3-6 • Jadi, Gimana?

19 10 4
                                    

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

"MASA GAK BISA?!"

Alvin manahan Delyon, meminta lelaki untuk menahan emosinya. "Del sabar dulu Del, pelanin nada lo."

Delyon justru menangkis lengan Alvin dengan kasar, melangkah maju dengan emosinya yang justru semakin terbakar. "Pak, dia udah ngebuat semua anggota OSIS babak belur! Alasan apa lagi yang Bapak butuh?!"

"Del." Pak Adam akhirnya membuka mulutnya dengan suara beratnya. "Kamu sudah dengar berita tentang banyaknya kasus perdagangan manusia di kota ini?"

Delyon tercengang, tak menyangka bahwa topik pembicaraan ini tiba-tiba berbelok ke hal itu. "Maaf, hubungannya apa ya Pak?"

"Asal kamu tau, Jerome Veloska itu kepala dari operasi itu." Pria paruh baya dengan rambut berwarna tiga itu menatap mata pemuda di hadapannya dengan matanya yang lelah, dan walau sedikit, rasa takut tergambar jelas pada ekspresi pria itu. "Bapak punya tiga anak, Del."

"Nama lengkap Razone itu bukannya Razone Veloska...?" Alvin akhirnya menyadari arah pembicaraan Pak Adam. "Jerome Veloska itu... Bapaknya Razone?"

Delyon menatap Alvin yang berdiri di belakangnya, kemudian kembali menoleh ke arah Pak Adam yang masih terduduk lemas, kebingungan mengapa kedua lelaki itu justru terlihat begitu ketakutan. Sampai akhirnya, setelah emosinya mereda, akhirnya ia pun menyadari alasan dari atmosfir ruangan itu yang mendadak menjadi tegang. "Mereka keluarga mafia?"

"Veloska itu keluarga mafia paling besar di pulau ini, Del." Pak Adam menjawab dengan suara bergetar. Ia pun kembali melanjutkan kalimatnya setelah menghela napas berat. "Dan apa pun hukuman yang bapak kasih, entah itu skors, atau bahkan mengeluarkan dia, pasti Bapak akan diancam. Kamu kira Bapak belum pernah ngasih dia ancaman untuk dikeluarkan dari sini? Dengan semua kelakuan dia yang seperti itu?"

Delyon menekuk alisnya. "Bentar, jadi Bapak bilang, selama ini kita berurusan sama anak mafia? Dan bukan anak dari keluarga mafia biasa, tapi keluarga mafia terbesar di pulau ini, yang mimpin operasi perdagangan manusia?"

Pak Adam mengangguk tegang. "Kamu kira, kenapa bar dan klub malam Veloska menerima anak-anak Aliansi yang di bawah umur dengan lapang dada? Kalau mereka mabuk-mabukkan di tempat lain, pasti polisi udah razia tempat itu."

Delyon mengangkat lengannya dengan perlahan, kemudian memijat-mijat kepalanya yang kini terasa sudah terbagi menjadi ratusan bagian. "Astagfirullahal'adzim..." Delyon menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya. Ia sudah tak tahu lagi harus bertidak seperti apa. Rasanya, di hari ini, semua yang telah dibangunnya selama ini hancur begitu saja.

"Denger, Delyon. Bapak seratus persen mendukung kamu. Kalau kamu mau memperbaiki SMA ini lewat OSIS, silahkan, Bapak akan dengan senang hati memberikan bantuan, dalam bentuk apapun itu-"

"Maaf Pak, izin motong," Alvin mengangkat lengannya, melirik Delyon dan Pak Adam secara bergantian. "Justru, di situ masalahnya... Pak Adam, Delyon. Razone ngancam ke saya. Katanya, kalau Senin depan OSIS belum dibubarkan, maka satu per satu anggota kami akan dibuat babak belur pada setiap harinya."

Mendengar kalimat itu membuat Delyon semakin putus asa. Namun, belum sempet mencerna informasi yang baru saja didengarnya, pintu ruangan itu tiba-tiba saja terbuka, yang segera membuat tiga kepala di dalam ruangan itu menoleh ke arahnya.

Kartika, yang ternyata adalah perempuan yang membuka pintu itu, menatap Delyon dengan wajah yang begitu panik. Dengan napasnya yang terengah-engah, ia pun bertanya, "Maaf kalau saya menggangu. Delyon, Alvin, Pak Kepala Sekolah. Tapi Del... ini ada apa? Kenapa semua anggota OSIS ada di aula, dan kenapa mereka semua babak belur? Saya kelewatan apa?"

DhatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang