1-10 • Sumpah

33 17 2
                                    

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Pagi hari baru saja dimulai, namun pemandangan yang sama sekali tak masuk akal telah menggemparkan SMA Dhatri. Bisikan demi bisikan terdengar sepanjang jalan mereka melangkah. Diikuti dengan tatapan-tatapan penuh tanda tanya dari berbagai penjuru sekolah.

Dan pemandangan itu adalah Claudia dan Kartika yang berjalan bersama.

Walau Kartika menolak, namun Claudia tetap saja bersikeras agar mereka berangkat bersama menggunakan motor miliknya. Supaya menghemat bensin, katanya. Modus, memang. Karena tentu saja alasan sebenernya Claudia bersikeras adalah supaya Claudia dapat melindungi Kartika.

Alasan Kartika awalnya menolak ajakan itu adalah karena ia sadar betul pada kemungkinan bahwa jika ia terlihat dekat dengan Claudia, pasti ia akan menjadi pusat perhatian. Dan ketakutan itu kini justru menjadi kenyataan. Mulutnya kaku, dan hatinya terasa begitu canggung untuk berkata apa pun terhadap Claudia. Di sisi lain, Claudia justru sama sekali tak merasa terganggu oleh semua tatapan itu. Ia terus saja berjalan penuh percaya diri, karena sudah terbiasa menjadi pusat perhatian.

"Lo kerasukan apa, sih?" Sebelum mereka masuk ke dalam kelas, Laras yang sedang bersender santai pada dinding di depan kelas mereka langsung menyambut Claudia dengan tatapan sinis.

Claudia sama sekali tak menggubris Laras, dan justru nyelonong masuk ke dalam kelas. Namun, langkahnya terhenti begitu menyadari bahwa Kartika yang seharusnya berjalan di belakangnya kini ditahan oleh Laras.

Laras menatap Claudia dengan emosinya yang memuncak. Dengan tangannya yang mencengkram lengan Kartika dengan kasar, menahan perempuan itu untuk masuk ke dalam kelas. "Sejak minggu kemarin, lo tiba-tiba ngilang, telfon gue gak pernah lo angkat, anak Aliansi nyariin, bahkan Razone pun nyariin lo. Dan kemarin lo tiba-tiba ngebela si cupu ini. Belum cukup ngebela, sekarang justru lo berangkat bareng dia? Lo sehat gak sih?"

Dengan sigap, Claudia membebaskan Kartika dari cengkraman Laras, dan justru berbalik mencengkram kerah Laras dengan sekuat tenaga.

Laras meringis kesakitan, namun sebelum ia berusaha untuk membebaskan tubuhnya, ia kembali dikejutkan oleh Claudia yang kini berdiri tepat di hadapannya, menatapnya tegas tanpa rasa takut sedikit pun. "Gue keluar dari Aliansi."

"Jangan seenaknya-"

"Gue udah muak bergaul sama kalian semua."

Laras membalas tatapan Claudia tak kalah sengit. Perempuan itu melirik Kartika sesaat, sebelum menyadari sesuatu. "Jadi lo mau keluar dari Aliansi, terus temenan sama Kartika, gitu?"

"Kalau iya, kenapa?"

Kartika menarik lembut seragam Claudia, memberi isyarat kepadanya untuk menyudahi keributan ini.

Belasan pasang mata yang berdiri di lorong tempat mereka berdiri, ditambah tatapan dari semua pelajar di kelasnya akhirnya membuat Claudia melepaskan kerah Laras. Laras pun segera mengambil napas lega. Namun ia kembali menatap Claudia sinis, kali ini jauh lebih tajam dibanding sebelumnya.

Claudia terguncang dengan tatapan yang diterimanya itu. Namun berhubung Kartika sudah menegurnya, ia pun memilih untuk kembali melangkah masuk ke dalam kelas. Pagi itu, perempuan itu meminta izin kepada Kartika untuk menggantikan Kailani sebagai teman sebangkunya. Dan tentu saja izin itu diterima dengan baik.

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

"Jadi... kamu gak bisa jenguk Kailani lagi?"

"Iya, tapi gue kayaknya tetep bakal bayarin biaya perawatan dia kok. Buat sekarang, gue titip Kailani, ya, Tik. Tolong jenguk dia dan kabarin gue lebih lanjut keadaan dia."

DhatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang