2-11 • Janji

23 10 6
                                    

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Dengan matanya yang ditutupi kain berwarna merah, Claudia berjalan dengan penuh hati-hati bersama Kartika yang memandunya dari belakang.

"Nah, udah sampe kita," ucap Kartika, kemudian perlahan membuka ikatan kain merah yang menutupi mata Claudia.

Dan setelah kain itu telah terlepas dari kepalanya, pandangan Claudia pun segera disambut oleh Delyon, Laras, Alvin, Risa, dan Lily yang berdiri di tengah ruangan itu dengan wajah gembira. Disusul dengan Kartika yang ikut lari terbirit-birit menuju mereka semua. Dan setelah merasa sudah berhasil ikut berpose rapih, Kartika pun mulai berbisik menghitung mundur, "Tiga... Dua... Satu..."

"Surprise!!!" seru mereka semua serempak sembari merentangkan tangan mereka masing-masing.

Sementara Claudia masih terlalu syok, dengan mulutnya yang menganga lebar, terkagum-kagum dengan ruangan kosong yang begitu luas itu. "Serius kita dikasih ruangan kantor OSIS sebesar ini? Ini ukurannya bisa muat hampir seratus orang loh..."

"Serius Ci..." jawab Delyon dengan lantang, kemudian memukul dadanya dengan bangga. "Siapa dulu dong yang negosiasi sama Pak Kepsek."

Kartika pun berteriak penuh semangat, "Semuanya bilang 'Makasih Delyonnn'."

"Makasih Delyonnn." Mereka semua pun bertepuk tangan, kemudian membubarkan diri dari tengah ruangan, untuk ikut berkeliling di ruangan yang luas itu.

Kartika kembali kembali berteriak kepada mereka semua, "Itu makanan sama snack yang ada di meja silahkan dimakan yaaa, anggap aja sekarang kita lagi syukuran!"

"Siap bos Kartika!"

"Siappp."

Mereka semua pun mengambil makanan dari meja yang dimaksud oleh Kartika, kemudian mulai mengobrol dengan pasangannya masing-masing; Risa dengan Lily, Kartika dengan Laras, dan juga Claudia yang tengah menghampiri Delyon dan Alvin, yang kini sedang bersender sembari memakan kue yang telah mereka ambil.

"Halo Ci," sapa Alvin begitu menyadari bahwa Claudia sedang melangkah mendekat.

"Halo, Vin," balasnya, sebelum kemudian berdiri di depan mereka berdua. Claudia bergantian menatap dua lelaki di hadapannnya itu dengan bangga. Kemudian membungkukkan badannya sebagai bentuk terima kasih. "Makasih ya kalian berdua udah berhasil ngebujuk Pak Kepsek." Dan setelah badannya kembali tegak, Claudia pun tersenyum kepada Delyon dengan begitu manis. "Terutama lo, Del. Makasih banyak."

Delyon pun membalas senyuman perempuan itu tak kalah manis. "Sama-sama, Claudia."

"Panggil aja Cia, ya Del. Mulai dari hari ini."

Delyon tertawa sembari mengunyah, kemudian mengacungkan jempolnya. "Oke-oke."

Claudia pun beralih menoleh kepada Alvin. "Berarti meja, kursi, dan peralatan lainnya kita beli sendiri ya?"

Alvin menatap langit-langit, berpikir sejenak. "Sebenernya... Pak Kepsek nawarin buat nanggung dananya sih, tapi kayaknya gak bakal dikasih sebanyak itu juga gak sih? Jadi ya..."

"Pake uang gue aja kalau kurang."

Alvin menyilangkan tangannya, menggeleng-geleng sebal, "Kadang gue iri deh sama kalian yang kaum-kaum elit, keluar duit berjuta-juta tiap hari juga kayaknya gak tekor-tekor."

"Ya gak papa dong Vinnn. Yang penting sekarang kita duit udah gak habis di miras kayak dulu. Iya gak?"

"Iya juga, sih."

"Lagipula, gue mau hias ruangan ini sesuai selera gue, dan lo bener, kalau kita minta pihak sekolah buat nanggung dananya, kita gak punya fleksibitas lebih. Jadi selagi gue punya dana sendiri, kenapa gak dipake sekalian?"

DhatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang