Hari ini, Fahran akan memenuhi janjinya kepada Farza untuk pergi ke taman bermain.
Saking senangnya, Farza bahkan sudah bangun sebelum Fahran dan Nab bangun.
"Baba, cepetan! Farza udah siap!" teriak Farza dari bawah. Bayangkan, jam baru menunjukkan pukul enam pagi, tapi Farza sudah siap.
"Kita berangkatnya siang aja, ya?" bujuk Nab sambil menyisir rambut anaknya.
"Ndak mau. Za mau sekarang."
"Kalo jam segini belum buka. Masa kita nongkrong di depan gerbangnya, sih?"
Nab mencoba memberikan pengertian, membuat Farza diam sesaat.
"Hm... ya udah deh. Za mau nonton tipi dulu."
Pukul sepuluh pagi, Fahran sudah siap dengan pakaian santainya.
"Mana Farza?" tanya Fahran sambil menyisir rambutnya.
"Di bawah, temenin dia ya. Nab mau mandi dulu."
Fahran menghampiri Farza yang asyik menonton televisi. Farza sedang menonton kartun si spons kotak berwarna kuning.
"Assalamualaikum, Pak Haji."
"Waalaikumsalam yang kakung," jawab Farza.
Fahran duduk di samping Farza sambil mengusap rambut anaknya. Farza meletakkan kepalanya di paha Fahran. Sambil menunggu Nab yang masih mandi, Farza mengajak Fahran untuk jalan-jalan di sekitar kompleks. Fahran mengiyakan dengan catatan Farza harus minta izin dulu pada Nab. Setelah Nab memberikan izin, Fahran dan Farza berjalan santai di sekitar kompleks.
Farza sangat lincah sampai Fahran kewalahan dengan tingkahnya itu. Langkah kaki Farza terhenti saat melihat seekor anak kucing yang menurutnya lucu.
"Baba, kucingnya bagus. Za mau bawa pulang buat nemenin Za ya ," kata Farza membuat Fahran tersenyum.
"Kucing Kila!"
Farza dan Fahran menoleh dan menemukan seorang anak kecil yang berlari ke arahnya. Lebih tepatnya, ia berlari ke arah anak kucing yang menurut Farza tadi sangat lucu. Perempuan kecil itu berjongkok sambil mengusap anak kucingnya dan menggendongnya.
"Itu kucing kamu?" tanya Farza kepo.
Perempuan kecil itu hanya mengangguk lalu pergi dari hadapan Farza dan Fahran.
Fahran ingat, perempuan itu yang Farza sapa di saat pernikahan Kevin kemarin.
"Baba, itu kan cewek yang kemaren itu ya?" tanya Farza membuat Fahran mengangguk.
"Kita makan bubur dulu, yuk?" ajak Fahran.
"Yuk, Ba." Mereka berhenti di tukang bubur tapi belum naik haji itu. Jadi, ini cuma tukang bubur biasa, bukan tukang bubur naik haji.
"Bang, bubur dua. Yang satu jangan pake sambel sama kacang."
"Ba, yang kuning itu namanya apa?" tanya Farza menunjuk kaldu ayam.
"Kaldu ayam," jawab Fahran.
"Hah? Ngadu ayam?" tanya Farza mendekati botol kaldu itu.
"Kaldu Sayang, bukan ngadu." Fahran menjelaskan. dengan sabar. Dia gemas sekali pada celetukan-celetukan Farza. Bubur pesanan mereka sudah datang. Fahran memakan buburnya lalu menyuapi Farza.
Setelah membayar bubur, mereka memutuskan untuk pulang. Tadi Farza mengeluh capek dan berakhir dengan Fahran yang mengendongnya.
"Baba kalo Za udah besar, Za mau jadi dokter."
Fahran tersenyum. "Kenapa?" tanyanya.
"Seru, bisa operasi orang," jawab Farza semangat.
"Susah tau masuk kedokteran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabirra dan segala dunia nya
Ficção AdolescenteSemua yang telah ditakdirkan Allah SWT dan segala yang telah dipilih oleh orang tua merupakan takdir dan semua hal yang harus dijalani dengan tulus hati. Percayalah cerita indah akan menjadi milik kita. Ini cerita dan kisahku.~"Nabirra''