16

792 78 5
                                    

Fahran keluar dari ruangan tempat dimana Kay dirawat. la menyisir setiap sudut ruangan namun ia tidak menemukan keberadaan Nab. la pun mengambil telepon genggamnya dan mencari no kontak Nab lantas meneleponnya.

No yang anda tuju tidak dapat dihubungi atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.

Aargh, dimana Nab. Matanya kembali menyisir ruangan. Terlihat Tante Stella yang baru kembali entah dari mana.

"Tan, apa Tante melihat Nabirra istri Fahran?" Tanya Fahran gusar.

"Memangnya Nabirra kemana nak? Tante tidak melihatnya sebab baru saja Tante keluar dari toilet. Tadi Nabirra masih berada di sini"

"Kalau begitu Fahran permisi mencari Nabirra dulu, Tan"

"Kenapa Fahran tidak mencoba menelepon Nabirra?"

"Sudah, tapi hp nya tidak aktif"

"Hm mungkin saja Nabirra sedang membeli minuman di bawah"

"lya, Fahran akan coba cari ke sana"

Fahran berlalu meninggalkan ruangan. la menuju kantin untuk mencari keberadaan Nab. Namun nihil, ia tidak menemukan istrinya di sana. jangan-jangan Nab sudah pulang duluan. Tanpa berpikir panjang Fahran pun menuju tempat parkiran mengambil mobil dan melajukan kendaraannya tersebut menuju rumah.

...

Di sepanjang perjalanan Nab hanya diam. Nabirra sedikit segan melirik Papi Ron yang berada disampingnya. Mobil mereka terus melaju dan berhenti di sebuah mesjid.

"Nab shalat dhuha dulu. Papi rasa Nab juga belum shalat. Shalatlah untuk menenangkan hati dan pikiran Nab" Nab hanya bisa mengangguk.

"Dan... jangan kemana-kemana! Papi akan menunggu Nab di taman itu. Sekarang Nab telah berada di dalam tanggung jawab Papi karena Papi telah membawa Nab. Papi harap Nab mengerti"

Setelah mengatakan itu, Papi Ron meninggalkan Nab dan menuju ke tempat pengambilan air wudhu'. Nab juga menuju ke kamar wudhu' wanita.

Allahu Akbar.

Nab mengangkat tangannya sembari mengucap takbiratul ihram. la larut dalam bacaan shalatnya. Tak terasa ia kembali menitikkan airmata. Pagi ini la melaksanakan 6 rakaat shalat dhuha. la tidak bisa lebih lama lagi. Kurang dari sejam setengah adzan zhuhur akan berkumandang. la pun bergegas menuju taman yang Papi Ron tadi tunjukkan.

"Nab, duduklah." Nab pun duduk. Perasaan takut menyelimutinya.

"Papi tidak tau apa yang menimpa Nab sehingga Nab menangis di sepanjang jalan tadi"

"Nab tidak menangis Pi" Nab membantah perkataan Papi Ron.

"Sudahlah. Nab sangat buruk dalam berbohong. Jelas-jelas mata Nab bengkak dan merah. Itu artinya Nab sudah lumayan lama menangis" .

Nab tidak dapat membantah lagi.

"Kenapa Papi bisa berada di rumah sakit dan kemana Mami ? Bukan kah tadi pagi Mami dan Papi berangkat bersama? Bukannya kerjaan Papi masih banyak?
lebih baik Papi kembali kekantor, hiraukan yang terjadi pada Nab Pi ." Ucap Nab.

"Iya nak, Mami sudah Papi antar ke butik, keberadaan Papi dirumah sakit untuk menjenguk kolega Papi yang sedang sakit. Tidak bisa Papi kembali kekantor dan menghiraukan kesedihan princess Papi ini. Karena Nab kesedihan Nab juga kesedihan Papi dan Mami nak. Mana mungkin Papi membiarkan Nab berkelana di jalanan sedang suasana hati Nab sedang tidak baik."

"Pi, tolong jangan katakan pada Mami dan Kak Fahran kalau Nab bertemu dengan Papi dalam keadaan menangis" Nab memohon pada Papi Ron.

"Kalau begitu katakan pada Papi kenapa Nab menangis"

Nabirra dan segala dunia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang