1-13 • Laras Saniya Aurelia

34 13 4
                                    

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Klub malam, tempat yang seharusnya bukan menjadi tempat bergaul murid-murid tingkat SMA. Namun, berbeda dengan para anggota Aliansi, yang malah menjadikan klub malam Veloska sebagai berkumpul. Minuman keras dan juga obat-obatan terlarang beredar dengan bebas, dan bahkan yang belum cukup umur pun diperbolehkan masuk. Namun, bagaimana hal itu bisa terjadi?

"Katanya sih, Bokapnya Razone itu pemilik tempat ini," jelas Alvin. "Dan bukan cuma tempat ini, bar yang kemarin kita kunjungi juga punya Bokapnya Razone. Dan alasan kenapa kita bisa sebebas ini di tempat ini, karena Bapaknya Razone nyetor ratusan juta per tahun ke kepolisian."

"Wahhh berarti nanti tempat ini jadi punyanya dia ya?"

Alvin mengangguk. "Dan tempat-tempat ini, beserta semua usaha-usaha yang punya branding Veloska, nanti akan diwarisin ke Razone setelah dia lulus kuliah."

Laras menatap langit-langit klub malam itu dengan kesadarannya yang sudah di awan-awan. "Ahh... gila yah, cowok itu kurangnya apa coba? Udah ganteng, ranking atas terus, kuat, keren banget lagi. Sejak awal-awal dia baru masuk Dhatri, dia udah bisa jadi pemimpin Aliansi, beda banget sama pemimpin-pemimpin sebelumnya yang udah kelas dua belas."

Perempuan yang berdiri di samping Laras pun ikut mengheboh-hebohkan lelaki itu, "Iya sumpah. Udah kayak oppa-oppa korea! Kulitnya putih bersih, rambutnya hitam bergelombang, unch, pokoknya lope-lope deh buat dia!!!"

Sementara itu, Alvin menghembuskan napasnya malas. Kini, ia duduk di sebuah bangku yang mengeliling, dikelilingi lima perempuan. Namun mereka semua membicarakan Razone seolah dirinya sama sekali tak memiliki hawa keberadaan. Selain lima perempuan itu, yang duduk di hadapannya adalah Vincent, tangan kanan andalan Razone. Si kulit albino yang selalu mencuri perhatian ke mana pun ia pergi

"Cih, si albino malah sibuk pacaran lagi," Alvin memisuh dengan tatapan malas setelah melihat Vincent sedang berciuman dengan pacarnya. Alvin pun melirik jam tangannya, lalu kembali mengeluh, "Kapan sih dia datengnya..."

Tempat ini, semua kehebohan ini, semua kerlap-kerlip cahaya yang dilantuni musik heboh ini, sama sekali bukan lah sesuatu yang Alvin ekspektasikan di saat ia memutuskan untuk bergabung dengan Aliansi. Ia hanya seorang penggemar otomotif motor yang antusias. Dan karena keahliannya saat berkelahi, ia pun diundang untuk bergabung ke dalam Aliansi dengan modus bahwa Aliansi hanyalah geng motor biasa, yang sama sekali jauh dari kehidupan malam.

Alvin kembali menghembuskan napasnya, hendak mengangkat gelas yang ada di genggamannya, namun urung. Karena jauh di lubuk hatinya, ia sudah merasa muak.

Laras tiba-tiba saja berteriak heboh, "Eh itu Razone gak sihhh!!!" serunya sembari menunjuk-nujuk Razone yang baru melangkah dari pintu masuk. "Gilakkk ganteng bangettt."

DhatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang