum secara bersamaan. Untuk khasiatnya, pasangan muda ini juga tidak mengetahuinya dengan pasti. Mama Via hanya berkata ramuan-ramuan ini bagus untuk Kesehatan dan daya tahan tubuh.

Mereka sudah berada di perempatan jalan menuju rumah ketika alarm hp Nab mengingatkan bahwa esok ia sudah harus kembali seperti semula aktif  masuk kuliah. Betapa waktu sangat cepat berlalu. Untuk hari-hari kedepan, Nab akan merasa sangat sibuk.

"Maaf semalam Kakak ketiduran, Nab!" Fahran memulai percakapan setelah sekian lama mereka terdiam bersama di
dalam mobil.

Itu yang Nab harapkan, Kak. Batin Nab.

"Tidak apa-apa Kak, itu juga mungkin karena Nab kelamaan di kamar mandi" sahut Nab.

"Itu yang ingin Kakak tanyakan, apa yang Nab kerjakan di kamar mandi sedemikian lama? Kakak takut Nab akan masuk angin jika terlalu lama berada di kamar mandi, apalagi malam sudah hampir larut"

"Hm, tidak sering Kak. Semalam Nab sudah lama tidak seperti itu.Jadi Nab berinisiatif untuk mandi sambil luluran, jadi memang sedikit memakan waktu" Penjelasan Nab berhasil membuat Fahran membolakan matanya penuh.

"Astaghfirullah, Nab. Kalau mau luluran ya jangan tengah malam juga dong! Ada-ada saja, besok jangan lakukan lagi. Nab bisa terkena flu, apalagi air panas di rumah tidak hidup kan!" Omel Fahran, Laki-laki itu menggeleng gelengkan kepalanya heran.

"lya Kak, siap! Cuma tadi malam saja kok. Besok-besok tidak lagi" Nab membentukkan lambang peace di jari nya. Menunjukkan kedamaian. la jadi tersenyum sendiri. Ternyata Fahran bisa juga cerewet ya... dan kecerewetan itu sebagai bentuk kepeduliannya kepada dirinya. Gadis ini melihat keluar jendela sambil tersenyum-senyum sendiri. Padahal, sebenarnya berlama-lama di kamar mandi.

Semua itu adalah memang keinginannya agar bisa terhindar dari Fahran.

"Baiklah. Ayo kita shalat dhuha dulu di mesjid, setelah ini aku akan mengantar Nab pulang. Kakak ada keperluan,
jadi mungkin nanti akan telat pulang."

"Keperluan apa Kak?" Nab bertanya spontan. Jarang-jarang hal ini ia lakukan.

"Kakak akan menjenguk teman di rumah sakit"

"Siapa? Kayra?" Nab semakin penasaran. Fahran hanya mengangguk. la agak sedikit terganggu dengan pertanyaan Nab.

"Bagaimana keadaannya sekarang, Kak?"

"Alhamdulillah Kayra sudah siuman"

"Ooo" Air muka Nab berubah. la tampak tak senang. Bukan tak senang sebab Kayra sudah siuman, sama sekali bukan. Namun , rasanya ia seperti tidak rela atas kedekatan suaminya dan Kayra. Fahran menangkap raut tidak senang pada wajah.

"Kenapa Nab malah melamun? Ayo turun!" Nab pun turun mengikuti titah Fahran.

Mereka sudah sampai di mesjid Syuhada. Mesjid yang sering Fahran kunjungi. Dua sejoli ini berpisah menuju ke tempat wudhu masing-masing untuk melaksanakan shalat dhuha. Memohon pada Allah agar selalu Allah limpahkan rahmat, Kesehatan kemudahan rizki dan mudahnya menghadapi kehidupan di dunia fana ini.

Setelah wudhu', Fahran memasuki mesjid dan hendak melaksanakan shalat.

Sebelumnya matanya terpaku pada seorang pemuda yang kira-kira seumuran dengan nya tengah melakukan tilawah al-Qur'an dengan khusyu'. Samar-samar terdengar suara merdunya walau dengan volume yang sangat kecil. Fahran berniat selepas melaksanakan shalat dhuha, jika pemuda itu masih membaca al-Qur'an ia akan menyapanya. Siapa tau ia akan menambah kawan shalih yang membawa kebaikan padanya.

Nabirra dan segala dunia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang