4-10 • Bagai Sihir/Pernah Luka

23 11 8
                                    

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Setelah upacara yang penuh haru itu selesai, Delyon pun berjalan santai menuju arah kelasnya, bersama dengan semua keramaian di sekelilingnya yang juga berjalan ke arah kelas mereka masing-masing. Namun, langkahnya berhenti seketika ketika mendengar teriakan keras dari belakang, seorang lelaki yang memanggil namanya.

"DELYON!!!"

Mereka yang mendengar teriakan itu pun ikut menghentikan langkah mereka, kemudian melangkah mundur untuk memperlihatkan kepada Delyon siapa yang baru saja meneriakkan namanya.

Begitu menyadari siapa lelaki itu, Delyon pun memutar matanya malas.

Dengan langkah penuh emosi, lelaki itu mendekat ke hadapan Delyon. Sampai akhirnya, mereka pun berhadap-hadapan, saling beradu tatap di tengah keramaian. Semua mata tertuju pada kedua lelaki itu, dan mereka semua hanya berdiri kaku, saling berhadap-hadapan dengan suasana tegang yang kini mengelilingi mereka.

Dengan senyuman di bibirnya, Razone pun bertanya, "Lo pikun apa goblok, hah?"

Delyon menjawab santai, "Bukan dua-duanya." Delyon mendorong kasar Razone sampai lelaki itu terpental beberapa langkah ke belakang. "Lo terlalu deket, bego."

Gelak tawa terdengar di beberapa sudut keramaian itu, yang segera ditangkis oleh Razone dengan kembali berteriak, "Udah gue peringatin, kan, setiap harinya OSIS berdiri, akan ada satu anggota yang bakal gue buat babak belur? Terus sekarang lo bilang lo mau mendirikan OSIS lagi, udah gila ya lo?"

"Oh ya? Siapa yang bakal ngebuat mereka babak belur?" Delyon berjinjit, melihat ke belakang pundak Razone. "Mana anak buah lo, gak keliatan tuh?"

Razone awalnya tak mempercayai perkataan Delyon, namun, Razone pun menyadari bahwa di belakangnya sama sekali tak terasa hawa keberadaan manusia. Sampai akhirnya, ia pun menoleh ke belakang. Keringat dingin dengan mudah mengucur dari puncak keningnya setelah ia menyadari bahwa ia benar-benar sendiri.

Ia pun seketika panik, menatap sekelilingnya, mencari salah satu anggota Aliansi, siapa pun itu. Entah itu Arya, Raka, Vincent, maupun para perempuannya. Namun, seluruh wajah yang mengelilinginya itu begitu asing. Satu-satunya wajah yang ia kenal hanyalah Delyon, dan lelaki itu kini tersenyum puas melihat dirinya yang kebingungan.

Sementara itu, Delyon menyadari bahwa anak Aliansi yang dicari-cari Razone semuanya justru berdiri di lantai dua, menonton dengan wajah datar, seolah sama sekali tak peduli akan nasib Razone.

Dan di antara perkumpulan yang menonton dari atas situ adalah Vincent, yang sedang meresapi kata-kata yang diucapkan oleh Delyon kepadanya beberapa hari yang lalu.

"Apa setia ke bajingan kayak Razone itu sepadan?"

Setelah memastikan keadaan itu sepenuhnya di dalam kendali, Delyon pun mulai melangkah maju. Sementara itu, Razone menunjuk salah satu siswa yang ada di samping Delyon, "Heh, pegangin dia!"

Namun siswa itu justru pura-pura tidak mendengar. Razone pun kembali menunjuk siswa lainnya, namun hasilnya sama, tak ada satu pun dari mereka yang mau mendengarkan perintahnya.

"KALIAN NGAPAIN HEH BRENGSEK, TAHAN DIA!!!" Razone berteriak panik, namun hasilnya pun tetap sama, semua keramaian yang mengelilinginya sama sekali tak menggubris perintahnya, begitu berbanding terbalik dari biasanya.

Razone melangkah mundur dengan panik seiring dengan Delyon yang terus melangkah maju dengan santai. Sampai akhirnya, Razone pun menabrak tubuh yang berdiri di belakangnya. Kini ia tersudut, tak bisa lari ke mana-mana lagi.

Lelaki yang selama ini begitu ditakuti oleh seluruh SMA Dhatri itu kini terlihat begitu ciut. Tangannya yang bergetar hebat sama sekali tak bisa disembunyikan. Tatapannya yang selama ini begitu tajam dan penuh percaya diri kini mencerminkan rasa takut yang meracuni hatinya.

DhatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang