20

1.1K 107 9
                                    

Tanpa basa basi Fahran pun menempel paksa bibir nya pada bibir Nab. Gadis itu terkesiap. la tidak siap serangan mendadak dari Fahran. Ia membolakan matanya penuh dengan tak berkedip sedikitpun. Fahran menguncinya beberapa saat. ini adalah ciuman pertamanya. Jujur, la sendiri juga tidak tau bagaimana caranya berciuman. Namun, entah kenapa ia merasa sangat enggan untuk melepaskannya. la meraih tengkuk Nab untuk memperdalam ciuman mereka. Sedang Nab, ia hanya diam tidak membalas ciuman tersebut. Lebih tepatnya ia merasa shock atas perlakukan Fahran terhadapnya.

Kring... kring... kring...

Mereka tersadar ketika deringan handphone Nab berbunyi,

Fahran melepaskan tautan pada bibir merah jambu istrinya. Nab mengacak random isi tasnya mengambil handphone seraya melihat siapa yang menelepon. Ternyata Gion. Nama laki-laki yang tengah mereka perbincangkan tertera pada layar. Nab mencoba mengabaikan panggilan tersebut agar perdebatannya dengan Haris tidak semakin panjang.

"Siapa? Kenapa tidak Nab angkat?"

"Ini, telepon dari Kak Gion" Jawab Nab dengan suara pelan. Fahran berdecak kesal.

"Sebentar, Nab angkat dulu" Nab berlalu masuk ke dalam kamarnya. Fahran mengepalkan tangan dengan erat. Belum sempat Nab mengangkat handphone nya.

Panggilan tersebut sudah dimatikan. Nab kembali melihat ke layar kaca, ternyata ada pesan yang dilayangkan oleh Gion. la pun membacanya. Dalam hati, Nab menyetujui pertemuan ini. la tau Gion harus kembali ke Australia dan ia sudah sepatutnya menjelaskan sejelas-jelasnya apa yang selama ini menimpanya. Namun, apakah Fahran akan mengizinkannya Gion? hm, mungkin jika ia membawa Syarzia, ceritanya akan berbeda. Semoga saja Fahran benar-benar mengizinkannya untuk menyelesaikan masalah mereka.

Nab meraba sedikit bagian bibirnya. la baru sadar kalau ia baru saja melakukan first kiss nya. Huft, suasananya benar-benar tak sesuai seperti yang diharapkan. Tidak seperti yang terjadi dalam ratusan novel-novel romantis yang sudah pernah dibacanya. Walau demikian, apapun itu, ini adalah ciuman pertama yang diambil oleh suaminya sendiri. Sebenarnya ia merasa marah lebih tepatnya merasa malu terhadap serangan mendadak itu. Semua rasa bercampur aduk menjadi satu, tapi apa berhak ia marah pada suaminya sendiri? Ya Rabb, berikan keberkahan didalamnya. Setidaknya inilah yang ia harapkan. Mengingat hal ini, rasanya la tidak ingin lagi bertemu Fahran. la enggan. Rasanya ia sangat malu. la pun menelungkupkan tubuhnya di kasur seraya menenggelamkan wajahnya pada permukaan bantal.

Fahran sudah berada di dalam kamarnya. Ia berjalan mondar mandir dengan teratur dan menyempatkan diri mengacak-acak rambutnya dengan asal. Lalu menghembuskan kasar nafasnya ke udara. la sedikit menyesali Tindakan mendadaknya mencium Nab. la seakan buta dengan keadaan. Sebenarnya ia bukanlah laki-laki yang sekasar itu, ia yakin telah membuat Nab tidak nyaman. Emosi yang dimiliki mengalahkan semua. la kelepasan. la tidak tahan melihat bibir merah jambu dengan kata-kata menantang yang keluar dari bibir tersebut. Sungguh mengusik jiwa kelaki-lakiannya yang sangat tidak senang ditantang ketika emosinya tengah membumbung tinggi. Namun, dalam hati kecilnya, Fahran sungguh menikmati kejadian tadi. la malah ingin mengulangnya, ia masih penasaran. Andai suara handphone tadi tidak berdering. Huft, sadar Fahran! ada hal yang lebih penting untuk kamu pikirkan. Gion sudah terang-terangan ingin mengambil Nab dari tanganmu. Apa kamu hanya bisa diam memaku di tempat? Aaaargh memikir ini saja kepala Fahran mau meledak rasanya.

....

Tok..tok..tok

"Nab, Nab!" Panggil Fahran.

"Iya Kak, sebentar!" Nab pun beranjak membuka pintu kamarnya.

"Ada apa Kak?"

"Kakak mau keluar sebentar, Nab belum masak kan? Pesan saja di gofood ya!" Titah Fahran.

Nabirra dan segala dunia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang