15

791 62 1
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Nab baru selesai berpakaian rapi. Hari ini ia sangat bersemangat. Pasalnya Fahran berjanji mengajaknya mengunjungi danau yang tidak jauh dari lokasi villa berada. Jaraknya lebih kurang 3 km.

Fahran tengah berbincang dengan Om Fras di teras sambil menunggu Nab selesai berkemas. Sebentar-sebentar ia melirik ke arah langit. Mendung. Awan hitam memenuhi langit. Jangan sampai hujan turun sebab jalanan menuju danau akan licin dan berbahaya. Pemandangan pun akan jadi berbeda.

"Fahran, sepertinya tidak aman mengunjungi danau di saat suasana seperti ini" Om Fras memberi pendapat.

"lya Om, sepertinya hujan lebat akan segera turun"

"Sebaiknya lain kali saja kalian ke sana. Om khawatir nanti akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan" Om Fras kembali menekannya untuk tidak ke danau.

Fahran terdiam. la tau Nab yang tengah berkemas. Ia jadi tidak tega membatalkan kunjungan ke danau. Gadis itu sangat bersemangat.

Drrrrt... drrrrrtttt.

Satu pesan menghiasi layar ponsel Fahran. Tante Stella Mommy nya Kayra mengirim pesan,

"Assalamu'alaikum Fahran, Kay mengalami kecelakaan. la belum sadarkan diri. Sekarang ia berada di rumah sakit Abdul Ghani ruang seroja"

Membaca pesan yang dilayangkan oleh Tante Stella, wajah Fahran memucat. Dengan bergegas ia menghampiri Nab di kamar.

"Nab, kita harus segera kembali. Teman Kakak kecelakaan, sekarang kita ke sana bersama" Tanpa menunggu jawaban Nab, Fahran memasukkan barang-barang yang kemarin sempat di bawa ke dalam tas. la berkemas dengan tergesa-gesa.

"Astaghfrullah, baik Kak. Semoga tidak terjadi apa-apa" Nab jadi ikut khawatir mendengar musibah yang menimpa teman nya Fahran. Ia juga harus mengesampingkan ego nya untuk tidak mempermasalahkan masalah mengunjungi danau seperti rencana awal mereka.

Di sepanjang jalan menuju rumah sakit, Fahran hanya diam. la fokus terhadap jalan yang ada dihadapannya. Ini menit ke 10 sudah Laki-laki itu mengabaikan Nab. la tenggelam dalam pikiran yang telah memenuhi isi kepalanya.

Rinai hujan berderai di balik kaca mobil. Nab memilih untuk melihat tetesan-tetesan air yang membentuk pola tersebut. Sesekali ia melihat wajah Fahran yang membeku.

Suaminya seperti berada dalam masalah yang sangat besar. Rahang kokoh itu nyaris tidak bergeser walau se senti. Wajah kaku seolah tidak ingin diganggu memenuhi gambaran ekspresi wajah Fahran sekarang.

....

"Bagaimana keadaan Kay Tan?" Tanya Fahran kepada Tante Stella yang berada di depan ruang tempat Kayra dirawat. Wajahnya sendu, matanya masih berair. Tante Stella menangis.

"Kayra sedang di operasi nak. la kehilangan banyak darah.Kecelakaannya lumayan parah"

"Astaghfirullah" Fahran terkejut mendengarnya.

Nab tersentak. Kayra? Jadi teman nya Fahran yang kecelakaan adalah Kayra? Ingatan Hana melayang kembali ke café A tempat mereka bertemu bersama Deorlan dan Syarzia, yang mana kala itu tiba-tiba temannya Fahran menghampiri dan mengatakan jika Fahran dan Kayra menikah, maka jangan lupa ia di undang. Nab juga ingat foto kebersamaan Fahran bersama seorang wanita berparas cantik di handphone milik Anggia. Sekarang ia menjadi paham dan mengerti, kenapa Fahran begitu khawatir atas kecelakaaan seseorang yang disebut sebagai temannya ini. Mungkinkah wanita ini memang kekasih suaminya?

Fahran berada di samping jendela ruang operasi. Ruangan yang tidak tembus pandang itu membentuk rasa khawatir yang berlebihan di hati Fahran.

