24

932 94 11
                                    

Petang datang menjelang, langit menyemburkan warna jingga kemerahan, pertanda maghrib akan segera datang. Waktu ashar sudah lewat 3 jam yang lalu. Di kediaman keluarga Narendra, tampak penghuninyanagak sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk acara nanti malam.

Nab sedang berdandan, ia berdiap-siap untuk menghadiri acara yang diselenggarakan oleh kantor sang papi. Kali ini Nab berdandan agak berbeda dari biasanya, kalau biasanya ia hanya memakai liptint dan sedikit bedak saja, namun malam ini blush on, maskara, dan lip matte ikut serta menghiasi wajah ayu Nab. Gaun berwarna cream pun terlihat cocok ditubuhnya.

Gaun ini senada dengan dasi yang dikenakan oleh Fahran. Setelah dirasa cukup, Nab keluar kamar setelah memakai jam tangan dan tas yang cocok dengan tema malam ini. Ia melihat cermin yang terpasang diruang dimana tempat sepatu. Perpect. Ketika Nab tengah mencoba memakai sepatunya, disaat itu juga Fahran keluar kamar. Ia juga telah siap dengan tuxedo nya. Fahran menatap Nab dengan tatapan penuh kritik. 

"Kak, bagaimana penampilan Nab malam ini?" Tanya Nab ketika melihat Fahran sudah berdiri dipintu dengan mensedekapkan tangan dipinggangnya. Fahran menaikkan sebelah alis matanya.

"Biasa saja" Jawabnya datar, lagi-lagi tanpa ekspresi.

"Hah? Benarkah? Padahal Nab sudah berusaha untuk tampil lebih baik dari biasanya" Ucap Nab kecewa, ia berekspektasi penampilannya akan jauh lebih baik dari biasa yang memang tanpa make up.

"Kalau hari biasanya memang lebih baik, untuk apa repot-repot berdandan?" Fahran semakin membuat Nab down.

"Huft, kalau begitu Nab akan kembali ke kamar dan menghapus make up nya" Nab cemberut, ia hendak kembali ke kamar namun di cegat oleh Fahran yang memang tengah berada tepat di muka pintu.

"Tidak usah, dandanan ini sama sekali tidak buruk, namun entah kenapa aku lebih menyukai wajah natural Nab. Ini
memang terlihat memukau namun Kakak tidak ingin nanti banyak orang menatap tampilan Nab berlama-lama. ini juga demi kebaikan Nab, namun karena Nab telah terlanjur berdandan cantik, ya sudah, jangan memperbaiki apapun. Terima kasih untuk usaha Nab!" Jelas Fahran panjang lebar, dalam penjelasannya sebenarnya disisipi pujian yang tersemat untuk Nab.

Mendengar penjelasan Fahran, Nab menjadi luluh. Wajah yang awalnya di tekuk cemberut, kini berubah berseri bersemu, sayangnya wajah kemerah-merahan alami itu sudah ditutupi oleh warna blush on yang menghiasi pipi putih bersihnya.

...

Nab menggandeng tangan Fahran, mereka berjalan beriringan. Tatapan orang-orang di aula ruang acara tak lepas dari dua sejoli ini, terutama Nab. Mereka yang sudah mengetahui siapa sebenarnya istri dari Fahran dan tidak merasa penasaran. Setelah melihat Nab malam ini semua mata tertuju dengan tatapan rasa kagum karena melihat kecantikan dan keanggunan Nab. Tak lupa senyum manis gadis itu sematkan disepanjang acara. la mencoba mencair dan tidak kaku, ia tidak ingin mempermalukan Fahran dengan dianggap sebagai istri yang tak pandai bersosialisasi. Nab benar-benar pintar menempatkan diri.

"Halo Pak Fahran, selamat atas kenaikan pangkatnya dan juga selamat atas pernikahannya. Wah wah, sudah dapat gelar pengantin baru, kini juga mendapat kenaikan pangkat. Benar-benar mujur pak! Ini yang dinamakan istri pembawa berkah!" Puji teman seprofesi Fahran ketika mengucapkan selamat setengah berseloroh. Mereka seangkatan di kantor, namun jenjang karir Fahran selangkah lebih maju darinya. Mereka pun tertawa renyah bersama. Nab menyematkan senyuman atas ucapan rekan kerja Fahran.

Mereka berlalu melewati banyaknya orang menyapa. Orang-orang tersebut mengucapkan selamat pernikahan juga kenaikan pangkat yang berhasil di raih Fahran di usia nya yang tergolong muda.

Di kejauhan sudah tampak Mami Sal dan Papi Ron yang telah menanti kedatangan mereka.

" Masyaallah Nab, anak Mami cantik sekali " puji Mami Sal

Nabirra dan segala dunia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang