Budi Satryo merupakan seorang anak yang hidup sederhana yang meninggal kerena kecelakaan dan berakhir berpindah jiwa ke tubuh Bastian Umran Mahendra anak yang koma dua bulan kerena menjadi korban bully oleh kakak kelasnya bastian merupakan orang...
Suatu hari, ada seorang anak yang hidup sederhana bernama Budi Satryo. Anak berusia 17 tahun ini sangat bandel. Ia sering ikut balap motor dan juga seorang hacker untuk mendapatkan uang jajan. Ibunya hanya seorang penjual nasi uduk, sedangkan ayahnya seorang satpam di sebuah bank.
"Budi, tolong belikan Ibu santen, ya. Duitnya dekat lemari TV. Beli dua, ya," ucap Ibu sambil berteriak. Ibu lupa membeli santen karena terlalu sibuk menyiapkan nasi uduk.
"Iya, Bu. Budi pergi dulu. Assalamualaikum," ucap Budi sambil menuju teras. Motor tuanya terparkir di sana. Saat balap liar, Budi meminjam motor temannya.
Perjalanan menuju warung cukup tenang. Sesampainya di warung, Budi membeli pesanan Ibu. Namun, saat pulang, sebuah bus tiba-tiba menabraknya. Budi mengalami kecelakaan.
"Ibu, Ayah, maafkan Budi, ya. Budi belum bisa menjadi anak yang membanggakan kalian," ucap Budi lemas. Setelah mengucapkan itu, pandangannya menjadi gelap.
Ibu dan Ayah sangat terkejut dan sedih mendengar kabar meninggalnya anak semata wayang mereka. Ibu merasa sangat bersalah karena telah menyuruh Budi pergi ke warung.
Di tempat lain, di sebuah rumah sakit, sebuah keluarga sedang menjenguk anak mereka yang telah koma selama dua bulan akibat perundungan. Mereka sangat berharap anak mereka bisa segera sadar.
"Bastian, kapan kamu bangun? Papi kangen sama kamu yang ganteng ini," ucap sang ayah dengan nada bercanda. Ibunya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah suaminya.
"Sayang, tangan Bastian bergerak!" seru sang mami heboh. Semua orang langsung mendekat ke ranjang Bastian.
"Haus..." ucap Budi yang kini berada dalam tubuh Bastian.
Mami Bastian segera memberikan segelas air minum kepada Budi. Budi melihat sekelilingnya dengan bingung. Ia tidak mengenal orang-orang di sana.
"Maaf, Tante, Om. Siapa kalian? Terus, Abang juga siapa?" tanya Budi bingung.
"Bastian, kamu tidak ingat kami?" tanya sang papi. Anggota keluarga lainnya mengangguk setuju.
"Nama saya Budi, bukan Bastian. Saya kecelakaan parah. Kok bisa saya selamat? Harusnya saya sudah mati," ucap Budi heran.
Keluarga Bastian sangat terkejut dengan ucapan Budi. Mereka tidak menyangka bahwa akibat perundungan yang dialami Bastian, ia mengalami amnesia yang cukup parah.
"Bang, pinjam HP dulu, sebentar," pinta Bastian sambil memohon. Abangnya memberikan HP-nya kepada Bastian. Budi membuka kamera HP dan terkejut melihat wajah asing di layar. Tiba-tiba, kepalanya sakit dan ia pingsan. Keluarga Bastian panik dan memanggil dokter.
"Buset, taman ini bagus banget. Betah gue kalau tinggal di sini. Jadi kangen Ayah dan Ibu," gumam Budi sambil duduk di tepi danau. Ia mengingat masa-masa bahagia bersama orang tuanya.
"Orang tua kamu sekarang sudah mengikhlaskan kamu. Sebentar lagi, kamu akan punya adik. Ibu kamu sedang hamil," ucap Bastian, pemilik tubuh asli. Budi terkejut mendengarnya.
"Akhirnya, Ibu hamil lagi. Padahal, gue udah kepingin banget punya adik. Malah pas gue meninggal, dia baru datang. Padahal, gue mau main dan jagain dia. BTW, kenapa lo kasih tubuh lo ke gue, Bas?" tanya Budi penasaran.
"Sabar, ya, Budi. Namanya juga takdir. Kamu meninggal sebelum ketemu sama adik kamu. Aku kasih tubuh aku ke kamu karena aku minta tolong balas dendamku. Cari orang bernama Rangga. Dia yang membully aku sampai koma tiga bulan. Terserah kamu mau balas dendam dengan cara apa," ucap Bastian dengan wajah marah.
"Oke, kalau itu mau lo, gue bakal bantu lo. Gue bakal bikin si Rangga itu jerah, hahaha," ucap Budi dengan nada jahat. Mereka mengobrol banyak hal. Bastian bercerita bahwa ia adalah orang yang tertutup dan merasa takut merepotkan orang lain. Abangnya sangat sibuk dengan kuliahnya, sedangkan orang tuanya sibuk mengurus perusahaan di luar kota.
Setelah Bastian menghilang, pandangan Budi menjadi gelap dan ia terbangun. Ia mendengar suara mami yang sedang menangis di sampingnya.
"Bastian, maafkan kami, ya. Kami kurang memperhatikan kamu. Kalau kami memperhatikan keadaan kamu, tidak akan ada kejadian seperti ini," ucap mami sambil mengelus rambut Bastian.
Keluarga Bastian sangat terpukul atas musibah yang menimpa anak mereka. Dokter mengatakan bahwa Bastian mengalami amnesia ringan akibat benturan di kepalanya. Dokter menyarankan agar Bastian tidak dipaksa mengingat sesuatu yang akan berdampak buruk bagi kesehatannya.
Sekarang, kita panggil Budi dengan nama Bastian.
"Bastian sudah bangun!" seru abang Bastian heboh. Orang tuanya langsung menghampiri Bastian.
"Dek, apa yang kamu rasakan?" tanya papi khawatir.
"Bastian baik-baik saja, hanya haus saja," jawab Bastian.
Papi Bastian segera memberikan segelas air minum kepada Bastian. Setelah minum, Bastian terlihat lebih segar.
"Karena kamu tidak ingat sama kita, papi akan mengenalkan keluarga kita satu per satu. Perkenalkan, nama papi Arsen Buana Mahendra, sedangkan Abang kamu namanya Marvin Ocean Mahendra. Sedangkan mami kamu namanya Putri Sariani, dan terakhir, nama kamu Bastian Umran Mahendra," ucap sang ayah sambil memperkenalkan anggota keluarganya kepada Bastian.
Beberapa jam setelah perkenalan itu, keluarga Mahendra semakin bahagia. Mereka berharap kebahagiaan keluarga mereka akan terus berlanjut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Budi Satryo
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.