"Ini Nabirra ya?" Tante Stella menyapa Nab. Gadis itu berdiri dipojokan memperhatikan Fahran yang dari tadi celingak celinguk menunggu pintu ruang operasi dibuka.

"lya Tan. Salam kenal"

"Duduklah Nabirra"

"Baik Tante terima kasih. Nab turut bersedih atas musibah yang menimpa Kak Kayra, semoga operasinya berjalan lancar" Nab menunjukkan simpatinya.

"Aamiiin Ya Rabbal 'aalamiiin, terima kasih" Tante Stella berkata dengan menyunggingkan sedikit senyuman.

Nab masih menatap Fahran dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedikitnya, sekarang ia merasa terabaikan. Ah, mungkin Kak Fahran masih dalam keadaan panik sekarang.

Mungkin Nab saja yang sangat berlebihan batin Nab. Walau begitu, matanya tak lepas dari memperhatikan Fahran yang masih berdiri di tempatnya semula tanpa sedikitpun melihat kearahnya.

Sejam berlalu, ruangan operasi dibuka.

"Bagaimana kondisi Kayra dok?" Tanya Fahran mewakili pertanyaan dari Tante Stella.

"Alhamdulillah operasi berjalan lancar dengan lancar, setelah pasien siuman saya akan melakukan rontgen untuk melihat perkembangannya lebih jauh"

Mendengar perkataan dokter, sedikit perasaan lega memenuhi hati mereka yang dari tadi sudah menunggu.

"Sementara hanya satu orang yang boleh menjenguk" Ucap perawat yang mendampingi dokter.

"Fahran saja yang masuk duluan. Nanti kita bergantian. Kay butuh Fahran untuk mendampinginya. Dari tadi sebelum di operasi ia hanya mengigaukan nama Fahran" Ujar Tante Stella. Fahran melirik Nab. Wajah gadis itu hanya datar.

"Nab, Kakak jumpai Kayra dulu. Nab tunggulah sebentar lagi di sini" Nab hanya mengangguk.

....

Fahran tak henti membacakan ayat-ayat kesembuhan di samping Kayra. Ia menatap gadis yang tak berdaya yang berada di hadapannya. Gadis itu belum siuman. Mungkin efek obat bius yang masih bekerja. Pintu kamar sedikit terbuka. Tadi Tante Stella membukanya dan membiarkan pintu tersebut tidak tertutup penuh.

Hal tersebut menyebabkan Nab bisa melihat bagaimana pergerakan Fahran. Bagaimana suaminya menatap gadis itu, bagaimana mulut Fahran yang tidak berhenti komat kamit memanjatkan doa. Suaminya tampak begitu sedih dan terpukul. Nab merasa jengah. la sudah tidak tahan melihatnya. Ia memilih untuk bangkit dan berlalu pergi dari rumah sakit tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Nab menyusuri Lorong-lorong rumah sakit mencari jalan untuk bisa keluar. Entah kenapa air mata nya mengalir begitu saja tanpa ia pinta, tanpa bisa ia cegah. la sendiri bingung mengapa ia menangis, yang ia tau ia sedih karena Fahran mengabaikan keberadaannya. Tapi mengapa rasanya bisa sesakit ini. Padahal semalam ia baru saja tersenyum bahagia.

Nab sampai di dekat jalan raya. la hendak menyetop taksi. Namun gerakannya terhenti ketika mobil fortuner putih berhenti di hadapannya. la tau dengan pasti mobil siapa itu. la pun menyeka asal air mata yang dari tadi mengalir menggunakan ujung lengan gamisnya. Kaca samping mobil terbuka. la pun dapat melihat dengan jelas wajah pria yang menyetir mobil tersebut.

"Nab mengapa berada di sini?"

"Papi..." Nab berucap lirih.

Laki-laki itu turun dari mobilnya dan membuka pintu depan mobil yang berada di sebelahnya.

"Masuklah" Nab bergeming.

"Ayo masuklah"

Akhirnya Nab mengikuti perkataan laki-laki itu untuk naik ke dalam mobilnya.

Perlahan-lahan Mobil pun melaju meninggalkan rumah sakit dan seisinya.

....

Nabirra dan segala dunia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang